Pagi hari tiada yang begitu spesial bagi Surya. Sebulan lamanya Surya harus hidup dengan berganti-ganti asisten pribadi. Pertemuannya dengan Bulan di malam itu yang dirasanya baru kemarin tenyata sudah dua minggu berlalu dan dalam kurun waktu itu Surya tak pernah bertemu dengan Bulan.
Harusnya Surya tak bersikap lancang seperti itu. Jadinya Bulan tidak akan menjauh. Pria itu memang selalu mencari Bulan jika ia sedang lenggang tapi Surya tak pernah menemukan pelayannya seakan dia tidak pernah bekerja di sini.
"Selamat pagi Tuan," sapa seorang wanita muda. Surya mendongak, menemukan sosok Ayu yang berada di depannya sambil membawa sarapan.
"Jadi sekarang giliranmu ya, itu berarti besok sudah selesai." Surya bernapas lega. Akhirnya dia tidak perlu lagi menampakkan wajah masamnya ke semua pelayan.
"Iya Tuan banyak yang mengundurkan diri jadi saya langsung mengambil kesempatan." Surya mengangguk paham.
"Taruh makanannya di atas meja, aku akan mandi. Tolong siapkan baju serta beberapa dokumen, aku tak mau barang-barang penting tercecer."
"Baik Tuan," ucap Ayu patuh.
Tidak butuh waktu untuk mandi Surya keluar menemukan baju yang akan dipakai tergantung rapi. "Seleranya tidak buruk."
Surya segera mengganti pakaian, ia melihat sebentar penampilannya di cermin dan mengambil salah satu jam tangan favorit untuk dipakai. Suara ketukan pintu menyita perhatian pria itu.
"Masuk," perintah Surya singkat.
Ayu masuk ke dalam membawa tas kerja Surya. "Pak ini tas kerjanya, mohon diperiksa terlebih dahulu apa ada yang tertinggal nanti bisa saya ambilkan."
Surya terkesima. Dia melihat ke dalam tas dan dokumen-dokumen penting telah masuk semuanya. Bulan memiliki jadwal tersendiri yang diatur oleh Surya agar dokumen penting tidak ada yang tertinggal tapi Ayu mengingat segalanya tanpa pria itu menegurnya.
"Terima kasih semuanya sudah ada. Aku akan mengabarimu kalau ada dokumen yang akan dibawa. Tunggu saja telepon dari sekretarisku." Ayu mengangguk. Matanya melihat dari ujung kaki hingga ujung rambut Surya.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Surya bingung.
"Maaf Tuan, dasi anda terlihat miring." Ayu mendekat hendak meraih dasi Surya. Pria itu langsung mundur sembari memperbaiki dasinya yang miring.
"Aku bisa sendiri, terima kasih." Tangan Ayu yang terulur hanya bisa berhenti dan ia tarik kembali. Dari raut wajahnya, Ayu terlihat kesal namun berusaha menenangkan diri dengan memulas senyum simpul.
Surya segera keluar dari kamar. Turun menuju teras di mana mobilnya sudah menunggu. Supir mengiyakan dengan menjalankan mobil meninggalkan paviliun.
Dari luar gerbang tampak Bulan berjalan keluar melalui pintu khusus pelayan. Dia tampak ingin pergi ke suatu tempat. "Berhenti," perintah Surya.
Mobilnya langsung berhenti tepat di depan Bulan. Gadis itu langsung tahu mobil tersebut terbukti mimik mukanya langsung tak enak. Jendela terbuka menampakkan Surya dengan pandangan datar. "Kau mau ke mana?"
"Mau ke sekolah khusus jahit," jawab Bulan singkat. Dia berjalan meninggalkan mobil tersebut namun Surya mengejarnya dengan meminta sang supir memelankan kecepatan.
"Kalau begitu naik, aku akan mengantarmu."
"Nggak usah aku bisa sendiri kok." Belum sempat Bulan berjalan cepat, ia bisa mendengar suara mobil yang terbuka. Bulan merasa tangannya di raih oleh sebuah tangan besar nan hangat.
Dia tak bisa melakukan apapun saat Surya membawanya masuk ke dalam mobil. "Jangan banyak protes, aku cuma mau membantu."
Anehnya Surya tak pernah melepas sekalipun tangan Bulan. Supir pun menyadari sampai beberapa kali ia mencuri pandang dari cermin. "Tuan aku nggak papa kok." Bulan kembali menolak.
