Belum jam enam tapi Bulan sudah selesai bersiap-siap untuk bekerja. Setelah melihat jadwal Surya yang padat akan pekerjaan, dia langsung bergegas ke dapur mengambil sarapan majikannya.
"Pagi Bulan, mau ambil sarapan buat Tuan?" tanya koki kepada Bulan. Tampaknya karena kebiasaan, si koki mulai akrab dengan gadis itu.
Bulan hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai jawaban.
"Oh iya, tadi malam kamu ke mana? Kok tidak datang ambil makan malammu."
"Ada urusan tadi malam," jawab Bulan seperlunya. Biarlah yang terjadi di malam tadi sebuah rahasia.
"Ooh begitu ya." Tidak lama Bulan sudah diberi sarapan Surya. Telur mata sapi dan roti panggang menjadi menu sarapan Tuannya kali ini.
Bulan mengetuk sebentar dan masuk ke dalam kamar. Terdengar suara shower pertanda jika Surya mandi. Bulan sendiri dengan cepat menyiapkan baju serta alat keperluan.
Surya akan kembali ke kantor setelah kakinya sembuh. Bulan tentu bahagia tapi itu artinya dua memiliki sedikit pekerjaan. "Sudah selesai dengan bajuku?" Surya bertanya tiba-tiba.
Pria itu mengenakan baju mandi berwarna putih sedang berdiri di belakangnya. Bulan cukup terkejut tapi segera mengangguk. "Tolong keluar ya, aku mau ganti pakaian dulu."
Bulan menaati perintah Surya namun ia tak pergi melainkan menunggu di luar. Ada sesuatu yang harus dibicarakan. Tidak berlangsung lama Surya keluar dari kamar.
Dia tersenyum tipis menemukan sosok asisten pribadinya tengah menunggu dengan raut wajah cemas. "Kenapa kau menungguku?"
"Aku mau mengeluh!" jawab Bulan gugup.
Kening Surya mengkerut. "Soal apa?"
"Soal pekerjaanku." Bulan menggelar napas panjang. Dia menyiapkan hati jikalau majikannya itu akan mencaci maki. "Aku mau mencari pekerjaan lain."
Surya makin bingung. "Kenapa dengan pekerjaanmu yang sekarang. Bonusnya tak cukup?"
Bulan menggeleng cepat. "Bukan soal itu. Aku hanya ingin menambah pengalaman. Kalau aku ada di sini terus, aku tak akan diberi pekerjaan oleh rekanku. Tuan tahu sendiri ... mereka membenciku itu sebabnya aku tak bisa membaur. Walau aku mencoba tetap saja mereka selalu sinis kepadaku. Di sini yang baik kepadaku pun hanya pelayan yang sudah tua."
Wajah Bulan kemudian murung. "Lagi pula pekerjaanku di sini untuk membantu Tuan. Sebagai asisten pelayan, aku merasa aku tidak berguna tanpa anda berada di rumah."
Surya terdiam. Penuturan Bulan ada benarnya. Sejak hari pertama, dia sudah jadi bulan-bulanan semua pelayan yang mengagumi Surya bahkan mereka dengan sengaja mendiskriminasi Bulan hanya karena gadis itu dekat dengannya.
"Jadi kau mau apa?" tanya Surya. Bulan termangu. Keinginannya adalah hal yang begitu tiba-tiba membuat Bulan bingung. Apa yang ia harus lakukan sekarang?
"Entahlah Tuan. Aku sebenarnya belum memikirkan sampai ke sana," jawab Bulan jujur.
"Kalau begitu jika kau tahu segera kabari aku dan sebelum kau tahu apa yang kau inginkan, aku tidak akan mengizinkanmu untuk memiliki pekerjaan yang lain. Tetap di rumah dan usahakan agar membela dirimu dari mereka seperti yang kau lakukan semalam. Paham?" Bulan mengangguk.
Sepeninggal Surya Bulan tidak bisa berkutik. Dia lantas menuju kamar, setidaknya di sanalah Bulan merasa aman dari tatapan galak dari pelayan senior.
Menyusuri taman belakang rumah dari arah yang sama sesosok wanita muda kesusahan membawa seloyang selimut. Ketika meminta bantuan, tak ada satu pun menolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romantizm"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...