Hari berganti malam. Para pelayan selalu bergosip saat makan malam mungkin karena hanya punya dua kesempatan untuk berkumpul dengan sesama pelayan. Kadang gosip soal majikan atau beberapa pelayan lelaki yang tampan.
Namun kali ini beda. Mereka membicarakan soal majikan mereka yang tega memecat pelayan karena pekerjaan tidak sesuai. Sekarang posisi yang mereka idamkan tidaklah menyenangkan. Berada di posisi itu layaknya sedang ujian dan jika salah sedikit maka pekerjaanlah taruhannya sedang mereka tidak mau pergi.
Gaji melebihi cukup sedang kebutuhan tempat tinggal juga makan di penuhi. Karena itu pula banyak orang memilih mundur dan kini hanya tersisa beberapa orang. Sayangnya mereka tidak lulus kriteria Surya.
Tak terasa beberapa minggu dilalui. Surya menyibukkan diri dengan berbagai pekerjaan atau liburan hanya ditemani sekretarisnya saja. "Terima kasih sudah membantu pekerjaanku, selesai juga pekerjaan kita semua di sini."
"Sama-sama Tuan, ini adalah tugas saya untuk menyelesaikan semua laporan." Sekretaris menjawab tenang. Dia lalu pamit pergi berlalu dari hadapan Surya.
Sedang Surya sendiri bersiap pulang. Meski agak malas sebab orang yang ia temui pertama kali bukanlah Bulan, tapi rumah tetaplah rumah. Tempat tinggal yang nyaman untuk Surya.
Mengingat Bulan, Surya baru sadar. Hampir sebulan dia tak pernah bertemu dengan asisten pribadinya itu. Apa Bulan sudah tahu apa yang ia mau? Tiga tahun tidaklah lama. Buktinya setengah tahun telah dilewati begitu saja.
Entah kenapa Surya merasa rindu dan kali ini dadanya sesak. Ia ingin bertemu dengan Bulan, sekarang.
❤❤❤
"Jadi bagaimana? Sudah ketemu apa yang kamu mau?" tanya Ami.
Bulan menggeleng. Hidupnya benar-benar tiada peningkatan. Kalau sampai dia tak mendapatkan pekerjaan sia saja pelariannya. Bulan akan tetap dinikahkan dengan Pak Bejo.
"Aku dengar banyak loh yang mundur karena Tuan Surya nambahin kebijakannya anehnya Ayu nggak protes, sepertinya wanita itu senang dengan berkurang akan pelayan di sini maka saingannya untuk mendapatkan Tuan Surya berkurang." Ami kemudian menatap Bulan yang tampak lesu. "Menurut kamu bagaimana?"
Bulan membuang napas kasar. "Terserah mereka deh, aku nggak peduli. Kenapa ya berat sekali untuk memikirkan masa depan? Kalau begini terus aku nggak bakal bisa membuktikan diri sama orang tuaku."
"Aduh kau ini aku bicara lain kamu balas yang lain. Good luck ya, ingat besok temani aku cuci pakaian, selimutnya berat harus di angkat dua orang selamat malam Bulan," ujar Ami kemudian berlalu meninggalkan Bulan sendiri.
Sebagai jawaban Bulan hanya bergumam. Kini dapur hanya dua orang. Salah satu staf koki yang masih mengelap piring serta Bulan. Tidak mendapat pencerahan, gadis itu keluar dari area dapur yang luas.
Ia berjalan menuju halaman belakang dan duduk di sana untuk waktu yang cukup lama. "Belum tidur?" Bulan mendongak.
Surya dengan tatapan teduhnya menatap langsung pada Bulan. "Tuan Surya belum tidur juga?"
"Iya, belum ngantuk." Pria itu lalu duduk di samping Bulan menatap lurus pada taman bunga.
"Jadi bagaimana? Sudah tahu mau kerja apa?"
Bulan menggeleng. "Aku tidak tahu potensiku seperti apa. Aku kuliah tapi nggak terampil dalam suatu hal rasanya pendidikan yang aku jalani hanya sebuah gelar. Aku tidak pintar dalam hal apapun."
"Jangan minder, kau bisa melakukan segala hal kalau tidak mana mungkin aku mempekerjakanmu sebagai sekretarisku."
"Tuan memperkerjakanku sebab aku memiliki hutang lagi pula sebelum aku datang tidak ada yang namanya asisten pribadi. Itu sebabnya aku dibenci karena aku bekeeja langsung dengan Tuan."
Surya memalingkan wajah ke arah Bulan yang turut memandangnya. Ada sebuah kehangatan tatkala memandang wajah satu sama lain. "Kenapa? Kenapa Tuan tiba-tiba menolongku? Kita baru saja bertemu di jalan. Aku tak mengenalmu, kau tak mengenalku tapi kau setuju untuk menolongku."
Surya tersenyum. "Karena nurani. Kau terlihat frustasi jadi aku mau membantumu."
"Bahkan ketika aku tidak punya wajah cantik?" tanya Bulan meyakinkan.
"Aku memang tidak tahu kalau kau memilìki wajah cantik dari awal."
"Lalu bagaimana asisten pribadi?"
"Sesuka hatiku. Kau kan memiliki hutang padaku dan perjanjiannya adalah kau menerima segala persyaratan yang ada jadi aku membuat lapangan kerja untukmu," kata Surya sambil tersenyum bangga. Senyumnya kemudian menghilang. Tatapannya berubah lagi seakan memandang dalam pada mata Bulan.
"Aku merindukanmu." Surya berucap sendu. "Dengan semua kekonyolan perjanjian bodoh itu tidak bisa aku melakukan apapun. Aku sadar, aku terbiasa dengan kau berada di sisiku. Rasanya tidak sama jika bukan kau yang asisten pribadiku Bulan. Kesibukan pun tidak bisa melengkapi kekosongan yang aku rasakan tanpa dirimu."
Bulan tertegun. Darahnya berdesir hebat sementara ia bisa merasakan wajahnya terasa panas. Ini memang bukan pernyataan suka namun kenapa Bulan bisa merasakan sebuah gejala layaknya jatuh cinta?
"Tuan kan bisa menemuiku kapan saja kenapa harus menunggu?"
"Ya itu bisa saja aku lakukan tapi akan lebih baik kalau kamu selalu bersamaku." Masih tak melepas pandangan Surya mulai mendekat. Pandangannya terarah pada bibir Bulan.
Bulan yang awalnya terpaku langsung membuang pandangan ke tempat lain. Dia berusaha mengatur napasnya seolah-olah pasokan oksigen menipis di sekitar Bulan.
"Aku rasa aku harus tidur ini sudah malam. Selamat malam Tuan." Bulan bingkas berdiri tanpa menoleh sedikit pun ke arah Surya.
"Maafkan aku," ucap Surya mendadak. Bulan menghentikan langkah sembari membalikan badan. "Aku sering terbawa suasana, maafkan aku."
"Aku juga minta maaf," sahut Bulan dengan terbata-bata. "Aku tidak mau kenyamanan di antara kita jadi rumit. aku hanya ingin hidup tentram dan tak mau berhubungan dengan siapapun ... aku harap Tuan bisa mengerti."
Melihat Bulan ingin pergi Surya segera mencegat lagi perempuan itu untuk pergi. "Selain aku rindu dengan kehadiranmu, aku rindu dengan pakaian yang kau siapkan. Begitu cocok membuatku percaya diri. Aku rasa kau pandai dalam hal itu."
Setelahnya Surya berdiri, berjalan pergi ke arah berbeda dari Bulan. Bulan pun ikut melangkah jauh dari tempat mereka duduk. Dia tidak langsung tidur ketika sampai di kamar. Bulan memilih untuk mengambil buku dan alat tulis kemudian mencatat beberapa nama pakaian yang digunakan oleh Surya.
Berkat pelajaran dari Bu Dona yang mengajarkan sedikit fashion favorit Surya serta beberapa jenis kain enak dipakai jikalau saja majikannya itu ingin Bulan membeli pakaian untuknya.
Dengan ini Bulan akhirnya tahu apa yang harus dilakukan. Meski ragu tapi tak ada salahnya untuk mencoba. Bulan menghentikan kegiatan menggambar sketsa. Menimbang sebentar lalu menulis bahan-bahan baju yang ia inginkan.
Untuk model pertama Bulan menulis nama temannya, Ami. Dia juga mengambil sebuah buku kecil dan mencari sebuah nama, seorang teman dari kampus yang tahu menggambar pola maupun menjahit. Dia ingin belajar lebih dalam.
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...