"Eh, eh kau dengar tidak, Tri dan Fani dikeluarkan loh." Bulan otomatis melihat pada dua rekan kerja yang saat ini tengah bergosip. Dia dan Ami sibuk siang tadi dengan perlombaan yang ada. Bulan pun tahu jika ada masalah saat siang tadi tapi tak terlalu paham ada masalah.
"Aku dengar sama asisten Bu Dona, Tri sama Fani dipanggil karena membuli Shera. Kau lihat tidak goresan di leher Shera sampe berdarah lagi, ada juga memar di pipinya. Kasihan sekali."
"Begitulah, itu seharusnya mereka dapatkan. Pembulian rekan kerja itu tak baik apalagi hanya karena Tuan Surya. Padahal Ayu sudah pergi tapi masih saja ada yang membuli." Bulan diam terus mendengar percakapan mereka.
Tri dan Fani dulunya adalah pengikut setia Ayu tapi setelah Ayu mengundurkan diri, mereka hanya diam saja mungkin takut di pecat. Sekali dua kali mereka pernah menampakkan wajah yang tak enak dipandang ketika bertemu mata dengan Bulan atau mencibirnya sesekali.
Mana mungkin mereka bisa sekejam itu pada Shera. "Jangan pikirkan itu, cukup fokus pada pekerjaan kita tidak perlu mementingkan hal yang lain."
Bulan mengangguk, ucapan Ami ada benarnya. Karena sudah memasukan persyaratan, harusnya Bulan lebih memikirkan bagaimana jika dia lolos, dia akan wawancara dengan perancang busana ternama. Belum lagi harus menyiapkan 21 busana untuk peragaan, Bulan tidak mungkin membuat sebanyak itu tanpa bantuan.
"Di mana Shera? Kok aku tidak melihat dia di sini sejak tadi." Bulan akhirnya bersuara setelah lama bungkam.
"Menurutmu dia ada di mana?" tanya Ami mendengus kesal. "Dia bersama Tuan Surya sekarang, cari perhatian sama majikan kita."
"Tuan Surya meladeninya?"
"Aku juga bingung sendiri kenapa dia selalu saja meladeni Shera padahal Tuan kita itu tak akan menyukainya."
"Dari mana kau tahu soal itu?"
Ami memutar matanya bosan. "Ayolah Bulan, kita di sini semua tahu kecuali para pelayan baru kau memiliki hubungan dengan Tuan Surya."
Bulan terlihat tak terima hendak membalas. "Aku tahu kalian tak memiliki hubungan tapi sikap kalian jelas membuat kami percaya kalian sepasang kekasih," sela Ami cepat.
"Tidak kau salah besar. Aku tidak..."
Ami langsung menaruh telunjuknya di bibir Bulan. "Nggak usah membantah, cukup diam saja dan kita anggap semuanya impas." Bulan mendengus pada akhirnya dia terus menyantap makanannya.
***
"Aww, sakit Tuan pelan-pelan." Shera mengadu kesakitan. Kedua pipi Shera terdapat berkas tamparan sementara tangannya memar dan memprihatinkan adalah sebuah luka di leher akihat kuku- kuku panjang.
Surya saat ini mencoba mengobati luka di leher. Shera tidak mau orang lain yang mengobati haruslah Surya. "Ceritakan padaku, bagaimana bisa mereka membuatmu seperti in?" tanya Surya.
Shera menitikan air mata bercerita tetang apa yang terjadi. "Setelah Tuan Surya pergi tiba-tiba saya dibawa pergi ke gudang, di sana mereka mencengkram leher saya sehingga seperti ini, saya ditampar beberapa kali dan tangan saya mereka memukulnya dengan benda tumpul. Mulut saya dibekap jadi tak bisa mengeluarkan suara. Barulah ketika mereka pergi saya segera menuju kantor Bu Dina dan semua itu karena .... mereka tidak ingin saya dekat dengan Tuan Surya."
Tangis Shera pecah. Dengan kuat ia memeluk Surya. "Tuan, saya takut bagaimana jika nanti ada yang mencelakai saya ketika Tuan tidak ada."
Surya melerai pelukan, mengusap air mata Shera dengan ibu jari. "Istirahatlah di kamar tamu, tidak ada yang akan menyakitimu lagi." Surya beringsut bangun dari kursi tapi Shera segera memegang tangan Surya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romans"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...