***
Orang-orang bisa jadi sangat hebat, sangat cepat, sangat ahli bila urusannya menyangkut kesukaan mereka. Sama seperti orang-orang yang mengidolakan Suga kali ini. Tidak perlu waktu berhari-hari, bahkan hanya dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam, mereka sudah berhasil menemukan Lisa. Berkat sebuah foto dirinya naik ke taksi yang dihentikan Suga, Lisa jadi orang yang paling dicari sepanjang hari. Para penggemar penasaran, siapa orang yang idola mereka sukai, sedang para pembuat berita juga ingin memuaskan penggemar-penggemar penasaran itu.
Dalam dua puluh tiga jam setelah foto pertamanya ramai dibicarakan, Lisa kehilangan privasinya. Foto, nomor telepon, alamat rumah, tempat kerja sampai dosa-dosa Lisa di masa lalu kini menjadi konsumsi publik, seolah gadis itu pernah membintangi layar kaca sebelumnya. Sayangnya, bukan pujian yang Lisa terima. Cacian, makian, hinaan sampai kutukan yang mendominasi. Untungnya, orang-orang itu tidak punya akses untuk merundung keluarganya yang ada di Michigan. Orangtua Lisa tidak punya akun media sosial yang bisa dijadikan lahan mencaci maki. Stephanie pun begitu.
"Kau yakin, kau baik-baik saja?" tanya Tom, yang seperti biasanya menghubungi Lisa– ia baru akan menghubungi Jennie kalau Lisa mengabaikannya. "Aku tidak mengerti bahasanya, tapi setelah aku translate, hasilnya buruk sekali. Kau harus menuntut mereka," ucap Tom kemudian.
"Aku justru ingin menuntut agensi yang asal membuat konfirmasi itu. Aku tidak berkencan dengan Suga, aku rasa aku tidak pantas dihina begini– hei pelacur sialan, seberapa lebar kau membuka kakimu untuk menggoda oppaku?– aku mendapat pesan seperti itu hampir setiap lima menit sekali!" cerita Lisa dalam teleponnya. "Ini lebih buruk daripada aku ketahuan berkencan denganmu. Setidaknya saat ketahuan berkencan denganmu, managermu bisa menghentikannya."
"Oh! Kau ingin memakai namaku sebagai tameng?" tawar Tom kemudian. "Aku bisa memberitahu orang-orang, hei itu bukan kekasih Suga, itu kekasihku," susulnya, membuat Lisa langsung menolak ide yang tiba-tiba muncul itu. Lisa tidak ingin keluar dari skandal dan masuk ke skandal lainnya. Lisa tidak ingin menutupi sebuah kebohongan dengan kebohongan lainnya.
"Tidak," tolaknya. "Apalagi kalau kau ingin memakai kesempatan ini untuk memintaku berkencan lagi denganmu. Aku sangat menolaknya. Kau sudah menyelingkuhiku, dua kali. Masih menjadi temanmu adalah satu-satunya kebaikan yang bisa aku lakukan untukmu. Jangan minta lebih."
"Aku tidak meminta apapun," balas Tom. "Aku hanya terbiasa bicara denganmu setiap pagi dan rasanya aneh kalau tidak melakukan itu. Sudah lebih dari lima tahun aku melakukannya, bahkan saat kau masih berkencan dengan Eric. Kebiasaan sulit dirubah. Ah! Kemarin, entah hari apa, pokoknya kemarin, atau kemarin lusa, saat kau tidak menjawab panggilanku karena sibuk dengan pria barumu, aku menelepon Jennie. Kau bilang hanya Jennie yang bisa kau andalkan di sana, jadi aku meneleponnya, tapi ada yang aneh dengannya."
"Kau sudah berkencan dengan Jennie?" tanya Lisa, yang akhirnya bisa mengutarakan rasa penasarannya setelah beberapa hari ia tahan.
Tom menyanggah pertanyaan itu. Ia memang mulai dekat dengan Jennie, tapi ia melakukan itu karena Jennie adalah satu-satunya orang yang bisa Tom tanyai ketika Lisa tiba-tiba menghilang. "Kami sering menelepon, tapi itu karena aku penasaran alasanmu mengabaikanku. Dia bilang kau sibuk, jadi aku mengobrol beberapa menit dengannya."
"Kau tidak tidur dengannya? Saat dia ke New York beberapa minggu lalu?"
"Kau sudah gila? Meskipun aku pernah berselingkuh dan tidur dengan wanita lain, aku tidak akan tidur dengan sahabatmu! Secantik apapun wanita itu, kalau dia sahabatmu, aku akan langsung mem-blacklist-nya. Itu prinsip. Aku tidak akan terlibat dengan sahabat kekasihku, atau mantan kekasihku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sparkling Society
FanfictionUang bukan segalanya, uang tidak bisa membeli kebahagiaan, begitu kata sebagian orang naif yang kutemui. Entah apa alasan mereka mengatakannya, tapi untukku, meski bukan segalanya, uang bisa membeli kebahagiaan. Kalau uang yang kau miliki sekarang...