Bulan tampak tertekan dengan sorot mata milik Surya yang teduh namun cukup membuatnya terintimidasi. Apa yang harus dia lakukan sekarang?
"Aku bertanya padamu, kenapa kau diam saja! Siapa kau?" tanya Surya sekali lagi membuat Bulan terkejut.
"Pelayan!" balas Bulan gelagapan. Ekspresi datar Surya berganti heran. Dia kemudian menyorot Bulan secara seksama lalu menggeleng entah karena apa.
"Bohong, dengan wajahmu yang cantik ini tak mungkin kau menjadi seorang pelayan lagi pula aku mengenal semua pelayan di sini dan aku tak pernah melihatmu." keringat dingin menguncur deras dari tubuh Bulan saat Surya mendekat menatap kedua mata Bulan dalam-dalam.
"Siapa namamu?" tanya Surya. Sepasang mata elang miliknya tak pernah lepas dari Bulan menimbulkan tekanan yang luar biasa dalam diri.
Bukan itu saja yang dilakukan oleh Surya. Napas Bulan tercekat kala tangan Surya yang besar nan hangat membelai pipinya lalu beralih pada bibir Bulan yang mungil.
Ditatapnya baik-baik sembari mengusap bibir yang berwarna merah muda secara alami. Begitu menggiurkan untuk dicium. Perlahan tapi pasti wajah Surya mendekat sementara Bulan mematung. Jantungnya berdebar tak karuan melihat wajah tampan sang majikan sangatlah dekay dengannya.
Tinggal secenti lagi bibir mereka akan bertemu naasnya takdir tak ingin hal itu terjadi. Seorang lelaki yang usianya sama dengan Surya membuka pintu. "Surya, jangan tidur terus! Bangun, aku mau ..." Si lelaki terdiam begitu saja dan dengan tampang terkejut menatap pada Bulan beserta Surya.
Suara gebrakan dari pintu yang terbuka membuat Bulan sadar dan menoleh pada si lelaki teman Surya. "Ma--Maaf aku mengganggu kalian!" ucap si pria mendadak. Surya mendengus kesal yang ditujukan untuk temannya itu.
"Dasar bodoh." desis Surya. Tepat saat itu juga Bulan merasa rangkulan di pinggangnya bisa agak melonggar. Dia pun langsung menggunakan kesempatan tersebut untuk lari.
"Maaf Tuan." lirih Bulan sebelum akhirnya mendorong kuat Surya. Karena peristiwa itu cepat sekali, Surya tak bisa melakukan apa-apa selain melepaskan rangkulan dari tubuh Bulan.
Secepat mungkin Bulan berdiri. Berlari kecil menghampiri barang-barang yang ada di meja kemudian menuju pintu. Ada satu tantangan di sana yaitu teman Surya.
"Jangan biarkan dia lolos Tom!" Lelaki yang bernama Tom itu tampak merentangkan kedua tangan dan kakinya, tak membiarkan wanita itu lari.
Bulan berpikir cepat, dia harus pergi dari kamar Surya sebelum sang majikan bisa menangkapnya sekarang. Melihat di bawah kaki Tom tak terhalang apa-apa, Bulan segera menunduk lalu melewati celah di antara kedua kaki milik teman Surya dan berlari secepat mungkin sedang Tom melongo saja.
"Sial!" Surya mendorong tubuh Tom yang menghalangi jalan. Dari lantai dua dia melihat Bulan bergegas turun ke lantai satu.
"Pelayan tangkap gadis cantik itu!" Namun terlambat, Bulan sudah melewati beberapa dari mereka dan para pelayan yang berusaha menangkapnya begitu mudah dikelabui selain karena tubuh Bulan yang gesit.
Bulan berlari sekencang mungkin menuju halaman belakang untuk ke kamar sedang Surya terlihat geram sekali. "Masa menangkap seorang gadis saja tak becus!" ejek Surya sambil menuruni tangga.
"Kalian cari di setiap sudut rumah, aku yakin dia masih ada di sini sedang beberapa di antara kalian ikut aku, kita akan mencari di kamar para pelayan." lanjutnya tegas. Semua pelayan mengikuti perintah Surya yang kini bergerak ke kamar para pelayan khususnya wanita.
Setiap seluk beluk kamar dari pelayan wanita diteliti dengan baik hingga tak ada satu pun yang terlewatkan meski itu adalah secuil debu. Dari dalam kamar Bulan merasa ketakutan kala mendengar kamar teman-temannya di obrak abrik.
Tok tok
Bulan terperanjat setengah mati. Dia pun mengelus dada mencoba untuk tenang. "Si-siapa?"
"Ini aku Surya." Gadis itu langsung mengenakan kacamata lalu membukanya memasang ekspresi polos.
"Tuan, ada apa?" Surya tak menjawab. Dia mendorong pintu sampai terbuka lebar dan melihat ke segala arah.
Mulailah Surya mencari sesuatu di kamar Bulan atau lebih tepatnya seseorang. "Tuan, kenapa kau menggeledah kamarku? Apa terjadi sesuatu?"
Sontak Surya menghentikan aksinya lalu berbalik menatap Bulan. Sang majikan kemudian mendekat pada Bulan yang sukses terkesiap.
Otomatis langkah Bulan mendadak mundur. Sialnya lemari baju yang berada di belakang Bulan menghambat gerak kakinya dan Bulan tak berdaya. Gadis itu lalu mengedarkan pandangan ke tempat lain berusaha mengabaikan wajah Surya yang dekat.
"Bulan, kau lihat tidak seorang gadis cantik berlari dari ruang tamu?"
"Ti--tidak Tuan. Saya tak melihat seseorang datang dari sana." Kening Surya lantas tertaut. Dirinya curiga terhadap calon pelayan pribadinya itu.
"Apa kau serius?" Bulan mengangguk dengan tenang.
"Lalu kenapa kau gugup begitu?"
"Ekhem, Tuan bagaimana tidak saya gugup? Anda sangat dekat dengan saya." Surya memandang dalam diam beberapa saat lalu menjauh. Pria itu merasa bahwa alasan Bulan masuk akal.
Sebab itu Bulan mengembuskan napas lega. "Oh iya kapan kau keluar dari kamar mandi? Aku tak menyadarinya sama sekali."
Lagi, Bulan kembali menampakkan wajah kaku. "Mm ... Itu karena Tuan tertidur lelap sekali jadi saya tak ingin mengganggu dan pergi secepat mungkin."
"Ohh ... Begitu. Kau serius bukan tidak melihat seorang wanita yang berlari dari ruang tamu?" tanya Surya sekali lagi penuh intimidasi.
"Iya."
"Bagaimana dengan saat kau pergi dari kamar? Apa tak ada seseorang yang kau lihat menuju kamarku?" Bulan menggeleng.
Surya menatap lekat pada Bulan sekali lagi berharap raut wajahnya ada kebohongan yang dia baca sayangnya dia tak mendapatkan apa-apa. Dia kemudian membuang napas.
"Baiklah aku percaya padamu. Maaf mengganggu kalian, aku pergi dulu. Selamat malam Rembulan."
"Malam juga Tuan Surya." Surya pun menghilang dari balik pintu membuat Bulan mengembuskan napas lega untuk kedua kalinya.
Syukurlah Surya dikelabui meski agak sulit. Pokoknya dia harus berhati-hati jika dekat dengan majikannya itu. Entah kenapa memori Bulan teringat akan tatapan lekat Surya juga keduanya nyaris berciuman.
Wajah Bulan tampak seperti kepiting rebus. Segera ditepisnya dengan menggeleng secara cepat. Tidak!
Bulan harus tahu diri dan membuang ingatan nyaris berciuman dengan Surya sebab biar bagaimana pun juga Surya adalah majikannya. Seorang pria kaya yang pastinya tak akan cocok jika bersanding dengannya yang hanyalah seorang anak dari buruh tani miskin.
Karena malam larut dan tidak memiliki petunjuk akhirnya pencarian si gadis misterius, Surya menghentikan pencarian tersebut. Di dalam pikirannya terbayang-bayang wajah jelita si gadis misterius. Surya masih bisa merasakan betapa halusnya kulit wajah sang gadis misterius.
Terutama bibirnya yang nyaris dia cium. Agak kesa karena Tom Surya tak bisa mencium bibir yang menggodanya itu "Semoga kita bisa bertemu lagi Nona misterius."
❤❤❤❤
See you in the next part!!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...