Bulan lantas menepis tangan pria itu dari pundaknya. "Maaf anda terlalu dekat dengan saya. Tolong beri jarak," kata Bulan.
"Atau apa? Kau mau melaporkanku?" tanya pria asing itu menantang.
Bulan agak lama menjawab. Dia memilih mengambil jarak terlebih dahulu, masih dengan perasaan tak nyaman. "Loh kenapa tiba-tiba kau menjauh begitu ayo duduk dekat sama om."
Tangan Bulan diraih dan membuat gadis itu syok apa lagi saat jari-jari pria itu mengelus punggung tangan miliknya. Segera Bulan menarik kasar dan berdiri agar bisa menjauh.
"Tch, kau ini jual mahal sekali sudahlah terima saja." Pria asing itu kemudian berbisik disertai senyuman tak mengenakkan.
"Ini memang pekerjaanmu, kan?" Mata Bulan membulat mendengar ucapan yang merendahkan terutana setelah kalimat penuh pengejekan kembali ditujukan padanya.
"Menurutmu aku tidak tahu, kau itu sugar baby Surya." Amarah Bulan memuncak dan langsung menampar si pria di depan semua tamu undangan.
Raut wajah pria berubah jadi galak. Dia berdiri memperlihatkan badannya yang lebih besar dari Bulan sampai-sampai bayangan dari pria itu menutupi seluruh tubuh wanita tersebut.
Dia hendak menyakiti Bulan dengan mengangkat tangan namun pintu mendadak terbuka menampakkan beberapa pria berjas hitam masuk. "Ada apa ini?" tanya seorang dari mereka. Kelihatannya dia adalah pimpinan dari beberapa orang tersebut.
"Wanita gila ini...." tunjuk si pria berbadan gembul itu kepada Bulan. "Dia menamparku!"
"Itu karena dia melecehkanku. Dia menganggapku sebagai pelacur Pak!" potong Bulan bersuara nyaring.
"Tidak itu tak benar!" Si pria bertubuh tambun membantah.
"Apa yang dikatakan gadis ini benar, Zidan!" Jessica ikut menyahut. "Aku melihat dan mendengar apa yang dilakukan pria ini kepada Putri. Kau lihat, kan Syifa?" lanjutnya.
"Ya aku lihat." Beberapa tamu juga ikut menyuarakan persetujuan membuat pria bertubuh tambun itu geram.
Dengan menggertakan gigi dia berteriak. "BAGAIMANA KALIAN BISA MEMPERCAYAI DIA?! PEREMPUAN INI HANYA SIMPANAN MURAHAN! DIA SAMA SEKALI TIDAK MEMILIKI HARGA DIRI?!"
Sebuah pukulan melayang secara tiba-tiba membuat si pria asing terjatuh dari tempatnya berdiri. Di hadapannya tampak sosok Surya yang memberikan tatapan penuh kebencian.
"Ternyata kau Pak Burhan, aku tak terkejut sama sekali." Surya lalu merendahkan tubuhnya dan menggapai kerah kemeja milik Burhan.
Burhan membeku, keringat dingin menguncur di pelipisnya. "Aku muak sekali dengan sikapmu dan karena kau telah melecehkan asistenku, aku sudah kehilangan kesabaran."
Surya lalu mengalihkan pandangan pada Zidan. "Bawa dia keluar dari sini." Zidan lantas mengisyaratkan anak buahnya untuk mengangkat tubuh Burhan yang kini tidak sanggup berdiri.
Zidan pun ikut bersama meninggalkan pesta. "Kita pulang sekarang, moodku jelek sekarang," perintah Surya lagi namun kali ia tujukan ke Bulan.
Bulan patuh dan keluar dari tempat itu sementara Surya berbicara terlebih dahulu dengan Syifa dan Jessica. Tapi ia berhenti sebentar di depan lift mau menunggu bosnya.
"Kupikir kau sudah pulang." Bulan menoleh, menemukan Jessica menghampiri.
"Aku menunggu Tuan," balasnya jelas.
"Oh begitu ... sepertinya kalian sangat dekat ya." Jessica menggoda sambil tersenyum centil.
"Ah tidak kok!" Bulan membuang muka. Ada rona merah dari wajah Bulan yang membuat senyum Jessica mengembang.
"Ehem sepertinya ada yang saling suka nih," godanya lagi. Bulan mencoba menepis tapi Surya datang sambil merapikan pakaiannya.
"Kenapa kau masih ada di sini? Bukannya aku meminta kau turun?" tanya Surya.
"Maaf Tuan saya cuma mau menunggu Tuan." Surya menghembuskan napas panjang dan beralih kepada Jessica.
"Terima kasih atas bantuanmu. Aku dan Bulan pamit." Jessica mengangguk sambil tersenyum.
"Lain kali datang ke sini lagi ya." Tidak ada ucapan yang keluar dari Surya selain membuat senyuman palsu. Jujur dia tak mau membawa Bulan ke tempat itu lagi.
Pintu lift terbuka. Bulan serta Surya masuk dan dengan segera pria itu menekan tombol menuju tempat parkir. "Tuan apa anda kesal?" tanya Bulan.
"Ya,"
"Kenapa?"
"Temanku ... dia mencoba meracuniku," jawab Surya jujur. Bulan terkejut, dia langsung melihat ke tubuh Surya.
"Tuan tidak apa-apa? Apa ada yang sakit? Kita harus ke rumah sakit untuk cek kondisi Tuan!"
"Aku baik-baik saja." Surya menyahut singkat, padat dan jelas. Tapi meski demikian Bulan mendesah panjang.
"Ini semua salahku," ujarnya tiba-tiba. "Kalau saja aku tidak datang ke pesta itu pasti kau tidak akan diracuni. UKH!! aku benci wajah ini!"
"Apa maksudmu? Kau sama sekali tidak salah! Orang itu yang jelas salah. Bisa-bisanya dia meracuniku!" balas Surya sengit, dia tak suka dengan ucapan Bulan yang menyalahkan diri sendiri. Itu sama saja membenci diri sendiri.
"Tuan tidak mengerti karena Tuan tidak mengalaminya. Lagi pula Tuan adalah seorang pria, bukan wanita." Bulan membalas dengan kesal. Tak lama lift terbuka. Bulan bergegas keluar sedang Surya ikut dari belakang.
Sampai di mobil, Bulan masih diam membuat Surya juga tidak bicara. Pria itu sadar ada sesuatu yang salah dari Bulan dan jika semakin gadis itu terus menanamkan pikiran semacam tadi, bisa saja berakhir buruk buat Bulan.
Mobil berhenti dan Bulan bergegas keluar dari mobil. Tapi dia tidak bergerak. Dia menunggu agar bisa bicara lagi pada Surya.
Surya seakan mengerti lalu ikut keluar dari mobil, menghampiri Bulan. "Aku minta maaf Tuan. Aku seharusnya tidak terpancing emosi saat bersama anda,"
"Tidak apa-apa Bulan. Jangan merasa bersalah tentang apa yang terjadi dan jika kau memiliki masalah, katakan padaku sejujurnya." Surya menyahut sembari memberikan kacamata milik Bulan.
Bulan menerima dengan tersenyum tipis. "Terima kasih Tuan atas perhatiannya tapi ada sesuatu yang tidak aku mengerti. Kenapa kau sangat peduli padaku? Padahal aku cuma pelayan yang terlilit hutang?"
Surya menjawab, "Kau bawahanku Bulan dan aku tak mau sebuah masalah membuat peformamu menurun." Dia kemudian pergi meninggalkan Bulan termenung sendirian. Sungguh dia tak mengerti akan pikiran majikannya itu.
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...