Hari sudah pagi dan Bulan masih memejamkan mata, bermalasan dengan membaringkan diri di atas ranjang. Awalnya dia ingin keluar dan bersiap-siap tapi pintu kamarnya tidak bisa terbuka. Ayu pasti mengunci Bulan dari luar memakai kayu atau apalah sebagai pengganjal.
Dia menganggap serius perkataan Bulan sehingga tak mau gadis itu terlihat oleh majikan mereka. Namun, ada satu hal yang tidak dipikirkan oleh Ayu.
Majikan mereka, Tuan Surya.
Suara laki-laki berteriak. Gemanya terdengar di seluruh rumah. Ada juga beberapa kata umpat dan omelan entah kepada siapa ia tujukan. Jelasnya suara tersebut mendekati kamar.
Bulan lalu mengubah posisi. Menyisir rambut dan memakai kacamata. Dia masih ingin menyembunyikan wajahnya dari semua orang. Butuh waktu lama agar pintu kamar terbuka dan muncul Surya bersama seorang pelayan yang ditarik kasar oleh pria itu.
Surya kemudian menoleh pada Intan. "Kau yakin Bulan yang bilang kalau kalian boleh mengambil pekerjaannya?" tanya Surya dengan nada penuh tekanan.
"Iya Tuan." Intan menjawab gugup. Pelipisnya dipenuhi keringat dingin, ketakutan.
Surya segera mendorong Intan keluar dan menutup pintu kamar Bulan kasar. Kini hanya ada Bulan dan Surya di dala ruangan itu. Satunya memandang lawan bicara penuh emosi sementara yang lain tampak tenang. "Sejak kapan kau jadi majikan di sini? Aku tidak pernah setuju soal kau diganti sama pelayan lain!"
"Tapi Tuan bilang sendiri kalau lakukan apa yang saya inginkan jika menurutku benar," bela Bulan.
"Jangan juga tanggung jawabmu diberi sama orang lain, bagaimana sih kamu ini?!"
"Tapi kalau saya tak melakukannya mereka tetap membuli saya. Lagi pula kami sudah membuat perjanjian dan tak ada yang bisa mencabutnya. Ada saksi sekaligus kuasa hukum itu berarti kami tak bisa menggugat termasuk Anda."
Bulan bisa melihat ekspresi kaget Surya. Ya, Bulan pun sama terkejutnya saat Ayu tiba-tiba datang membawakan surat perjanjian sekaligus pengacara. Sekali lagi Ayu menganggap perkataan Bulan sangat serius dan tampaknya ia memang ingin menyingkirkan Bulan sepenuhnya dari rumah ini.
"Sialan! Jadi aku tak bisa melakukan apapun?"
"Ya, seperti yang tertulis bahwa pihak ketiga tidak bisa menggunggat surat perjanjian yang dibuat. Kalau masih memaksa berarti ke pengadilan." Bulan memberikan sebuah map berisi surat perjanjian. Ada tanda tangan saksi, Bulan, Ayu dan pengacara menandakan surat perjanjiannya resmi.
"Ini konyol sekaligus tidak adil. Aku pemilik rumah ini, aku majikan kalian tapi aku tak diberitahu tentang semua ini?!"
Bulan tidak menanggapi apapun. Dia merasa semua perbuatan Ayu keterlaluan tapi Bulan juga merasa bertanggung jawab. Karena ucapannya Ayu sampai melakukan hal yang berlebihan. Bagaimanapun Bulan harus menepati janji. Itu sebabnya dia menandatangani dokumen tersebut.
"Baiklah kalau sudah seperti ini. Lakukan saja apapun, aku tak mau hanya karena surat perjanjian konyol ini aku berurusan dengan pengadilan. Begitu banyak urusan yang jauh lebih penting." Surya tampak pasrah mengikuti.
"Jadi berapa orang yang berpartisipasi?" tanya Surya kemudian.
"Ada daftar di bawahnya." Surya mengikuti intruksi Bulan. Ada dua lembar yang berisi nama-nama partisipan juga tanda tangan mereka.
Surya hanya diam saja lalu pergi meninggalkan Bulan sendiri di dalam kamar. Tidak lama Bulan ikut keluar melihat beberapa pelayan sedang berkumpul.
"Jadi bagaimana masih bisa dilanjutkan?" tanya Intan. Sepertinya gadis itu masih belun kapok setelah Surya bertindak kasar. Sekarang saja ia memegang pergelangan tangan yang merah seakan itu adalah tanda berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...