"Tuan Surya memintamu juga untuk ke ruang kerjanya. Pergilah dan bekerja." kata Ibu Dona sekali lagi.
"Baik saya permisi dulu." Bulan kemudian berjalan pergi dari tempat itu menuju ruangan Surya. Untuk sementara dia menghentikan langkahnya secara tiba-tiba di pertengahan jalan.
Entah kenapa Bulan merasa ragu untuk ke ruang kerja Surya. Kendati sudah dikatakan kalau pekerjaan Bulan tak akan diganggu entah kenapa rasanya sangsi sekali.
Tapi dia langsung teringat akan Surya. Bulan berhutang budi padanya dan sebagai orang yang tahu mengenang jasa Bulan akan berbakti kepada Surya sampai hutangnya selesai dibayarkan.
Bulan harus menanggung resiko sepertinya. Dia pun memantapkan langkah menuju ruang kerja di mana Surya dan Bintang berada.
Sementara itu Bintang mendiamkan Surya yang sekarang sudah sibuk bekerja. Makin kesal saja Bintang sebab Surya tak mengajaknya bicara.
'Baiklah kalau kau acuh tak acuh padaku. Aku pun tak akan mau berbicara padamu lagi.' desis batin Bintang.
Tak berapa lama pintu diketuk dan terbuka memperlihatkan Bulan. "Tuan memanggil saya?"
"Iya, tolong bereskan meja dan bawa kotak P3Knya ke tempat semula."
"Baik."
"Dan satu hal lagi ..." Bulan kontan berhenti, memandang ke arah Surya yang juga menatapnya.
"Apa kau sudah makan?" Pertanyaan yang aneh untuk Bintang dan Bulan. Namun Bulan langsung menjawab sambil menatap ke arah Bintang.
"Sudah Tuan."
"Baguslah. Ayo selesaikan pekerjaanmu dan kembali ke sini untuk mengurus sesuatu yang lain." Bulan mengangguk. Dia segera membereskan meja dan berlalu pergi.
"Surya, kenapa kamu memberi perhatian pada pelayan itu?"
"Aku cuma menanyakan kalau dia sudah makan atau belum tak lebih." balas Surya enteng. Itu pun dia memperhatikan file yang berada di tangannya sekarang.
"Lalu kenapa kalau kau berbicara dengan dia, kau memperhatikannya? Bagaimana dengan aku, melirik saja kau tak mau." Bintang memalingkan wajahnya ke tempat lain dan memangku dada tanda dirinya sedang ngambek.
Surya membuang napas, melihat pada Bintang. "Baik, baik aku minta maaf. Kau mau aku melakukan apa?" Senyuman langsung tampak pada bibir Bintang yang lalu kembali menoleh.
"Kita jalan-jalan yuk,"
"Bintang kau lihat tidak Kakiku yang terluka, mana bisa aku berkeliaran dengan kakiku begini?" Bintang kembali berwajah muram dan menyahut dengan nada ketus.
"Pakai kursi roda atau tongkat, bisa kok."
"Ok, ok tunggu sampai Bulan datang." Bintang masih tetap memperlihatkan wajahnya yang masam. Lagi-lagi Bulan, kenapa sih gadis itu selalu dikatakan oleh Surya? Kuping Bintang jadi panas.
Bulan kembali lagi dan mendapati Surya sedang menelepon sementara Bintang menatapnya sinis. "Bulan tolong katakan pada Ibu Dona kalau aku minta kursi roda sekarang. Aku mau pergi keluar."
"Baik Tuan." Sekali lagi Bulan keluar. Cukup lama menunggu Bulan sampai dengan salah seorang pelayan lelaki datang dengan membawa kursi roda untuk Surya.
Mereka berdua lalu membantu Surya untuk duduk. "Bulan tolong ikut dengan kami ya, aku mungkin agak kesusahan."
"Baik."
"Kenapa kau meminta dia untuk ikut? Aku maunya cuma kamu dan aku saja," protes Bintang tak terima.
"Tapi aku ini sedang sakit. Kalau terjadi sesuatu bagaimana?"
"Kan ada aku, aku pasti akan menjaga dirimu dengan baik." Surya melihat Bintang yang kini bersungguh-sungguh. Namun Surya ragu akan kemampuan Bintang.
Surya sangat mengenal Bintang begitu juga sebaliknya. Dia tahu tipe gadis seperti apa Bintang dan sama layaknya gadis kaya yaitu manja juga sombong.
"Akan lebih kita bertiga saja, siapa tahu kita akan kesusahan berdua." Bintang geram akan tetapi apalah dayanya jadi dia mengalah.
❤❤❤❤
Di dalam mobil, Surya masih sibuk dengan gagedtnya sementara Bulan tampak asyik melihat panorama kota. Bintang malah memperhatikan Surya yang duduk di dekatnya.
Dia betah sekali meneliti wajah sang pujaan hati. Hidung mancung, wajah tanpa flek hitam atau pun bekas jerawat. Bola mata yang indah, bibir seksi. Yah semuanya sudah dimiliki Surya dan dia sangat beruntung jika memiliki Surya.
Tangan Bintang perlahan menyentuh tangan Surya yang membuat Surya menoleh. "Surya, orang tuaku akan tiba seminggu lagi di Indonesia."
"Oh baguslah."
"Mereka datang ke sini untuk bertemu denganmu," lanjut Bintang sembari memberikan senyuman. Dia berusaha membuat tanda sementara Surya sendiri berpikir dia memang memiliki urusan bisnis dengan Ayahnya Bintang, wajar kalau dia mau bertemu.
"Kapan kau mau bicara dengan mereka?"
"Kalau mereka datang. Aku sedang memiliki urusan yang cukup banyak dan-" mendadak mobil berhenti mengejutkan Surya dan Bintang. Bukan itu saja Bulan yang tak memakai sabuk pengaman menghantam belakang kursi milik Surya. Suara yang dibuat pun cukup keras.
"Bulan kau tak apa-apa?" Surya kontan melepas pegangan tangan Bintang dan beralih pada Bulan yang tempat duduknya berada di belakang mereka berdua.
"Tak apa-apa Tuan cuma jidat saya sakit." balas Bulan sambil mengusap dahi. Dia pun menyembunyikan wajahnya dengan menunduk sebab malu.
"Sini aku lihat."
"Tidak Tuan, saya baik-baik saja." kata Bulan mulai keras kepala. Interaksi keduanya dilihat oleh Bintang. Mereka seperti tak menyadari jika Bintang ada bersama mereka.
Surya terlihat protektif pada Bulan. Tak lupa dia agak sedikit memarahi sopir karena ceroboh. Hal yang jarang dilihat oleh Bintang. Tatapan Bintang kemudian beralih kepada Bulan. Gadis itu membuat Surya menyita perhatian untuknya dan dia sangat tak suka akan hal itu.
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...