Bulan mengangguk setuju dengan ucapan Surya. Memang tujuan Bulan untuk melunasi hutangnya tak peduli mereka adalah sepasang kekasih. Uang tetaplah uang. "Beberapa jam dari sekarang kau akan pergi. Sudah menyiapkan segalanya?" tanya Surya. Lelaki itu menaruh kepalanya di atas pundak Bulan hendak bermanja.
"Iya, dari kemarin aku sudah mengosongkan kamar. Nanti Ami akan menjemput." Surya mengangguk paham.
"Oh ya aku tak memberitahumu soal sponsorku. Aku sebenarnya tidak mau kau tahu soal itu dan..."
"Kenapa kau tak memberitahuku? Aku bisa memberikan uang untukmu." Surya kelihatan kesal tapi Bulan lebih jemu lagi.
"Jangan menyelaku, aku belum selesai berbicara." Bulan menarik napas panjang. "Aku tak mau memberitahumu sebab aku tahu kamu pasti akan langsung memberikannya tapi Ami akhirnya punya sebuah cara. Kami datang ke sebuah perusahaan dan di sana pula kami mendapat sebuah sponsor. Orang yang memberikan kami sponsor itu adalah Ayu."
Surya terpaku. Tak mengerti mengapa Ayu menolong Bulan. Ayu menganggap Bulan sebagai saingannya tapi dia berbalik dan mendukung orang yang dia benci. "Aku tidak mengerti kenapa Ayu bekerja di sini sebagai pelayan sementara dia punya perusahaan terkenal? Bukankah seharusnya dia bisa melanjutkan bisnisnya," lanjut Bulan.
"Orang yang memiliki finansial baik hanya ingin mencari pengalaman saja, tak peduli jika pekerjaan sebagai pelayan atau jauh lebih buruk, bagi mereka itu semua tak jadi masalah selama mereka merasa senang." Surya akhirnya membalas tanpa Bulan protes.
"Sekarang aku tidak mengerti tentang jalan pemikiran orang kaya."
"Sudahlah jangan memikirkan hal yang tidak penting, kau mau makan di luar? Sebelum Ami datang menjemput ayo habiskan waktu." Bulan mengangguk.
Begitu selesai mandi, keduanya keluar menikmati waktu kencan terbatas. Mulai dari menikmati kuliner, pergi jalan-jalan ke destinasi wisata sampai ke pantai. Surya dan Bulan membuat banyak kenangan melalui foto dan beberapa video.
Tak terasa sore menjelang. Bulan yang tampak kelelahan menyandarkan tubuhnya di kursi mobil dengan mata terpejam. Semua kegiatan itu menghabiskan banyak energi dan dia tak mau diganggu istirahatnnya.
Mobil yang dikendarai Surya berhenti tepat di depan gerbang rumahnya. Tak jauh dari mereka ada sebuah mobil lain terparkir dengan Ami yang sibuk memasukkan beberapa koper. Dia dibantu oleh dua pelayan lain.
Surya keluar dari mobil, tersenyum pada Ami. "Semua sudah dimasukkan?" tanya Surya.
"Sudah. Bulan mana? Malam ini dia harus mengejar pesawat."
"Ada di mobil, sedang tidur."
"Tuan Surya, sebagai sahabat Bulan terima kasih sudah membuat Bulan memilih apa yang dia mau. Aku sudah bilang untuk tetap berada di dunia desain tapi Bulan terus memikirkan hutangnya tapi sekarang aku lega, Bulan mendengarkanmu. Aku harap semoga Tuan Surya dan Bulan memiliki hubungan yang baik meski ke depannya harus berpisah."
"Aku akan baik-baik saja selama kami bisa menjaga komunikasi semua akan baik-baik saja." Dari dalam mobil Bulan terbangun dari tidur, ia mengerjapkan mata sebentar lalu turun dari mobil.
Bulan bergerak menghampiri. "Kau sudah sampai di sini? Kenapa tak memberitahuku?" tanya Bulan.
"Yang penting aku sudah datang dan kau ada di sini. Bagaimana? Apa sudah selesai dengan urusanmu?" Ami balik bertanya.
Bulan menatap Surya, dia mengangguk pelan. "Baiklah, semua koper sudah aku taruh di mobil sebaiknya kita harus berangkat sekarang. Tuan Surya sampai jumpa di lain hari."
Surya mengiyakan dengan senyuman. Ami berjalan masuk ke dalam mobil menyisakan Bulan dan Surya berdua. "Jangan lupa hubungi aku. Kalau kau lelah dan ingin istirahat, datang saja kapan kau mau ke rumahku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...