Muak

953 73 8
                                    

"Jika yang menyangkut tentang yang harus pergi maka kau yang harus pergi dari sini dan menjauh dari pria itu." Bintang terperangah dan berpaling ke arah Surya yang menganggukan kepala.

"Kau mau aku pergi dari sini juga?!"

"Tidak bukan begitu, aku tak mau kau terlibat pertengkaran dengan orang banyak. Aku janji aku akan menemuimu, tidak akan lama kok." Suasana hati Bintang menjadi buruk, tapi dengan diam Bintang bergerak keluar dari tempat itu.

Tak lama datanglah manajer toko butik tersebut mendekati mereka. Salah seorang pegawai mengatakan ada masalah yang membuatnya turun ke lapangan.

"Ada apa ini?" Si manajer lalu melihat pada Genta yang langsung diberikan anggukan pelan.

"Tuan Genta."

"Semuanya tidak apa-apa. Masalahnya sudah beres. Silakan bekerja seperti biasa." Si manajer mengangguk lalu pergi. Orang-orang mulai beraktivitas seperti biasa sedang Surya berisyarat agar Bulan mendekat.

"Kau dari mana saja? Aku menunggumu takut kalau terjadi apa-apa kepadamu." Bulan tersengih.

"Maaf aku agak lama ke toilet sebab buang air besar." Genta yang mendengar itu memandang dengan tatapan memicing.

Bulan tengah berbohong namun dia tak tega mengatakan hal yang sebenarnya. "Baiklah tak apa-apa, karena kebetulan kita ada di sini kau mau belanja? Biar aku mentraktirmu."

Sontak Bulan menggeleng. Gadis itu tak mau terlibat pertengkaran dengan Bintang. Lagi pula Bulan ingin mendapat citra baik dari semua orang. "Akan lebih baik kalau Tuan membeli pakaian untuk Nona Bintang."

Surya menatap Bulan baik-baik. Dia bisa melihat dengan jelas kalau Bulan ketakutan sekarang dan sebab itu Surya mengembuskan napas. "Satu baju saja bagaimana? Jangan khawatir tentang Bintang aku akan membelikannya juga dan jika ada aku jangan takut akan aku pastikan bahwa Bintang tak akan menindasmu."

Bulan cuma diam dan menundukkan kepala. Sikap Bulan jelas meragukan perkataan Surya. Namun Surya tak akan menyerah. Dia lalu meraih tangan Bulan kemudian menuntunya mengikuti beberapa baju yang tergantung.

Tak ada respon sama sekali dari Bulan yang membuat Genta bersuara. "Dari pada dia tak mau lebih baik aku mentraktirnya saja. Nona kau boleh membeli sebanyak apa pun yang kau mau di sini."

Surya melihat pada Genta dengan kesal namun pria itu tak memperhatikannya sama sekali sehingga Surya memanggil Genta. Intonasi nadanya terkesan dingin. "Terima kasih Tuan Genta tapi dia pelayanku. Hanya atas izinku sajalah dia bisa membeli barang yang dia mau."

"Tapi kau sendiri sudah mendengar alasannya. Pelayanmu tak mau kau membayar barang belanjanya karena takut pada kekasih anda,"

"Bintang bukan kekasihku!" balas Surya dengan intonasi nada penuh penekanan.

"Dia sendiri yang mengklaim kalau dia punya hubungan denganku padahal yang sebenarnya terjadi adalah kami cuma berteman." Sekarang Genta tersenyum kepada Surya. Entah karena apa alasannya yang jelas senyumannya sangat mengganggu.

"Benar juga katamu .. kalau kau kekasihmu mana mungkin ya dia tega mendorongmu tapi tetap saja Bulan tak mau."

"Tuan sebaiknya kita pergi saja." Permintaan Bulan mencairkan suasana tegang di antara kedua pria itu. Surya sekarang lebih memperhatikan Bulan begitu juga Genta.

"Terima kasih juga karena Tuan mau mentraktir saya tapi sekarang saya tidak mau belanja baju. Kami permisi dulu."

"Baiklah tapi kapan-kapan silakan ke sini. Tawaranku akan berlaku selagi kau belum memakainya, have a nice day!" Segera Surya memberikan tatapan tajam ke arah Genta yang masih tersenyum dan kemudian mengalihkan pandangannya lurus ke depan.

"Kau bertemu dengan dia di mana? Sok akrab begitu." tanya Surya dengan nada tidak senang.

"Mm ... kami bertemu sewaktu aku keluar dari toilet wanita."

"Oh ya? Lalu kenapa juga kau bersembunyi dibalik punggungnya?"

"Tu-Tuan tahu dari mana-"

"Kau pikir aku tak lihat kau datang dari arah mana? Jangan dekati pria asing itu, kita tak tahu apa yang dipikirkan bisa jadi dia mengincarmu hanya untuk menjadi mainannya. Ingat Bulan ini kota besar, banyak orang jahat di sini." Jujur Bulan kurang nyaman akan penuturan Surya namun dia cuma mengangguk karena takut Surya marah.

Begitu sampai di mobil, Bulan menuntun pelan Surya agar masuk ke dalam sedang orang yang didalamnya, Bintang memperlihatkan raut wajah yang marah. "Kenapa lama sekali? Aku sudah lama menunggumu?!"

"Maaf Bintang tapi aku harus melakukan sesuatu demi memperbaiki masalahmu. Satu hal lagi tolong jangan  katakan kalau kita punya hubungan khusus, kita cuma teman saja Bintang tak lebih dari itu."

"Oh berarti kau dan asisten pribadimu itu pacaran. Sebabnya kau selalu mengasingkanku?!"

"Kenapa sih kamu selalu saja menyalahkan Bulan atas kesalahanmu sendiri? Bulan adalah asisten pribadiku wajar kalau aku dekat dengannya." Bintang kali ini sangat geram. Mendadak dia pun keluar dari mobil dan berpangku dada sambil membelakangi Surya.

"Apa yang kau lakukan? Ayo masuk."

"Tidak, aku akan pulang sendiri." Surya lantas mendengus kesal. Sikap Bintang yang kekanak-kanakan membuatnya muak.

"Ini perintah yang terakhir, masuklah ke dalam mobil." Bintang bergeming tanda melawan.

"Baiklah kalau begitu, sopir ayo kita pergi. Tinggalkan dia sendiri di sini!" Si sopir segera mengikuti permintaan Surya dan berlalu pergi dari tempat itu.

Sedang Bintang otomatis panik. Sebelum dia mengatakan sesuatu mobil tersebut sudah melaju dengan sangat cepat meninggalkan Bintang sendirian.

Mata Bintang mulai berkaca-kaca lalu air mata merambat turun. "Kau jahat sekali Surya."

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!

Putri Malam(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang