[7]. Osama [Singa Jantan]

3.7K 485 6
                                    

♡بسم الله الرحمن الرحيم♡

"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara zalim, maka sungguh, Kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan. Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat pertolongan." (Al-isra 17:33)

Suasana di depan ruangan Intensive Care Unit (ICU) begitu ramai, tujuh anggota inti O2, ditambah Ozak, Nisrina, Risya serta Faizan dan jangan lupakan Zaura. Mereka semua bermaksud untuk menjenguk Osama, namun apalah daya jika Osama masih terbaring lemah dengan keadaan yang bisa dikatakan sedang tidak baik-baik saja, berbagai macam alat masih terpasang di tubuhnya. Jika harus memilih siapa di antara mereka yang paling merasa bersalah, jawabannya adalah Nisrina, padahal bukan ia pelakunya.

Ibu mana yang tidak merasa bersalah jika terjadi apa-apa pada anaknya, Nisrina benar-benar sangat terpukul, dari kemarin, tak henti-hentinya ia menangis, dan terus berdoa, berharap Osama cepat terbangun dari komanya. Ya, kemarin malam, dokter memberitahu jika Osama mengalami koma karena tiba-tiba saja kondisinya melemah, detik itu juga, Nisrina seperti kehilangan nyawa.

Zaura mendekati Nisrina yang sedang duduk di kursi sambil melamun, Zaura pun duduk di sampingnya. Ia dapat melihat kekhawatiran dari wajah Nisrina, ditambah kelopak mata wanita itu yang menghitam menunjukkan bahwa mamak Osama kekurangan tidur. Perlahan tangan Zaura mengelus punggung Nisrina dan mengulas senyuman saat Nisrina menatapnya.

"Tante jangan sedih terus, nanti kalo Osama tau Tante sedih, dia juga ikut sedih, kita hanya cukup berdoa dan percayakan semuanya pada Allah, Za tau Tante pasti khawatir kan, Za bisa ngerasain itu. Osama pasti cepet pulih, Za yakin. Tante percaya kan?" ucap Zaura berbicara lembut, mirip sekali saat Risya berbicara pada orang lain, lembut dan mampu menarik perhatian.

Nisrina tersenyum mendengar penuturan gadis cantik nan sederhana di depannya itu. Sedetik kemudian, ia mengangguk dan langsung memeluk Zaura layaknya ia memeluk Osama, penuh kehangatan dan kasih sayang. Melihat itu, Risya pun tersenyum manis. Selang setelah berpelukan, Nisrina melihat dokter yang keluar masuk di ruangan Osama, ia langsung menegakkan tubuhnya, keringat sudah membasahi pelipis.

Dokter itu menghampiri mereka, membuka maskernya. "Kondisi pasien semakin melemah, kami akan berusaha semaksimal mungkin, teruslah berdoa."

Deg

Ozak langsung memeluk istrinya dan menatap wajah Nisrina yang menampilkan ekspresi datar, Nisrina tak menangis, ekspresinya benar-benar sangat datar, tatapannya lurus ke depan, membuat Ozak merasakan keanehan.

"Ayah, Bunda mau ke toilet," ucap Nisrina dan langsung berlalu pergi begitu saja. Walaupun merasakan keanehan pada istrinya tetapi Ozak tidak curiga sedikitpun, ia pikir Nisrina hanya ingin mencuci muka atau yang lainnya, tapi Ozak tidak mengetahui, jika Nisrina ingin pergi ke rumah Eros seorang diri. Kebetulan, ia kenal bapak Eros saat mereka masih duduk di bangku SMP, dan hingga sekarang Nisrina masih sangat mengingat letak rumah Feross Bratadikara.

Secara diam-diam, Nisrina keluar dari rumah sakit dan segera mencari taksi menuju rumah Feross. Satu hal yang pasti, ia ingin bertemu dengan Eros dan meminta pertanggung jawaban atas apa yang dilakukan laki-laki remaja itu terhadap anaknya.

"Ke lokasi butuh waktu satu jam lebih Bu, sambil Ibu menunggu, saya hidupkan sholawat ya?" ucap sopir taksi tersebut dengan ramah dan mulai menghidupkan lagu sholawat dengan volume sedang.

Osama [Singa Jantan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang