Beberapa hari setelahnya Yana dan Devian pergi usai Surya sembuh. Sesuai tindakan yang diambil oleh Surya, mereka berdua akan ke pesta temannya.
Dia sudah memberitahu kepada temannya kalau dirinya sudah membaik. Tepat hari itu juga temannya langsung mengirimkan undangan kepada beberapa sobat karib termasuk Surya sendiri.
Kode Qr didapatkan oleh Surya yang kini termenung. "Tuan memanggil saya?" tanya Bulan setelah mendekat pada si majikan.
"Pesta diselenggarakan lusa dan aku ingin kau ikut denganku untuk memilih busana." Bulan sedikit terperanjat, hendak membuka mulut namun segera di sela oleh Surya.
"Aku tidak butuh alasan, kalau pun soal pekerjaan nanti bisa diurus dengan Bu Dona."
"Iya Tuan saya mengerti saya undur diri untuk bersiap-siap." Surya membalas dengan bergumam. Sepeninggal Bulan pria itu menghembuskan napas.
"Entah kenapa aku jadi tak tenang,"
❤❤❤❤
"Jadi kamu mau pergi sama Tuan Surya?" tanya Dona kepada Bulan.
"Iya,"
"Dalam rangka apa?" Bulan tertunduk. Jemarinya dipermainkan kikuk.
"Tuan meminta saya untuk temani dia ke pesta teman. Saya tak boleh menolaknya," jawab Bulan lagi.
"Hanya itu?"
"Iya Bu." Pandangan Dona menatap lurus ke arah Bulan. Keringat dingin membasahi kening gadis itu sekarang. Sebab insiden yang mengakibatkan Dona terluka maka ada peraturan baru baginya.
Bulan harus melaporkan segala sesuatu menyangkut ia dan juga Surya. Sebuah peraturan dibuat untuk membuat Bulan bisa menjaga jarak dari majikan sendiri.
"Baiklah, kau bisa pergi tapi kau harus ingat jangan terlalu dekat atau pun mencoba menggodanya."
"Baik Bu," jawab Bulan singkat. Dia kemudian melangkah pergi dari ruang kerja Dona, tak mau Surya harus menunggu lama.
Sesampai dikamar Bulan dengan cepat mengeluarkan beberapa baju dari dalam baju. Pakaian yang dikeluarkan adalah pakaian bagus dan rapi bagi Bulan.
Setelah diteliti lagi tidak ada pakaian bagus untuk mendampingi majikannya. Tuan Surya memiliki baju yang lebih bagus serta berkelas sementara dia ... tidak tahu mengenai fashion.
Suara ketukan membuyarkan lamunan. Buru-buru dia membuka pintu dan menemukan Surya dengan baju kasual tidak seperti biasanya.
Memakai jaket kulit berwarna coklat dengan kaus putih polos menambah kegagahan pria itu. Celana denim juga memberikan nilai lebih penampilan Surya bahkan Bulan pun terpesona.
Matanya yang kini membulat terpaku terus ke arah pria itu. "Kenapa kau lama sekali?" tanya Surya menyadarkan Bulan.
"Itu Tuan, saya nggak punya baju bagus buat temani Tuan untuk pergi belanja sepertinya pakaian saya tak cocok," Bulan mengungkap.
Surya menghela napas. "Oh cuma itu aku pikir ada suatu masalah besar." Dia lalu mendekati ranjang. Sepasang matanya melihat beberapa helai baju yang terhampar.
Mengetuk-ngetuk jari pada celana denimnya sesaat sebelum mengambil salah satu baju. Sebuah baju kaus putih bergambar snoopy dengan lengan setengah panjang berwarna hitam.
Celana denim pendek juga diberikan untuk Bulan. "Pakai itu saja, lagi pula kita jalan-jalan santai," kata Surya enteng.
"Tapi Tuan saya asisten-"
"Tch, jangan terlalu formal. Sekarang kita berada di luar jam kerja, tak usah kau memanggilku Tuan cukup Surya saja ok?" Bulan tidak mengatakan apa-apa. Dia cuma memandang cengo sang majikan.
"Tunggu apa lagi ayo cepat. Aku akan menunggu di luar." Masih termangu, mata Bulan dari balik kacamata senantiasa memandang Surya sampai menghilang dari pintu kamar.
Gadis itu lalu melihat pakaian yang dipilih oleh Surya. Keraguan tampak jelas dari raut wajah namun dari pada mengundang kemarahan Surya. Cepat-cepat dia mengganti baju, berdandan sebentar lalu mengambil tas berwarna hitam kecil bertali panjang.
Tak lupa mengambil dompet yang di mana isinya kartu identitas juga beberapa helai uang. Segera setelah mengunci pintu kamar, Bulan berjalan cepat di halaman depan.
Dirinya tak ambil pusing saat orang-orang melihat dengan tatapan aneh. Bulan lebih mengkhawatirkan jika Surya marah.
Sampai di halaman depan Surya menunggu tenang seraya memainkan ponsel. Lelaki itu cukup kaget ketika Bulan menghampirinya dengan napas ngos-ngosan.
"Kau seperti dikejar orang," komentar Surya. "Tapi kita harus cepat sekarang. Ayo masuk."
Bulan menurut saja bahkan tak memperhatikan jika majikannya membantu ia untuk membuka pintu mobil.
Surya bergegas menutup pintu mobil dan menuju kursi pengemudi. Tak lama kemudian mobil berjalan meninggalkan kediaman Surya.
"Kau merasa lebih baik?" tanya Surya ketika melihat Bulan telah tenang.
"Iya Tu-" mata Surya sontak melirik tajam padanya. Sebuah tatapan kesal.
"Iya Surya," koreksi Bulan. Surya mengangguk disertai senyuman lalu berkonsentrasi ke jalan raya lagi.
"Kita sekarang bukan hanya membelikanmu baju saja tapi kita akan ke salon." Alis Bulan langsung mengkerut.
"Hanya perawatan tubuh saja, kalau kau mau potong rambut boleh juga." Tidak ada jawaban dari Bulan yang membuat Surya melanjutkan perkataan.
"Bulan, sebenarnya bukan hanya penampilan saja yang aku inginkan berubah tapi juga kepribadianmu."
"Untuk apa?" Diam sebentar Surya menghela napas panjang.
"Teman-temanku mereka bukan orang yang ramah apa lagi yang wanita, mereka akan selalu menganggap pendatang baru khususnya wanita adalah lawan. Memang pada awalnya kau akan melihat mereka bersikap baik tapi itu hanya akalan jadi aku minta tolong buat sifat naifmu. Jika kau termakan jebakan mereka pasti mereka akan mempermainkanmu." Perasaan kurang nyaman hinggap di benak Bulan.
"Jangan khawatir aku ada di sana juga cukup percaya padaku saja," kata Surya secara tak langsung menenangkan asisten pribadinya itu.
"Kamu cukup berakting saja dan aku memastikan mereka tidak akan melakukan sesuatu yang buruk," tambahnya.
❤❤❤❤
Maaf membuat kalian semua menunggu lama.
See you in the next part!! Bye!!
![](https://img.wattpad.com/cover/224600132-288-k165326.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romansa"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...