♡بسم الله الرحمن الرحيم♡
"Dihadapanmu aku malu memandangmu. Tapi di hadapan Allah, terang-terangan aku meminta agar dijodohkan denganmu."
♔
"Nak, kamu udah punya rencana setelah lulus nanti?"
Zaura menoleh menatap Faizan, ia diam tidak tahu ingin menjawab bagaimana, jika ditanya tentang rencana setelah lulus sekolah. Jujur, Zaura belum memikirkannya, beda lagi jika ditanya mengenai cita-cita, Zaura mempunyai 2 cita-cita ingin menjadi pengusaha atau seorang guru. Namun, niatnya itu ia urungkan karena sadar akan ekonomi keluarga yang sederhana.
"Za mau langsung kerja aja, Yah. Jadi karyawan atau apalah yang penting halal dan nerima lulusan SMA. Za mau cari uang sendiri biar ibu sama Ayah gak capek-capek kerja di pasar. Atau, kalo gak jadi karyawan, Za aja yang jualan di pasar."
Mendengar itu, Faizan tersenyum dan memeluk anaknya. "Ayah sama ibu memang bukan orang kaya, tapi kalo kamu punya keinginan kuliah, insya Allah Ayah sama ibu sanggup biayain. Jangan pikirin masalah uangnya, Za lanjut aja sekolah sampe sukses, biar nanti pas anak Ayah ini udah sukses, bisa traktir Ayah sama ibu makan-makan..."
Zaura tersenyum, lalu ide abstrak terbesit dipikirannya. "Kalo misalnya, Za langsung nikah aja? Boleh gak?"
Faizan terkekeh pelan. "Emang udah ada calonnya? Perasaan belum ada laki-laki yang dateng ke rumah mau lamar kamu..."
Zaura mengerucutkan bibirnya. "Ya kan siapa tau nanti ada yang dateng..."
Tok tok tok
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh! Besan, open door."
Zaura dan Faizan saling melirik, tidak ada hujan, tidak ada angin. Tiba-tiba tamu tak diundang, datang menghampiri. Zaura berlari ke kamarnya langsung mengganti pakaian dan memakai jilbab instan nya, sedangkan Faizan membuka pintu, melihat siapa tamu yang datang di malam hari ini.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, loh?!" Faizan memasang ekspresi bingung setelah melihat siapa tamunya.
Ternyata pemuda yang pernah memanjat pagarnya dulu, dan pemuda itu datang bersama orang tuanya. Ya, siapa lagi yang pernah memanjat pagar rumah Faizan kalau bukan Osama. Remaja laki-laki itu datang bersama sang bapak dengan membawa buah tangan berupa roti 3 box, serta buah-buahan 3 keranjang. Persis seperti orang yang baru saja sampai di kampung halaman.
Jujur brother, Osama tak mau melakukan ini, karena belum saatnya. Namun, ia tidak bisa mengelak, jika sang bapak sudah membuat keputusan.
"Om..." Osama menggaruk tengkuknya lalu menyalami tangan Faizan.
"Bapak Kepala Sekolah?" Faizan dan Ozak saling bersalaman.
"Ayo masuk..." Faizan membuka dua pintu sekaligus, karena melihat tamu yang membawa banyak barang.
"Loh?" Bukan hanya Faizan yang terkejut, tetapi juga Zaura terkejut setelah melihat tamunya. Zaura terdiam sejenak, apa matanya yang bermasalah atau memang tamunya memang kepala sekolah dan Osama.
Sedetik berikutnya, Zaura membuatkan minuman di dapur.
"Calon mantu rajin banget ya, tanpa disuruh dia langsung ke dapur bikin minum, idaman kan Bang?" Ozak berceloteh lalu menatap anaknya.
Sementara orang yang ditatap hanya mengangguk kecil dan sedikit menunduk, jantungnya sudah berdetak 3 kali lebih cepat sejak tadi.
"Sebelumnya, ada perlu apa ya Bapak dateng kesini? Apa anak saya bikin salah di sekolah? Tapi setau saya Zaura bukan murid bandel, dia setiap malem belajar kok Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Osama [Singa Jantan]
Spiritual"Tipe cowok idaman lo?" "Beriman." Satu kata, namun berjuta makna. *** |TPOOΠΣ Oβ| SOMOS LOS MEJORES| OSAMA. Singa Jantan Cakrawala, laki-laki yang berjuta karisma, memiliki banyak teman, bukan berarti tidak memiliki musuh. Mempunyai sifat buruk, bu...