Bulan balik badan, tak ada reaksi darinya membuat Surya menghela napas panjang. "Awalnya makan siang itu adalah permintaan maaf karena aku tidak sopan saat tapi sepertinya kau tidak terlalu menyukai rencanaku jadi aku membuatmu kerja dengan rekan yang lain tapi aku masih belum mengerti mengapa kamu tiba-tiba berubah sikap padaku? Apa aku punya salah?" tanya Surya.
"Tidak Tuan tak salah apa-apa hanya saja aku sadar sebagai pelayan aku tak bisa begitu dekat dengan Tuan. Aku pun harus tahu diri statusku yang rendah ini mana bisa disandingkan dengan Tuan yang sejak kecil sudah punya kekayaan." Bulan yang awalnya menunduk, memberikan senyuman tipis pada Surya. Entah kenapa senyuman itu tampak seperti sebuah senyuman perpisahan. "Tuan meski aku kecewa karena aku tidak bisa menjadi asisten pribadimu lagi, aku senang aku bisa bekerja denganmu. Terima kasih karena sudah mendengarkanku dan juga atas segala yang kau berikan sekarang aku akan memanfaatkan waktu untuk belajar lebih banyak. Aku akan tetap menjadi pelayan yang baik sampai dua tahun ke depan."
Gemuruh di dada Surya tak berhenti, sebelum sempat Bulan membalikkan badan, berniat pergi Surya bergegas menarik Bulan lebih dekat. Dia kemudian mencengkram kedua pundak Bulan. "Apa maksudmu itu? Status? Aku sama sekali tidak peduli dengan itu."
"Tapi orang lain peduli Tuan." Bulan menyela cepat. "Menurut Tuan siapa yang paling dirugikan saat semua orang tahu jika seorang pelayan bersanding dengan seorang pria kaya nan tampan seperti Tuan? Pastilah pelayan itu yang mendapat cemoohan."
"Bulan..."
"Tuan, aku sadar hubungan yang akan kita jalani tidak akan mulus itu sebabnya aku ingin fokus pada apa yang aku kerjakan sekarang. Tolong Tuan, aku mohon biar aku menjalani hidup yang aku inginkan." Cengkraman tangan Surya mengendur. Dia bahkan tak sempat melihat Bulan karena gadis itu mengambil langkah cepat.
***
Beberapa minggu berlalu lagi, kini sejumlah orang telah bekerja direkrut menjadi pelayan. Mereka ramah dan penuh semangat. Sebab peringatan Dona dan ketiadaan Ayu, tidak ada lagi namanya pembulian. Berkat ini pula, Bulan lebih fokus pada mendesain baju.
Sekarang dia ditempatkan dalam bagian laundry sama seperti Ami. Keduanya menikmati pekerjaan mereka ditambah Ami sangat mendukung Bulan untuk menjadi desainer. Mereka memiliki kesempatan untuk kursus jahit atau pun mencari bahan untuk baju mereka.
Bulan bersiap untuk mengikuti kontes desainer pemula. Mereka telah mendaftar dan beberapa baju telah siap. "Setelah mencuci hari ini, kita harus ke studio buat foto desainer." Bulan kembali mengingatkan saat sarapan.
"Iya aku tahu kok, santai saja tapi kamu yakin membuatku jadi model untuk desainermu?" tanya Ami ragu.
"Kamu memang orang yang pertama aku pilih jadi model, secara kamu tinggi, badanmu juga bagus. Kamu juga kan ikut kelas model mereka semua memujimu di kelas kenapa tiba-tiba kurang percaya diri?" Bulan balik bertanya berharap Ami akan tetap mengenakan baju desainnya.
"Entahlah bajumu itu sangat menakjubkan, aku tidak yakin akan bisa menjadi model baik untuk kamu akan lebih baik kalau Shera yang memakainya." Kening Bulan terlipat saat itu juga terdengar suara manja dari pintu. Semua orang lantas memandang.
"Selamat pagi semuanya," sapa seorang gadis yang tak lain adalah Shera. Dia bergerak mengambil makanannya dan menuju tempat duduk beberapa temannya. "Maaf ya aku telat, aku sedang membujuk Tuan Surya untuk makan ya ampun Tuan kita itu sulit sekali untuk menghabiskan sarapan."
Shera adalah seorang pelayan baru yang ceria, pertama kali dia datang sudah membuat kehebohan karena ada kejadian dengan Surya. Sebuah hal yang klise seakan Shera adalah pemeran utama wanita dan Surya adalah pemeran utama prianya.
"Aku akui dia itu cantik, ceria, pandai bergaul, semua orang menyukai dia tapi sebenarnya dalam hati kecilku ini aku ingin menampar dia. Beraninya dia berusaha mendekati Tuan Surya kita. Kalau bukan karena Bu Dona, sudah jelas dia akan langsung ditampar oleh pelayan senior karena kurang ajar sama Tuan Surya."
Bulan masih diam, tak peduli akan celotehan Ami. "Kamu tidak kesal sama Shera, dia itu merebut posisimu loh." Segera Bulan menggeleng.
"Ada yang lebih penting dari pada harus mengikuti drama Shera dan Tuan Surya, beberapa hari lagi persyaratan lomba desainer akan tutup, kita harus mengirim foto produk. Aku yakin sama kamu kok, jadi jangan gugup. Tunjukan semua yang terbaik buat kamu."
Sementara setelah kejadian di balkon Surya dan Bulan tak pernah berbincang lagi. Sekarang pun Surya lebih sibuk dengan urusan pekerjaan. Beberapa kali sebenarnya mereka pernah saling bertemu tapi hanya sekadar pandangan.
Bulan hanya melirik sekilas begitu juga dengan Surya. Perhatiannya lebih tertuju ke arah Shera yang selalu bersikap manja seperti sekarang Shera memberikan tas kerjanya dengan senyum manis.
"Tuan, kapan Tuan pulang? Biar nanti Shera yang buatkan makan malam untuk Tuan. Nanti Shera bisa bikin nasi goreng spesial."
"Nggak usah aku bisa makan di luar kok lagi pula ada klien penting yang mengundangku untuk datang makan malam," tutur Surya menjelaskan.
Shera mengerucutkan bibir. Sedih karena Surya tak memiliki waktu untuknya. Sebagai penghibur, Surya menepuk kepala Shera dengan senyum tipis. "Terima kasih atas perhatiannya."
Surya kemudian bergerak menuju halaman depan di mana mobil telah tersedia. Tawa cekikikan terdengar, Shera melihat ke arah dua pelayan yang menatapnya penuh ejekan.
"Kenapa melihatku seperti itu? Iri ya?" Shera mengangkat dagu, memandang rendah pada dua pelayan wanita itu.
"Kami iri?" Keduanya lantas tertawa. "Aduh pick me, denger ya nggak usah kepedean kamu pikir dengan dekat sama Tuan Surya kamu bisa jadi Nyonya di rumah ini. Jangan mimpi deh, kamu itu cuma pengganti."
Kening Shera terlipat. "Pengganti?"
"Iya, pengganti. Penggantinya Bulan, pelayan kesayangan Tuan Surya."
"Bulan? Gadis yang ada di laundry itu? Apa yang istimewa dari dia selain kacamata bulat yang menutupi hampir sebagian wajahnya?" tanya Shera tak terima.
"Kami sih nggak tahu apa spesialnya, tapi dia itu nggak ganjen sama Tuan Surya. Kalau dipikir-pikir kami jauh lebih suka Bulan dekat sama Tuan Surya dibandingkan sama kamu, pick me. Bangun woy, jangan mimpi kesiangan eh kepagian." Keduanya tertawa, kemudian pergi meninggalkan Shera emosi sendirian.
Dia pun bertanya-tanya siapa Bulan ini? Mengapa dia di cap sebagai pelayan kesayangan Tuan Surya? Kalau Bulan masih ada di sini maka Shera tak akan bisa mendapatkan cinta dari Tuan Surya.
Shera harus menyingkirkan Bulan tapi sekarang dia harus memberi pelajaran pada dua pelayan wanita yang mengejeknya. Jemari Shera memegang lehernya sendiri, dia menekan semua jarinya tertanam pada bagian leher dan menariknya dengan cepat membentuk goresan merah dengan sedikit darah keluar. "Saatnya pertunjukan."
***
See you in the next part!! Bye!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...