"Kalau aku sudah tawari jangan banyak omong. Di mana alamatnya biar aku antar," kata Surya bersikukuh.
Bulan akhirnya mengalah dengan mengatakan di mana ia belajar sekarang. Meski dalam hati merasa tak enak, dia sempat berterima kasih saat dirinya turun dari mobil.
"Pulang nanti katakan padaku biar aku jemput."
"Tuan sikapmu terlalu berlebihan akan lebih baik anda fokus kepada pekerjaanmu. Kebetulan setelah pelajaran berakhir aku mau pergi ke suatu tempat jadi-"
"Aku akan menemanimu. Kita bisa pergi bersama-sama. Sampai jumpa siang nanti." Mobil kemudian berjalan pergi. Bulan mendecak. Ini sebabnya dia harus bangun lebih pagi untuk menghindari Surya. Kalau begini mana bisa dia pergi diam-diam.
❤❤❤
Suasana hati yang bagus membuat Surya sering tersenyum. Pria itu tak sadar jika ia cukup ramah membuat para pegawai merasa damai. Bahkan yang awalnya Surya selalu melotot saat dia digosipi miring oleh beberapa karyawan, sekarang malah menyapa mereka.
"Tuan dokumen yang ada ketinggalan biar nanti saya tanyakan pada asisten pribadi anda." Sekretaris lekas mengambil ponsel, dia memiliki nomor pribadi Bulan untuk meneleponnya.
"Jangan telepon Bulan, pakai telepon rumah nanti ada yang mengantar dokumen itu ke sini," perintah Surya.
Sekretaris termangu sebentar. Dia mengangguk kemudian menelpon rumah. "Tuan maaf kalau lancang tapi apa Tuan sudah memecat Bulan sebagai asisten pribadi?" tanya sekretaris.
"Tidak dia sedang sibuk makanya aku minta seseorang menggantikannya. Makan siang nanti aku ingin makan di luar tolong pesankan aku restoran yang menunya enak dan aku akan mematikan ponsel jadi aku mau kau menerima klien."
"Baik Tuan." Sekretaris itu pergi meninggalkan Surya sendirian. Tidak lama Ayu datang dengan membawa berkas yang dibutuhkan. Senyuman terus menghiasi wajah Ayu sebab merasa dia akan mendapat pekerjaan Bulan.
Ayu akhirnya sampai di kantor Surya. Sebelum itu dia bertemu dengan sekretaris. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya si sekretaris.
"Aku mengantar dokumen ini untuk Tuan Surya." Berkas kemudian diterima oleh sekretaris.
"Terima kasih sudah mengantar dokumen ini. Kamu sudah boleh pergi." Kening Ayu mengkerut.
"Pergi? Secepat ini?"
"Iya, Tuan Surya tak mau diganggu apalagi di jam-jam sibuk seperti ini." Ayu mengangguk pelan. Dia pun menuju lift turun ke lantai satu. Sebenarnya Ayu mendengar percakapan Surya bersama sekretaris.
Makan siang di luar. Ini hampir waktu makan siang, Ayu memang sengaja agak lambat membawanya dia ingin tahu Surya makan siang dengan siapa. Dengan sekretaris mengusir lembut Ayu jelas bukan dia orang yang ditunggu.
Ayu akhirnya sampai di luar kantor. Dengan pandangan kosong, dia menatap sekeliling dan tak jauh dari sana ada Surya mengemudikan mobil pergi dari tempat itu.
Ayu buru-buru memanggil taksi meminta agar mengikuti mobil Surya. Tidak lama mobil mewah Surya berhenti tepat di sebuah butik. Pria itu keluar dari mobil dan masuk ke toko tersebut.
Ayu terus melihat dari jendela taksi, heran dengan sikap sang bos. Surya kembali keluar tapi dengan seorang gadis yang tak adalah Bulan. Hanya satu orang dikenal oleh Ayu memakai kacamata besar.
Seketika juga hati Ayu makin mencelos. Tak peduli apapun usaha untuk mendekati Surya, dia akan tetap memilih Bulan apapun kondisinya. Bodoh sekali Ayu, jelas hanya Bulan yang bisa menggerakkan hati Surya. Sebab kehadiran Bulan juga Surya bisa berubah.
****
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...