Diminta Menjauh

674 58 6
                                    

Surya tetap berada di tempatnya sambil menikmati teh dan secara mendadak asisten pribadinya Bulan kembali dengan tersipu malu. "Loh katanya kau ada urusan kenapa kau cepat sekali kembali?"

Bulan menunjukkan sikap yang kikuk. Gadis itu berdeham lalu berucap pelan, "maaf Tuan saya yang sensitif sebenarnya tak ada urusan yang harus dikerjakan."

"Tidak apa-apa, aku bisa mengerti," kata Surya tenang. Raut wajahnya yang datar dari sang bos menciptakan ketenangan dalam diri Bulan.

Sebuah senyuman terpantri dari wajah gadis itu begitu mengembuskan napas lega. "Terima kasih Tuan, bisa tidak saya temani anda tapi saya tak mau duduk dengan Tuan. Apa boleh?"

"Tentu asal kau didekatku."

"Baik Tuan." Pada akhirnya Bulan berdiri di dekat Surya, menikmati cahaya sinar matahari dan suasana damai. Tampak dari kejauhan sosok Ayu dan Dona melihat mereka berdua dalam diam.

"Apa yang saya katakan itu bukan bualan Ibu Dona, dia baru bekerja beberapa hari tapi Bulan sudah mendapat perhatian dari Tuan Surya. Suatu hak istimewa yang tak pernah dia perlihatkan pada pelayan lain," ujar Ayu licik.

Ibu Dona melihat pada Ayu yang menundukan kepala. Berpura-pura seakan dia segan kepada kepala pelayan itu namun sebenarnya sekedar mengecoh Dona.

"Kau benar Ayu dan ini tidak bagus jika selalu seperti ini. Bulan harus diberitahukan agar dapat menciptakan jarak antara dirinya dan juga Surya." Dona kemudian menatap lagi pada Bulan dan Surya yang kini berjalan masuk.

Gadis itu tengah memapah sang majikan yang kesulitan dalam berjalan. "Kau boleh pergi sekarang," titah Bu Dona kepada Ayu.

Wanita itu lantas semringah dan undur diri. Ketika Dona menghilang dari pandangan barulah Ayu berjalan santai dengan salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas.

Dia merasa sudah memberikan ganjaran setimpal untuk Bulan yang ia rasa telah merebut Surya. Sang majikan memanglah tampan dan selalu baik kepada siapa saja meski caranya berbeda.

Ayu pernah mendapat perhatian dari Surya yang membuat wanita itu tergila-gila. Karena diberikan perlakuan secara istimewa, Ayu merasa jika dia adalah gadis yang spesial sebab hal tersebut namun secara mendadak datanglah Bulan mengambil segala milik Ayu.

Sekarang wanita itu tinggal menunggu Bulan untuk dihukum lalu ketika itu terjadi Ayu akan menjadi orang yang paling bahagia.

❤❤❤❤

Malam hari Bulan baru menyelesaikan tugasnya. Lelah dan lega bercampur satu dalam diri gadis itu. Sekarang dia akan menikmati waktu istirahat sampai keesokan harinya.

Berjalan menuju kamar miliknya, Bulan mendengar namanya disebut oleh seseorang. Segera dia menoleh, melihat pada salah satu pelayan. Kalau tak salah pelayan itu adalah temannya Ayu.

"Kau dipanggil oleh Ibu Dona." Nada yang dipakai oleh si teman Ayu terkesan malas namun Bulan membalas dengan ucapan terima kasih.

Bulan lalu bergegas ke ruang kerja Dona di mana wanita paruh baya yang selalu mengenakan kacamata itu telah menunggu. Jika saja Bulan tak sibuk dengan Surya maka asisten pribadi sang majikan sudah dipanggil sore itu.

Pintu diketuk oleh Bulan. Dari dalam terdengar suara Dona yang memintanya masuk. Tanpa disuruh dua kali Bulan memasuki ruangan dan menatap pada Dona.

Tatapan mengintimidasi menusuk relung Bulan. Dia pun memutuskan pandangan dengan menundukkan kepalanya, tak berani melihat ke arah atasannya itu.

"Bu Dona, apa yang membuat anda memanggil saya?" tanya Bulan tenang. Meski demikian Bulan merasa gugup. Takut jika dia melakukan suatu masalah.

Dona menutup buku yang ia baca. Berdehem sebentar kemudian berkata, "Tentu ada masalah dan aku memberikan peringatan untukmu,"

"Aku lihat kau selalu bersama dengan tuan Surya dan aku boleh mengerti kalau itu pekerjaanmu tapi kau harus juga tahu batasan antara majikan dan pelayan sepertimu. Apa kau mengerti?" Sebagai jawaban Bulan mengangguk.

"Aku akan menghubungi perawat untuk mengurus Tuan dan kau bantu pelayan lain sampai Tuan sembuh. Kamu juga harus perlu menjauh dari Tuan Surya, paham?" tanya Dona mengintimidasi.

"Ba,baik Ibu saya akan mengingatnya," balas Bulan agak kaku.

"Bagus, pergilah." Setelahnya Bulan pergi dari ruangan tersebut. Awalnya langkah Bulan pelan namun kelama-lamaan menjadi cepat.

Pikirannya melambung tinggi kala mengingat percakapan dari tadi. Hati Bulan jadi tak tenang. Akan tetapi apa benar dia harus menjauhi Surya? Lalu bagaimana perasaan majikannya itu?

❤❤❤❤

Pagi harinya Surya terbangun dari tidur. Tak seperti biasa, dia tak melihat pakaian yang disediakan atau pun gorden tersingkap. "Bulan!" panggil Surya dari dalam kamar.

Namun tak ada jawaban yang membuat pria itu mendecak. Agak berhati-hati Surya berdiri lalu membuka kain gorden dan pergi ke lemari untuk mengambil baju.

Tok tok

"Masuk," perintah Surya datar. Seorang lelaki muda berjalan masuk ke dalam. Dia berperawakan tinggi, kulit putih dan memakai kacamata. Rambutnya yang hitam cepak di sisir ke belakang dan dia memakai seragam perawat.

"Pak Surya mohon maaf karena saya terlambat soalnya kantor baru dihubungi. Perkenalkan nama saya Safwan, saya akan merawat anda sampai anda sembuh." Kening Surya mengerut dan tatapannya berubah menjadi tajam.

"Di mana Bulan?"

"Bulan?" beo Safwan tak mengerti.

"Iya Bulan, asisten pribadi saya. Dia bilang akan mengurus saya hingga sembuh tapi kenapa tiba-tiba Bulan diganti. Jawab yang jujur siapa yang menyuruhmu menggantikan Bulan? Beraninya dia mengubah sesuatu tanpa seizinku!" seru Surya murka.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!

Putri Malam(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang