[8]. Osama [Singa Jantan]

3.6K 447 2
                                    

♡بسم الله الرحمن الرحيم♡

"Yang paling banyak mengingat kematian. Dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas." (HR. Ibnu Majah).

"Bunda!!! Jangan pergi!!!"

Suara teriakan histeris Osama terdengar jelas saat jenazah sang ibunda akan dimasukkan ke dalam liang lahat. Pagi ini bukanlah pagi yang indah, semua orang yang ada di pemakaman menangis melihat jenazah yang sudah terbungkus kain putih di tumpukkan dengan tanah dan ditutup sangat rapat, Ozak berusaha terlihat baik-baik saja, walau nyatanya ia sangat rapuh dan sejatuh-jatuhnya.

Begitu juga dengan Osama, ia belum bisa menerima kenyataan, ia terus menangis sambil memeluk tumpukkan tanah itu dan berteriak tak terima jika kehilangan sang ibunda yang benar-benar disayanginya. Sakha yang melihat sahabatnya itu merasa tak tega, memeluk Osama dan berbisik jika dirinya, Wafi, Barra, Rafka, Zaki, Alham dan Ilham akan selalu bersama singa jantan.

Osama mengusap-usap matanya yang terus mengeluarkan air setetes demi setetes, ia mengacak-acak rambut frustasi, kejadian ini tak pernah terbayangkan di benaknya, Osama berpindah menatap batu nisan yang bertuliskan Nisrina binti Arifin. Ia langsung memeluk batu nisan tersebut dan terus berkata, 'kenapa bunda tinggalin babang' entah sudah berapa kali kalimat itu terucap, yang jelas Osama sangat putus asa saat ini.

Jodoh dan ajal. Dua hal yang sudah ditentukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Antara jodoh dan ajal, kita tidak tahu mana yang akan menjemput terlebih dahulu. Jodoh tetap akan datang sendiri, walau kita tidak mencari. Ajal juga tetap akan datang sendiri, walau kita mencoba untuk lari. Dan yang menjadi pertanyaan. Masih hidup kah saya besok?

Kematian adalah hal yang pasti dan kita tidak mungkin bisa lari darinya. Tinggal bagaimana cara kita mempersiapkannya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-nya telah mengingatkan kita tentang hal-hal yang berkaitan dengan kematian seperti keutamaan mengingat kematian, proses sakaratul maut dan lain sebagainya. Jangan sampai saat ajal menjemput dan malaikat Izrail datang untuk mencabut nyawa kita, tapi kita masih dalam keadaan lalai terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Maka hanya penyesalan saja yang kita dapatkan karena waktu tidak mungkin bisa diulang kembali.

Dini hari, pada pukul 03.45 hari Kamis. Nisrina kritis dan dinyatakan meninggal dunia akibat luka tembak yang dialaminya, mengharuskannya untuk berhenti bernafas dan berpulang ke rahmatullah. Tak mengetahui jika akhirnya akan seperti ini, Nisrina ikhlas dan sempat tersenyum saat detik-detik terakhirnya. Jika biasanya orang lain memakai pakaian bewarna hitam saat ke TPU, tapi tidak bagi orang-orang yang datang pada pemakaman Nisrina. Ozak yang meminta mereka untuk memakai pakaian putih karena ia tidak ingin melihat kesuraman dengan identiknya warna hitam dalam kegelapan.

Sedangkan Osama dengan keadaan masih lemah dan belum sepenuhnya pulih, ditambah dadanya yang masih sakit, tetap bersikukuh ingin melihat sang ibunda untuk terakhir kali, meskipun pihak rumah sakit tidak mengizinkan. Setelah mengetahui jika sang bunda telah tiada, ia langsung kabur dari ruangan dan melepaskan infus yang melekat di tangannya.

"Ayo kita pulang..." Ozak mencoba membujuk anaknya, tetapi Osama tetap diam, dan tak bergerak sedikitpun dari posisinya yang sedang memeluk batu nisan, ia sudah berhenti menangis tetapi malah melamun menatap kosong ke arah gundukan tanah dengan mata dan hidung yang sudah memerah.

"Nak, ayo pulang. Jangan begitu terlarut dalam kesedihan, tidak baik." Risya yang juga datang ke pemakaman berkata lembut pada Osama dan berharap laki-laki remaja itu mau menurutinya. Dan benar, Osama menoleh ke arahnya dan langsung memeluk Risya.

Osama [Singa Jantan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang