Shera Diperdaya

49 6 0
                                    

Pesta sudah di depan mata. Semua orang bersiap menyambut kedatangan para tamu. Dengan memakai seragam, beberapa pelayan telah menunggu di depan pintu mengawal orang-orang yang datang lebih dulu.

Surya menatap semua kesibukan itu di balkon kamar. Menarik napas dalam-dalam dan berjalan kembali ke kamar. Dona telah menunggu dengan pakaian rapi siap menunggu perintah.

"Bagaimana dengan Bulan?"

"Setelah memastikan semua para tamu palsu telah berkumpul, Bulan akan datang dengan mobil. Kami akan menyorotnya dengan lampu begitu dia masuk ke tempat pesta." Dona langsung menjawab.

"Lalu bagaimana dengan Bulan palsu?" Surya bertanya lagi.

"Bulan palsu sudah berada di tempatnya dan tidak ada yang tahu jika dia bukan Bulan." Surya mengangguk.

"Usahakan Shera harus melihat Bulan, kita berikan dia kesempatan dan setelah itu, kemungkinan besar dia akan membuka kedoknya."

"Baik Tuan."

"Tolong minta Bulan agar berhati-hati, ini akan beresiko untuknya, aku tak mau kalau dia terluka." Bu Dona mengiyakan permintaan Surya kemudian pergi.

Surya kemudian memperbaiki dasinya, menatap bayangan sendiri tanpa keraguan dan mengembangkan senyum. Surya lantas keluar dari kamar menyapa para tamu yang baru saja datang.

Para tamu palsu itu ialah karyawan kantor Surya. Mereka sama sekali tak tahu jika mereka adalah bagian rencana Surya serta Bulan guna menjebak Shera dan mereka pun tampak nyaman dengan pesta tersebut.

"Nona Bulan," suara bariton seorang pria terdengar. Bulan sontak menatap pria yang tampak sopan itu. "Bu Dona menelepon, para tetamu telah datang sudah saatnya Anda datang ke pesta."

"Terima kasih." Dengan memakai gaun berwarna krem, Bulan berjalan keluar menuju mobil limosin yang sudah menunggu di depan salon.

Tidak lama mobil itu akhirnya sampai, Bulan berjalan keluar dan dituntun oleh seorang pelayan menuju ruang utama. Dari pintu yang besar, terdengar suara dari luar. Perlahan tapi pasti pintu tersebut terbuka.

"Mari kita persilakan masuk, Nona Putri tunangan Tuan Surya." Tepuk tangan terdengar meriah saat Bulan memasuki ruangan.

Ini cukup membuat Bulan merasa sangat gugup apalagi seluruh pusat perhatian tertuju pada Bulan seorang termasuk Surya. Dia berada di depan bersama MC tersenyum melihatnya.

Peristiwa ini seperti acara pernikahan jika saja ini bukan sebuah acara palsu. Dengan sikap gentleman Surya menjulurkan tangan untuk Bulan bisa berpegangan saat menaiki tangga.

Surya berdeham sebentar, tenggorokannya agak kering. "Terima kasih atas kedatangan kalian. Saya selaku Tuan pesta mengucapkan terima kasih atas kehadiran kalian. Selain keberhasilan proyek baru yang perusahaan kembangkan, saya ingin memperkenalkan calon tunangan saya. Perkenalkan, Nona Putri."

Kilat cahaya kamera terus terlihat. Bulan mencoba tersenyum, tidak pun keberatan dengan Surya merangkul pinggulnya mesra. Ada begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh wartawan tapi seperti ucapan Surya, Bulan tak perlu menjawab.

MC acara melanjutkan pesta. Sementara Surya dan Bulan bergerak menuju meja utama menikmati hiburan serta makanan yang enak. Bulan terus fokus pada Shera. Dari tempatnya duduk dan meski banyak sekali para tamu berlalu lalang, dia bisa melihat posisi Shera berdiri sekarang.

Dari raut wajah, Shera terlihat tidak ramah menawarkan minuman bahkan terkesan abai. Matanya pun terus mencuri pandang ke arah depan. "Tuan, aku rasa dia selalu melihat ke arah kita."

Surya yang menenggak anggur merah ikut juga memerhatikan, setuju dengan ucapan Bulan. "Dia masih terlihat tak terganggu, tidak lama lagi dansa akan dimulai. Setelah itu baru kau pura-pura ke kamar kecil."

"Baik Tuan." Hiburan telah usai kini acara dilanjutkan dengan menyantap makanan. Untuk menarik perhatian Surya dan Bulan sengaja saling menyuapi satu sama lain.

Momen tersebut pun di abadikan oleh kamera wartawan. Tidak lama, penyanyi yang disewa oleh Surya mulai memeriahkan suasana. Para tamu tampak senang dan mulai menari mengikuti irama lagu.

Di sinilah acara puncak terjadi. Musik yang begitu membuat gembira kini menjadi lagu romantis nan lembut. Surya mengulurkan tangan, mengajak Bulan berdansa.

Para tamu ikut juga menari dengan pasangan mereka tapi Bulan dan Surya menjadi pusat perhatian. Tidak seperti di pesta topeng, Bulan telah berlatih beberapa hari bersama Surya agar kaki majikan itu tak terluka lagi.

Dalam dansanya Bulan jadi ingat segala kenangan bersama Surya. Semuanya begitu Indah dan menyedihkan. Sayang sekali mereka harus berpisah segera setelah Shera mengaku semua kesalahannya.

Bulan jadi terbawa suasana. Mukanya langsung murung dan tanpa disadari dia memeluk Surya dengan erat. Bisa saja ini adalah kesempatan untuk berbicara tapi lidah Bulan tidak mampu berucap.

Ada pun Surya ikut membalas dengan merengkuh hangat tubuh pasangan dansanya. Bulan tidak tahu Surya terus saja menghitung setiap detik dari malam ini. Esok hari mereka adalah orang asing jadi hanya malam ini dia bisa menikmati waktu bersama Bulan. Cukup malam ini saja.

Acara dansa telah usai. Bulan meminta izin untuk pergi ke toilet tanpa seorang pun mengikuti. Bulan berusaha untuk terlihat tenang dan mulai membasuh tangannya dengan air setelah menyelesaikan urusan di toilet. Baru keluar beberapa langkah, Shera berada di hadapannya.

Bulan terkejut tapi dengan cekatan dia bisa menghindar dari serangan Shera. Sebuah pot bunga di pegang olehnya dan ia lemparkan ke arah Bulan. "Kenapa kau tak mati saja?! Kau merebut Tuan Surya dariku! Gara-gara kau aku tidak bisa jadi Nyonya di sini!" bentak Shera.

"Siapa kau? Tiba-tiba saja menyerangku seperti ini! Apa kau gila?!" Bulan balik berteriak.

"Ya aku gila!" jerit Shera dipenuhi dengan amarah. "Saking gilanya aku bahkan menyingkirkan orang-orang yang tidak menyukaiku, memfitnah Bulan asisten pribadi Tuan Surya supaya dia bisa melihatku tapi Surya selalu saja menolak! Satu-satunya yang harus aku lakukan sekarang adalah menyingkirkanmu." Shera mengambil pecahan pot bunga yang berantakan.

Diancungkannya ke arah Bulan. "Dengan begini, tidak akan ada siapapun yang menjadi lawanku." Shera berlari menerjang tubuh Bulan namun sebelum sempat pecahan itu menikam Bulan, Surya dengan cepat menarik tangan Shera.

Dia memberikan dua tamparan keras ke wajah Shera dan jatuh tersungkur di lantai. "Akhirnya setelah sekian lama menunggu akhirnya aku bisa menamparmu. Aku muak sekali dengan kau dan kepribadianmu yang kekanak-kanakan itu!" Kali ini Surya menghardik keras Shera.

Shera menatap nanar Surya. Tubuhnya gemetaran ketakutan. "Tuan, saya minta maaf! Apa yang Anda dengar dari mulut saya itu tak benar!" bela Shera gugup.

"Apa yang harus dijelaskan lagi Shera, kau sudah mengaku bahwa kau memfitnah rekan kerjamu. Kau yang mengaku sendiri!" seru Surya kesal. Surya kemudian melempar beberapa foto, sebuah bukti kuat untuk membuat Dinda diam. "Kau pikir aku tidak tahu kau melakukan apa di belakangku? Shera karena kelakuanmu, aku memecatmu. Kau tidak boleh dekat dengan rumah ini lagi. Ada polisi yang akan menjemputmu atas tuduhan percobaan pembunuhan. Bawa Shera dan kurung dia di suatu tempat. Jangan sampai dia lolos sebelum polisi datang."

"Baik Tuan."

***

See you in the next part!! Bye!!

Putri Malam(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang