Rencana Tertutup

47 3 0
                                    

Ami dan Bulan bergerak cepat kembali dari ruang keamanan. Langkah keduanya begitu terburu-buru menghampiri Shera yang sedang berkumpul bersama beberapa teman.

Belum beberapa langkah, Bulan langsung berhenti. "Kenapa? Takut?" tanya Ami.

"Ami, sebaiknya kita tidak usah bertanya dulu pada Shera." Bulan sekali lagi meragu.

"Kenapa? Kamu tidak mau sketsamu kembali?"

"Aku mau hanya saja aku tidak ingin cari masalah. Bagaimana kalau kita bertanya padanya saat teman-temannya itu tidak ada?" Bulan memberi usulan.

"Tentu saja tidak, Shera membobol kamarmu. Kita memiliki bukti CCTV lalu kenapa kita harus khawatir membuka kedoknya? Kita tidak salah dan justru kita harus konfrontasi dia di sini sekarang juga." Ami ⁸menekat dengan penuh keberanian, dia berhenti tepat di depan Shera.

"Shera, siang tadi kamu ke mana?" tanya Ami, tidak berbasa-basi.

Shera tidak menjawab. Teman-temannya yang membalas dengan nada ketus. "Memangnya kenapa? Apa kau punya masalah dengan teman kami?" salah seorang dari mereka balik bertanya.

"Teman kalian membobol kamar temanku, jelas aku punya masalah dengan dia!" sahut Ami tak kalah nyolot.

"Jangan sembarangan menuduh, Shera sepanjang hari bersama kami. Dia tidak mungkin membobol kamar temanmu!" sangkal seorang lagi.

"Oh ya lalu bukti CCTV ini bagaimana? Jelas Shera datang ke kamar temanku. Gelagatnya saja aneh begitu." Ami menunjukkan bukti kuat itu di ponselnya.

"Lalu kenapa? Bisa jadi kan video bisa dimanipulasi?" bela temannya.

"Ya itu benar, zaman sekarang mana ada yang nggak bisa dibuat hisa jadi kamu dan temanmu sengaja mengedit video agar terlihat seperti Shera. Tak tahu malu sekali ingin membuli Shera!" Rahang Ami mengeras. Geram dengan tuduhan tak jelas yang dilontarkan oleh teman Shera.

Bulan segera menghampiri. Tangannya berusaha menarik Ami agar menjauh. "Kak Bulan, jadi kau teman orang ini?" Shera akhirnya bersuara. Tatapannya penuh kesedihan.

"Aku tak mengerti kau orang baik tapi bisa-bisanya kau meminta pembelaan dari temanmu. Kau tega sekali menuduhku membobol kamarmu, bahkan mengedit video CCTV." Bulan tak berkata apapun malah Ami yang makin jengkel.

Ami ingin sekali mengucap sumpah serapah tapi Bulan menghentikan aksinya. "Apa kau cemburu karena aku dekat dengan Tuan Surya? Sebab aku mengambil posisimu?" tanya Shera. Nadanya terasa pilu cukup membuat teman-teman naik pitam.

"Menjauhlah dari Shera! Awas saja jika kalian berdua mendekatinya, kalian akan aku laporkan pada Bu Dona mau kalian berakhir seperti senior yang membuli Shera?!" Ancaman dari teman Shera tak membuat nyali Ami ciut tapi sekali lagi Bulan menariknya pergi.

Ami segera melepas tangan Bulan kasar ketika dia tak lagi melihat Shera beserta teman-temannya yang setia itu. Dia melihat Bulan dengan perasaan dongkol. "Kenapa diam saja?! Shera menuduhmu, teman-temannya menyudutkan kita berdua! Apa kau tidak marah dengan semua itu?!" hardik Ami kesal.

"Lalu apa? Bahkan dengan video CCTV mereka masih mempercayai Shera, kalau kita melanjutkan pertengkaran tadi kita yang akan rugi bukan Shera. Tenangkan dirimu, aku yang akan mengurus semua ini tidak usah khawatir." Bulan mengelus pundak Ami, berharap menenangkan.

"Bagaimana caranya? Kau menggambar lagi sketsa desainmu? Ingat tengat waktunya besok, bagaimana bisa kau menggambar 21 desain baju dalam semalam?!" Ami tetap saja tak tenang. Dia akan kecewa jika Bulan melewatkan kesempatan mendapatkan sponsor.

"Ayo kita makan malam saja ok? Kamu sepertinya perlu istirahat." Bulan dan Ami bergerak menuju salah satu meja jauh dari Shera beserta teman-temannya.

Sepanjang malam itu pun Ami dan Bulan tak berbicara. Ami masih kesal dengan Shera begitu juga Bulan. Dia kasihan serta kesal sebab Bulan mengurus hal ini seorang diri, seakan segala pembelaan dari Ami semua sia-sia saja.

***

Akhirnya pagi menjelang. Setelah cucian selesai dijemur, Bulan segera meminta Ami menemaninya lagi menemui Ayu. Anehnya, sketsa itu kembali pada tangan Bulan entah bagaiamana caranya.

"Bulan, kau melakukan apa sampai Shera mau memberikan buku sketsamu?" tanya Ami penasaran.

"Aku akan menceritakannya tapi belum sekarang. Jika Ayu mau jadi sponsor aku harus bekerja keras dan mungkin akan memakan waktu yang cukup lama." Bulan menolak menjelaskan. Dia jauh lebih perhatian pada lomba sekarang. Semangat kini mulai membara lagi dalam diri Bulan.

Ami tak serta merta membalas, merasa Bulan menutupi sesuatu darinya. "Kau tidak memohon pada Shera kan?" Bulan menggeleng.

Pintu lift terbuka dan sekretaris Ayu telah menunggu, membawa mereka menuju kantor. "Tak usah berbasa-basi, ayo aku ingin melihat desainmu."

Sekali lagi Bulan menjelaskan tiap karyanya termasuk bahan-bahan yang ia ingin pakai dari desainnya. Kadang juga Ayu memberi masukan untuk tiap desain baju Bulan. Dia setuju memberikan investasi tapi dengan catatan Bulan harus memusatkan perhatian dan waktu untuk lomba fashion ini.

Bulan dan Ami kemudian pamit undur diri dan sepanjang perjalanan Ami terus bertanya-tanya, gelisah dengan keputusan yang akan nantinya Bulan buat. "Bagaimana kalau Tuan Surya tak memberikanmu izin?" tanya Ami.

"Ya, kita harus mencoba kan selagi ada keinginan kita bisa kok melakukannya. Sudah jangan khawatir, aku akan mendapat izin dari Tuan Surya." Bulan berucap sembari tersenyum.

***

"Tidak, aku tak mau memberikan izin," ucap Surya tegas. Ami menundukan kepalanya tak sanggup melihat Surya yang terlihat begitu marah menurutnya sementara Bulan mengerjapkan mata, tak terima dengan keputusan majikan.

"Tuan saya berjanji, saya akan bekerja keras setelah lomba fashion ini dan..."

"Kamu tolong pergi dari sini dulu. Saya mau berbicara dengan Bulan sendirian." Ami patuh. Dirinya cepat-cepat keluar dan menutup pintu.

Bulan hanya bisa melihat Ami keluar. Begitu dia memalingkan pandangan Surya ada di depan, merangkul pinggang Bulan agar mendekat. Reflek Bulan menahan Surya dengan kedua tangannya.

"Maksudnya apa tadi? Kau meminta izin agar fokus pada fashionmu lalu bagaimana dengan rencana kita. Rencana untuk membuka kedok Shera." Surya berbisik tepat pada telinga Bulan.

"Itu bisa di atur Tuan Surya, lepaskan aku dulu." Surya menggeleng, dia melirik ke arah rak. Jika diperhatikan ada sebuah titik merah yang terus menyala. Sebuah kamera tersembunyi.

"Oh selain alat perekam ada juga kamera tersembunyi, cerdas sekali." Bulan memuji dengan nada pelan.

Surya mengkerutkan dahi, mengeratkan lagi rangkulannya pada Bulan. "Tuan, tenang saja kok rencana akan sesuai begitu aku menyelesaikan 21 baju rancanganku. Kita bisa mendapat bukti yang memberatkan Shera, aku tak akan mengecewakanmu."

"Kau tak mengecewakanku, baik dulu sampai sekarang. Hanya saja, aku tak mau kau meninggalkan tempat ini atau lebih tepatnya aku .... aku tak mau kau meninggalkanku." Suara Surya tak lagi berbisik. Meski pelan tapi bisa terdengar jelas.

****

See you in the next part!! Bye!!

Putri Malam(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang