Bulan melihat Shera diseret oleh beberapa pria. Meski Shera tak berada di depannya, Bulan masih ketakutan. Tatapan membunuh gadis itu masih teringat jelas dalam memori. "Kau tak apa-apa?" tanya Surya mendekat. Dia meraih tangan Bulan membantunya berdiri.
"Syukurlah dia cepat mengaku, jika tidak aku bisa saja kehilanganmu." Tubuh Bulan tetap bergetar, air matanya jatuh saat menatap Surya. Dia lantas memeluk erat pria itu mencoba untuk tenang.
Surya tidak menolak, dia ikut menenangkan dengan mengelus punggung Bulan. "Tenanglah, aku ada di sini." Bulan mengangguk tapi tak melepas pelukannya.
"Aku akan membawa Bulan ke kamar, Bu Dona atur pesta malam ini sampai selesai." Tidak lama Bulan dan Surya sampai di kamar milik Surya. Di sana Bulan termenung cukup lama, wajahnya masih pucat pasi membayangkan dia bisa saja mati ditangan Shera.
Lain halnya Surya kembali minum anggur merah yang entah kapan sudah berada di kamarnya. Bulan mengerjapkan mata akhirnya mulai sadar dari lamunan.
Surya terus menyesap minuman dan melihat dari balkon kamar kerumunan para tamu mulai pergi dari rumahnya. "Tuan, Anda sudah terlalu banyak minum malam ini," tegur Bulan begitu mendekati Surya.
Dia lantas tersenyum. "Jangan menegurku, kau ini bukan asisten pribadiku. Lagi pula besok juga kau akan pergi dan aku akan menjalani hidup yang monoton." Surya menghela napas panjang.
"Aku minta maaf..."
"Tak perlu minta maaf," sela Surya cepat. "Aku mengerti. Mengerti kalau kau butuh mengejar mimpimu. Kau punya potensi dan aku pun tak bisa egois. Meski aku... aku..." Surya memberi jeda.
"Sudahlah, kau sudah menolakku. Aku tidak mungkin mengungkapkan perasaanku seperti orang bodoh," lanjut Surya sambil tersenyum.
Bulan tertunduk lesu. Dia tidak bisa memperlihatkan wajahnya yang sedih pada Surya dan hanya bisa melihat lantai balkon sembari menahan air mata tak jatuh.
"Aku mencintaimu," lirih Bulan.
Surya yang menatap kosong ke arah depan sontak memalingkan wajahnya pada Bulan. Matanya melebar tak percaya mendengar kata gadis itu. "Kau bilang apa?" tanya Surya memastikan.
Bulan mulai mengangkat kepalanya, air matanya mengalir tapi pandangannya begitu lekat, ucapan pun terdengar sangat jelas. "Aku mencintaimu..."
Dua kata yang sulit bagi Surya keluar begitu mudah dari mulut Bulan. Dia tertegun. Benar-benar tertegun. Selama ini Surya merasa hanya dia yang mencintai sepihak dan Bulan mengabaikan perasaannya.
Belum sempat bereaksi Bulan mendekat, membuat jarak yang sangat dekat dengan Surya lalu mengecup bibir pria itu. Hanya sebuah kecupan singkat nan manis dari Bulan. Untuk kesekian kalinya Surya terkejut.
Bulan begitu berani menciumnya. Surya tak mau kalah. Sebelum Bulan bisa menarik diri menjauh, dia menarik Bulan lebih dekat. Bibir Bulan kembali dilumat oleh bibir Surya.
Lembut dan manis membuai keduanya, dari lembut menjadi penuh gairah. Oksigen makin menipis. Surya dan Bulan melepas ciuman itu tapi tak sampai memisahkan jarak. Surya mengelus pipi Bulan, mengembangkan senyuman.
"Coba katakan lagi, aku mau mendengarnya." Bulan memeluk tubuh Surya dengan erat. Nadanya terdengar kecil namun bisa ditangkap oleh Surya. "Aku mencintaimu, Tuan Surya."
Surya membalas pelukan Bulan tak kalah hangat dari wanita yang dicintainya itu. "Aku juga, aku sangat mencintaimu."
"Lalu kenapa kau tidak memintaku untuk tinggal? Kalau kau mau aku bisa tinggal bersamamu di sini?" ranya Bulan sedikit menggerutu.
"Tidak bisa, aku tahu kau sudah bekerja keras dengan desain bajumu. Kau punya jalan untuk sukses dan masa depanmu cerah. Aku tidak mau menjadi penghalangmu," jawab Surya panjang lebar.
"Bagaimana kalau aku gagal? Tiap kali aku berpikir bagaimana masa depanku nanti, aku sering cemas. Aku cemas kalau kau tidak ada di sampingku."
"Bulan aku akan selalu berada di sisimu. Aku juga percaya padamu kalau kau bisa melewatinya. Bulan yang kukenal itu keras kepala soal pekerjaannya. Dia bersikukuh demi tujuan yang dia capai." Surya melerai pelukan, diangkatnya dagu Bulan agar bisa menatapnya.
"Aku yakin kau akan sukses, percayalah pada dirimu sendiri kalau kau bisa Bulan." Bulan mengangguk, matanya kembali berkaca-kaca ingin menangis. "Sudah jangan menangis, besok kau akan pergi tapi malam ini adalah malam kita berdua. Kau mau kan menghabiskan waktu denganku?" tanya Surya sambil tersenyum.
"Iya." Bulan membalas singkat ikut juga mengembangkan senyum manis. Surya menarik Bulan mendekat, memberikan ciuman dalam yang menuntut. Bulan pasrah menerima sekaligus membalas perlakuan Surya.
Mereka mundur beberapa langkah sementara tangan mereka sibuk. Bulan melepas jas dan dasi yang dikenakan oleh Surya. Sementara Surya mencoba membuka gaun Bulan.
Keduanya jatuh di atas ranjang. Surya mulai menghujani pundak dan leher Bulan dengan ciuman sesekali memberikan tanda merah. Setiap cumbuan mesra yang diterima cukup membuat Bulan kehilangan kendali. Detak jantung lebih cepat seiring dengan bisikan cinta Surya tepat di telinganya.
Bulan menatap sayu Surya. Ingin meminta sesuatu. Surya seakan tahu dan menciumi intens Bulan. Lalu dalam sekejap rasa sakit mulai mendera tubuh wanita itu. Dia mendesah kesakitan, Surya menenangkan Bulan, memperlakukannya penuh kasih sayang.
Seiring waktu pikiran Bulan menjadi kosong. Tangannya tiada henti mencengkram lengan Surya. Sembari memeluk erat tubuh Surya, Bulan kembali mengingat pertemuan pertama dan segala hal yang dilalui bersama. Bulan bahagia, begitu bahagia mendapat cinta dari Surya. Pria yang dia sukai dari awal.
***
Matahari bersinar terang dari luar membangunkan Bulan dari tidurnya yang lelap. Dia masih berada dalam pelukan Surya. Pria itu begitu tenang dalam tidurnya sekarang.
Bulan menatap lekat wajah Surya terutama di bagian bibir yang bengkak. Itu semua akibat Bulan menggigit kecil bagian tersebut. Jemarinya mulai bergerak hendak mengusap bibir itu tapi Surya segera mencegatnya.
"Kapan bangun?" tanya Bulan.
"Baru dari tadi. Tidak enak kalau cuma kamu yang melihatmu, aku ingin melihatmu juga." Surya kemudian memberikan kecupan singkat dari kening, hidung dan pipi. "Mau mandi tidak? Tubuhku terasa lengket."
"Aku mau tapi badanku rasanya sakit semua," keluh Bulan. Baru bergerak sedikit dia langsung mengaduh.
"Manja sekali Bulanku ini ayo biar aku gendong." Bulan mengiyakan saja permintaan Surya. Kini keduanya di bathup berendam air hangat. Surya berupaya menggoda Bulan dengan terus menciumi pundaknya yang masih terdapat bercak merah.
"Aku lelah Surya jangan menggodaku," omel Bulan ketus.
"Sesuai dengan hadiah lomba aku akan belajar ke luar negeri. Lalu bagaimana dengan hubungan kita?" tanya Bulan bersuara lagi. Dia tak ingin meninggalkan Surya.
"Kita resmi pacaran mulai sekarang, jangan khawatir aku akan menghidupimu. Uang jajan dan lain-lain kau bisa meminta dariku. Kita akan sering komunikasi lewat ponsel atau aku bisa datang ke tempatmu." Surya menyahut dengan nada santai.
"Lalu soal hutangku?"
"Hutangmu... sesuai dengan perjanjian, kau harus membayarnya."
***
See you in the next part!!Bye!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...