[26]. Osama [Singa Jantan]

2.2K 329 16
                                    

♡بسم الله الرحمن الرحيم♡

"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." QS. Al-Baqarah ayat 216.

"Osa!"

Zaura berlarian mengejar Osama yang berjalan begitu cepat, gadis itu jadi kewalahan sendiri, nafasnya memburu tak karuan, meski pun sudah berteriak Osama masih tak mendengarnya, tapi memang pada dasarnya ia tidak terlalu meninggikan suara, karena malu dengan murid-murid lain yang juga sedang berjalan menuju pagar sekolah, sebab sekarang sudah waktunya jam pulang.

Bruk

"Astagfirullah!" Tali sepatu Zaura terlepas, mengakibatkan sang empu terjatuh menyentuh lantai, darah keluar dari lututnya menghasilkan bekas di rok yang ia pakai. Zaura bersusah payah ingin berdiri, ia melihat sekelilingnya, dengan santai para siswi melewatinya tanpa ada niatan membantu dirinya.

"Ceroboh."

Zaura mendongak, tiba-tiba Osama berdiri di depannya, sedetik kemudian laki-laki itu berjongkok dan mengamati luka di bagian lutut Zaura.

"Sanggup jalan gak? Atau mau gue gendong?" tanya Osama dengan tenang sambil terus menatap darah merah yang membekas itu.

Zaura menggeleng pelan. "Sanggup!" Perlahan ia berdiri, sebenarnya luka yang ia alami hanya luka kecil dan tak serius, jadi Zaura masih sanggup berjalan, walau pun agak perih.

"Aku manggil kamu dari tadi," ucap Zaura sambil menepuk-nepuk lengan bajunya yang agak kotor akibat terjatuh barusan.

"Hm..." balas Osama dingin.

"Hari ini belajar bareng kan?"

Osama diam, sejujurnya ia sedang malas untuk belajar bersama. Tapi mengingat tinggal beberapa hari lagi ujian nasional akan dimulai. Akhirnya ia mengangguk pelan dan kembali berjalan diikuti Zaura di belakangnya, sesampainya diparkiran, seperti biasa, Osama mengendarai motornya, begitu juga dengan Zaura.

"Eh, kok belok kanan?" gumam Zaura sambil membuka kaca helm, saat ditikungan, bukannya belok ke kiri, Osama malah belok ke kanan, mau tak mau Zaura mengikuti laki-laki itu. Ia membunyikan klakson berkali-kali agar Osama berhenti, namun tak digubris sama sekali.

Cukup lama menempuh perjalanan, Zaura merasakan pegal-pegal di tubuhnya, hingga sampai di jalan yang agak sepi, Osama menepikan motornya, Zaura yang melihat itu juga ikut menepi.

"Kita mau kemana sih?" tanya Zaura lumayan kesal, sebenarnya kemana tujuan Osama, ia jadi bingung.

Osama melepas helmnya, ia melirik Zaura. "Ikut gue bentar."

Kedua manusia itu menaiki anak tangga yang terletak didekat pinggir jalan, dan saat selesai menaiki anak tangga, terdapat papan cukup besar yang bertuliskan TPU. Zaura baru mengerti sekarang, Osama ingin menjenguk almarhum bundanya. Osama menghentikan langkah di salah satu kuburan, tanah di kuburan itu telah ditumbuhi oleh bunga dan rumput, daun-daun juga berserakan di sekitarnya, serta batu nisan yang terlihat berdebu.

Osama mengambil sapu lidi yang terletak di bawah pohon kecil, dengan telaten ia menyapu daun-daun yang berserakan, rumput-rumput ia cabuti, dan batu nisan ia bersihkan menggunakan tissue dibantu Zaura. Setelah selesai semua, Osama dan Zaura berjongkok disamping kuburan, laki-laki itu memegang batu nisan yang bertuliskan nama sang Nisrina.

Jika mengingat kejadian dulu, Osama selalu menyesali dirinya sendiri, ia belum sempat membuat Nisrina bahagia, tetapi Allah sudah mengambil bundanya lebih dulu. Tak terasa matanya memanas, bulir-bulir air bening keluar seketika setetes demi setetes, ia teramat rindu pada Nisrina.

Osama [Singa Jantan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang