Ketukan demi ketukan jari makin cepat. Ami bosan menunggu wawancara Bulan yang begitu lama. Sudah satu jam menunggu, tapi temannya itu belum saja keluar.
Ami berharap Bulan tidak diberikan pertanyaan sulit. Seorang wanita dengan pakaian blazer sambil membawa sebuah dokumen dia berdiri di pintu. "Selanjutnya atas nama Fika. " Setelahnya Bulan berjalan keluar membawa dua baju yang diperlihatkan.
"Bagaimana bagus tidak wawancaranya?"
"Aku sedikit gugup tapi bisa mengatasinya kok. Aku menjawab setiap pertanyaan dengan baik." Ami kemudian menyodorkan minuman dingin pada Bulan.
"Tidak apa-apa kau bisa menjawabnya, meski nantinya tidak akan lolos tapi kau sudah sebisa mungkin untuk menjawab."
"Kalau pun aku lolos aku tidak akan melanjutkan acara ini lagi." Mata Ami melebar mendengar ucapan Bulan yang lesu.
"Kenapa tidak? Kita sudah sejauh ini dan kamu tidak mau berjuang lagi."
"Bahan, alat jahit dan pekerja yang akan membantu tidak ada sama sekali. Bagaimana bisa aku mencari semua itu?" tanya Bulan meragu. Gajinya tidaklah seberapa mengingat harus membayar hutang.
"Kita harus cari sponsor atau setidaknya kita minta tolong saja Tuan Surya untuk membantu."
"Jangan libatkan Tuan Surya, aku sudah banyak berhutang padanya aku tak mau dia kembali mengurusi masalahku. Bagaimana ya kita cari sponsor? Dalam satu bulan kita dapat dari mana sponsor yang bagus."
Ami ikut menghela napas panjang, ikut pusing dengan permasalahan Bulan. Tatapannya lalu beralih ke layar ponsel, melihat beberapa model cantik yang dia ikuti dalam media sosial.
Matanya lantas terpaku pada layar ponsel. "Ikut aku sekarang aku tahu harus bagaimana dapat sponsor." Ami bingkas berdiri menarik tangan Bulan agar berdiri juga.
"Ke mana?" tanya Bulan bingung.
"Sudah, ayo ikut aku nanti aku bisa jelaskan."
***
Tibalah mereka di sebuah bangunan megah. Orang-orang banyak berlalu lalang, mengenakan pakaian yang fashionable. "Kita mau apa ke sini Ami?" tanya Bulan, merasa janggal.
"Sudah diam saja." Ami segera menghampiri receptionist. Berbicara dan menunggu sehentar sebelum akhirnya receptionist memintanya untuk ikut bersama dia menuju ke atas.
Bulan mendapat isyarat agar masuk bersama. "Kau membicarakan apa sampai-sampai kita masuk ke perusahaan ini?"
"Nanti juga kau akan tahu. Oh ya mungkin akan ada wawancara lagi siapkan dirimu." Ami kembali membuat Bulan bingung. Sebenarnya apa yang terjadi?
Seorang pria telah menunggu. Receptionist berbicara sebentar sebelum akhirnya pergi dan Ami beserta Bulan mengikuti pria itu dan masuk berhenti di sebuah pintu.
Pintu diketuk dan dari dalam ada suara seorang wanita menyuruh mereka masuk. Pria itu mempersilakan
"Dasar tukang ngadu, kalau bukan kamu punya video buli itu tidak mungkin aku beri kesempatan untuk kamu dan Bulan datang ke sini." Kursi putar itu berbalik memperlihatkan Ayu menatap mereka tajam.
Bulan terkejut bukan main sementara Ami menyeringai puas. "Ayu kau bos perusahaan ini?" tanya Bulan masi dengan ekspresi yang sama.
"Pemilik sebenarnya. Senang bertemu dengan kalian lagi maaf aku tak sempat berpisah dengan semua orang di sana. Aku dengar juga mereka telah merekrut orang-orang baru." Ayu menatap Bulan, mengerti jika Bulan masih tak puas dengan jawabannya.
"Aku hanya mencari pengalaman saja lagi pula aku dan Surya dijodohkan tapi pria itu menolak mentah-mentah. Kami tak pernah bertemu. Aku penasaran dan menjadi pelayan di sana," jelas Ayu panjang lebar.
Itu sebabnya mengapa Ayu merasa superior. Dia membuli wanita-wanita yang mendekati Surya memang karena Ayu wanita yang dijodohkan dengan Surya. Memang pembulian itu salah tapi masuk akal. Wanita mana yang tidak kesal melihat calon suaminya didekati wanita lain.
"Ayo kita ke inti masalahnya. Kalian mau apa mencariku sampai harus mengancamku?" tanya Ayu, tampak tenang sekarang.
"Kami mencari bantuan sponsor." Ami menjawab langsung pada intinya. "Bulan sedang mengikuti acara fanshion. Dia butuh sokongan untuk alat-alat dan bahan, serta para pekerja."
"Dan atas alasan apa kalian menganggap aku bisa membantu kalian? Kalian tidak ingat aku yang membuli kalian, melukai fisik dan mental kalian. Kalau mau bantuan bukankah ada Surya? Dia bisa membantu kalian."
Ami menggeleng. "Bulan sudah banyak ditolong sekarang Bulan ingin berdiri sendiri tanpa bantuan Tuan Surya."
Pandangan Ayu beralih ke arah Bulan termangu, tatapannya terlihat mengejek. "Baguslah kalau kau sadar diri, aku pikir kau ini wanita yang memang mengincar Surya sebab dia tampan dan kaya. Karena kalian memiliki alasan yang logis serta aku tak mau Ami menjatuhkan namaku dengan video pembulian, terpaksa aku akan menolong kalian. Di mana desain bajumu perlihatkan padaku."
Bulan sontak melihat Ami. Dalam senyuman berterima kasih sebab jika bukan karena Ami, Bulan tak akan mendapat sponsor. Dengan cepat Bulan mengambil pakaian yang sudah di desain. Cukup lama Ayu memandangi seluk beluk busana, menyentuh beberapa kali sebelum akhirnya menjauh.
Tatapan Ayu terlihat datar. Tidak terlihat begitu tertarik. "Aku akui kau punya desain baju yang bagus tapi kualitas bajunya tak begitu kuat, terlihat tidak nyaman dipakai dan begitu banyak aksesoris. Kurasa kau harus perbaiki jadi besok aku mau kau datang ke sini berikan salah satu baju desainmu untuk kita cari mana bahan yang cocok dan aksesoris yang cocok bagaimana?"
"Terima saja, aku rasa Ayu memang ingin membantu kita." Ami berbisik. Bulan meragu sebenarnya tapi tak ada salahnya untuk mencoba.
"Baiklah, aku akan datang besok."
***
Sore itu setelah mereka sampai di mansion Surya. Baik Bulan maupun Ami, mereka tampak mencari sesuatu begitu buru-buru. Sebab kegelisahan mereka, ruang kamar Bulan yang awalnya tertata rapi kini berantakan seperti kapal pecah.
"Kau yakin menaruh buku sketsamu di atas meja?" tanya Ami. Tangannya terus bergerak memeriksa lemari. Buku sketsa Bulan kini hilang. Di dalamnya terdapat banyak sekali desain baju yang dibuat dan itu adalah salah satu tiket agar Ayu setuju memberikannya uang dana.
Bulan sendiri yakin dia meninggalkan bukunya di atas meja dengan kamar yang terkunci serta jendela tertutup rapat. "Tidak mungkin buku itu bisa menghilang begitu saja, pasti diambil seseorang," lanjut Ami.
"Bagaimana bisa kita mendapatnya lagi? Tidak mungkin kita akan memeriksa satu per satu orang yang ada di sini atau memfitnah sembarangan orang." Bulan membalas.
Ami mendengus kesal. "Aku pikir kau ini pintar ternyata otakmu juga kurang cepat berpikirnya." Dia menarik Bulan keluar, telunjuknya di arahkan pada cctv tersembunyi.
"Apa kau tak sadar kau sebenarbya terus diperhatikan. CCTV itu dipasang karena kau sempat dibuli oleh Ayu. Tidak mungkin juga kameranya tidak berfungsi." Bulan termangu. Ada CCTV dekat dengan kamarnya.
"Sudah jangan begong begitu ayo kita ke tempat keamanan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...