Di ruang kerja, Surya baru saja menyelesaikan meetingnya yang berbasis online. Dia pun menutup laptopnya dan berpikir sejenak. Dia harap Bulan baik-baik saja.
Jujur Surya merasa agak kurang nyaman karena mencium Bulan secara tiba-tiba masalahnya adalah Bulan waktu itu sangat manis, Surya tak tahan dan tubuhnya bergerak tanpa nalar.
Menyesal? Tidak malah senang sekali. Surya bahkan mengingat insiden itu dengan senyuman. Tiba-tiba pintu terbuka menampakkan Galaksi dan Sandi.
"Hai keponakanku." raut wajah Surya seketika berubah suram. Dia membalas dengan gumaman pelan lalu bertanya pada Galaksi.
"Untuk apa kau ke sini?"
"Ish, kok keponakanku ini makin tambah galak. Ayolah senyum, kalau tidak nanti kau cepat tua."
"Justru kalau aku tidak tersenyum aku makin muda. Kau tak pernah baca artikel?" Galaksi cuma nyengir lalu duduk di sofa sementara Sandi cuma berdiri.
"Aku dengar ada seseorang yang membuat kakimu bengkak, apa kau baik-baik saja?" Surya mendecak. Rupanya dia datang hanya untuk menanyakan kabarnya?
"Kalau aku tak baik-baik saja, tidak mungkin aku kerja."
"Iya juga ya." Sekali lagi Galaksi memasang wajah innocent yang menyebalkan menciptakan rasa muak Surya.
"Kalau cuma itu yang ingin kau tanyakan, lebih baik pergi. Aku memiliki banyak sekali pekerjaan?"
"Ish kok kamu ketus. Tentu saja aku memiliki beberapa kabar dengarkan Pamanmu ini nak." Surya membuang napas.
"Baiklah aku akan mendengarkan. Ngomong-ngomong hai Sandi, sudah lama kita tak berjumpa." Sandi tersenyum membalas sapaan Surya.
"Surya, aku memiliki seorang anak." entah kenapa Surya sama sekali tak terkejut. Mungkin karena Galaksi memang adalah seorang playboy jadi wajar sih.
"Sepasang anak kembar. Laki-laki dan Perempuan. Mereka baru saja lahir tapi sayangnya ibu mereka meninggal setelahnya."
"Jadi kau mau aku menghadiri acara pemakamannya?"
"Bukan. Aku ingin menikah." Nah kabar ini yang mengejutkan. Ibu si kembar baru saja meninggal dan dia mau menikah.
"Apa kau sudah gila? Ibunya si kembar belum lama meninggal dan kau--"
"Ibu si kembar bukan orang yang aku cintai." potong Galaksi dengan cepat sekaligus tegas. Surya agak terpaku melihat perubahan suasana Galaksi sebelum akhirnya tertawa.
"Hahaha ... Kau yang playboy begitu mana mungkin tahu tentang cinta. Yang kau tahu itu cuma melakukan one night stand. Kau bercanda, kan?" Galaksi sama sekali tak bercanda.
Dia cuma diam sambil memandang datar Surya. Sesuatu yang tak pernah dilihat oleh Surya sebelumnya. "Aku serius. Dia adalah orang yang aku tunggu dan cukup lama sampai dia mengatakan ya. Aku mau berbagi kebahgiaan kami jadi tolong datang."
Galaksi lalu memberikan sebuah kartu undangan. "Itu baru undangan nanti untuk akomodasi biaya pulang pergi biar aku akan mengirimnya."
"Tch, kau pikir aku tak punya uang, biar aku sendiri yang menanggung biaya untuk pergi ke pernikahanmu. Memangnya kau mau menikah di mana?"
"Di luar negeri. Terima kasih ya jadi uangku selamat." Surya mendengus.
"Kalau begitu aku pamit pulang dulu. Oh ya ngomong-ngomong, Ayah dan Ibumu sekaligus Kakek dan Nenek sudah tahu tentang hal ini. Bye Surya, jangan lupa ajak Bulan ya." begitu Galaksi pergi, Surya menarik napas kemudian membuangnya panjang.
Dia merasa agak lega setelah Galaksi pergi. Tanpa berbasa-basi Surya membuka kartu undangan lalu menemukan nama calon mempelai. Galaksi dan Sandy.
Awalnya Surya berpikir nama mempelai wanitanya mirip dengan nama asisten pribadi Galaksi tapi setelah diteliti nama panjang juga nama keluarga dari Sandy, pria itu sangat tak percaya.
Galaksi akan menikah dengan Sandy. Asisten pribadinya?! Kabar yang mengejutkan tentu saja sebab yang diketahui oleh Surya kalau Galaksi adalah seorang playboy. Dia pecinta wanita seksi dan Sandy bukan tipe wanita yang disukai oleh Galaksi?
Sementara itu Galaksi tampak acuh tak acuh pada beberapa pelayan wanita yang melewatinya disertai dengan tatapan genit namun ini pertama kalinya Galaksi tak ambil peduli.
"Tak biasanya kau seperti ini." ucap Sandy jelas merasakan keanehan pada kekasihnya. Galaksi hanya melirik Sandi dengan ekor disertai senyuman simpul.
"Kalau lihat wanita yang bening pasti kau tergoda,"
"Aku tak mau membuat kekasihku cemburu dan juga aku mau membuktikan kalau aku tak seburuk yang dipikirkan." langkah Galaksi terhenti begitu juga dengan Sandy yang mengikut saja gerakan Galaksi.
"Kenapa berhenti?"
"Kemarilah." Tanpa berpikir panjang Sandi mendekat. Tangan Sandi kemudian diambil oleh Galaksi dan menggenggamnya erat.
"Ayo kita pergi." Sandy mengangguk lalu melangkah bersama-sama dengan Galaksi keluar dari kediaman Surya.
Kembali pada Bulan. Gadis itu senantiasa berada di depan ruang kerja milik Surya sementara majikannya tampaknya masih sibuk bekerja.
Bulan kemudian berjalan menuju ruang tamu sekedar melihat sudah jam berapa. Maklum dia tak memiliki ponsel. Rupanya hari sudah siang dan saatnya Surya makan sekaligus mengganti perban di kakinya.
Buru-buru Bulan bergerak ke dapur membawa makan siang sekaligus perban baru. Pintunya lalu diketuk dan ketika Surya bersuara barulah Bulan masuk.
"Tuan sudah saatnya makan dan mengganti perban."
"Tunggu sebentar." Surya susah payah mengangkat dirinya. Pria itu mengerinyit kesakitan ketika lukanya menyentuh lantai.
"Tuan, anda tak apa-apa?"
"Ya, aku baik-baik saja aku tinggal ambil tongkat saja." Bulan sebagai asisten pribadi Surya tentu saja langsung menaruh nampan ke meja kemudian meraih Tuan Surya untuk dibopong.
Jarak mereka sangatlah dekat hingga keduanya bisa mencium aroma parfum satu sama lain. "Tuan, apa kau baik-baik saja?"
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...