"Kau mau berhenti?" Bulan menggeleng.
"Aku hanya merasa bosan jika harus menunggu Tuan Surya lalu kerja. Hari-hari sebelumnya aku bekerja sebab Tuan Surya terluka tapi sekarang karena Tuan Surya sudah sembuh, aku cuma berdiam diri kalau membantu sesama rekan kerja aku tidak diterima makanya aku mau mengambil pekerjaan lain mengisi waktu luang." Ami menganggukan kepala paham.
"Tapi bukannya itu fokusmu akan terbelah? Bagaimana kalau tiba-tiba ada kepentingan lain dan kamu masih sibuk dengan pekerjaanmu yang baru?" Bulan terdiam. Ami adanya benar juga. Dia sampai tak memikirkan hal itu. "Saranku dari pada punya pekerjaan lain lebih baik cari hobi saja."
Sekali lagi Ami benar. Pasti karena kesibukan jadi tidak sampai ke sana arah pikirannya tapi Bulan mengerjakan hobi apa masalahnya dari dia kecil sampai sekarang, tak ada sesuatu yang benar-benar menjadi favorit dari wanita itu.
"Bulan!"
Dia tersentak mendengar namanya dipanggil. "Ada apa?" tanya Ami.
"Maaf aku sedang berpikir keras dan aku tidak tahu hobi apa yang bagus."
"Tenang saja, kau pasti akan segera tahu." Bulan mengangguk sebagai jawaban.
Suara tepuk tangan menghentikan kegiatan mereka berdua. Dua pelayan mendatangi mereka dengan tatapan sinis. Bulan mengenal gadis yang sedang bertepuk tangan tetapi ia lupa namanya.
"Kalian berdua cocok sekali! Udah jelek, caper pula sama Tuan Surya."
Ami langsung melotot. "Maksudmu apa? Kita ini sama-sama kerja melayani Tuan Surya, kita setara!"
"Setara mulutmu!" ejek Ayu dengan marah. "Kalau setara tidak mungkin dia di bawa ke sini untuk jadi asisten. Kenapa tidak memilih salah satu dari kita yang sudah bekerja selama beberapa tahun!?"
"Ya itu terserah majikan kita! Sebagai pelayan kita harus tahu diri dong." Ami mulai terbakar emosi.
"Terserah apa katamu, tapi aku tidak suka dia!" Ayu kemudian melihat Bulan dengan tajam. Dia berjalan mendekat ingin memberikan rasa takut. Aneh, Bulan diam tanpa adanya ekspresi. Gadis itu juga berani memandang balik Ayu seakan dia bukanlah Bulan yang pernah mendapat bulian.
"Mulai berani rupanya," gumam Ayu tersenyum sinis.
"Kau ingin pekerjaanku, kan?" tanya Bulan tiba-tiba. Senyuman Ayu menghilang, menatap heran pada Bulan begitu pun dua orang yang bersama mereka menjadi bingung. Tak mengerti maksud pertanyaan Bulan. "Ambil saja kalau kamu mau, kalau kau bekerja dengan baik dan Tuan puas akan pekerjaanmu kau boleh mengambilnya..."
"Lalu kau angkat kaki dari rumah ini dan jangan kembali lagi." Ayu langsung menambahkan syarat tak peduli apakah Bulan setuju atau tidak.
"Tapi jika kau kalah maka kau tidak boleh membuli kami berdua," lanjut Bulan. Dia tampak tak keberatan akan syaratnya Ayu.
"Baik, kapan mulainya?"
"Besok, aku juga akan meminta persetujuan dari Tuan dulu." Bulan lalu melirik pada teman Ayu. "Kalau kau dan teman-temanmu mau ikut silakan aku tak keberatan."
"Tidak bisa begitu! Kau hanya menantangku bukan semua pelayan gadis di sini!" protes Ayu. Seringai langsung menghilang mendengar Bulan melontarkan kalimat tantangan juga pada rekan kerja.
"Di sini aku yang membuat tantangan, aku juga secara tidak langsung setuju dengan persyaratanmu kenapa tidak mengajak juga teman-temanmu untuk terlibat? Lebih banyak orang berkompetisi akan lebih baik." Bulan bertutur panjang sambil tersenyum manis seakan mengejek Ayu yang kini kesal melihat ekspresinya.
"Baiklah, aku yakin aku akan menang. Siap-siap saja untuk kalah." Ayu berjalan pergi seorang diri sementara temannya sudah menghilang memberitahu kabar baik kepada setiap pelayan.
Ami hanya melongo menatap Bulan sedang gadis itu mengembuskan napas lega. "Kau serius mau menantang Ayu dan kawan-kawannya?"
"Dari pada dia terus membuli kita lebih baik aku memberikan apa yang dia mau." Bulan lalu menatap Ami. "Kau juga bisa ikut, aku tak akan keberatan. Kau juga ingin bukan jadi asisten pribadi Tuan Surya?"
"Iya sih tapi aku takut kalau ditolak. Tuan Surya itu paling nggak suka sama pelayan yang nggak bisa memenuhi kriterianya, aku nggak mau selalu dimarahi terus."
Bulan tidak membalas, dia setuju dengan pendapat Ami dan menghargai keputusannya. Tinggal Surya sekarang. Jujur, dia merasa ragu jika pria itu setuju.
❤❤❤❤
Makan malam telah siap tapi Surya memilih untuk makan di ruang kerja menghadapi beberapa file yang belum selesai. Bulan berada di sana, mengamati majikannya dalam diam.
Beda dengan raut wajah yang tenang, Bulan gelisah. Dia takut memberitahukan rencananya dan ekspektasinya ialah Surya marah.
Bagaimanapun Bulan sudah mengatakan perang pada Ayu. Tidak mungkin untuk mundur. Lagi pun Surya sendiri yang memberikan nasehat kalau dia harus melawan jika seseorang merundungnya lagi.
Bulan berdeham sebentar. "Tuan saya mau bicara sama Tuan," ucap Bulan.
Surya masih dengan filenya lalu membalas. "Katakan saja aku akan mendengarkan."
Dada Bulan bergemuruh. Dia sangat takut sekarang. "Tuan, dari tadi mereka membuli saya lagi jadi saya melawan seperti nasehat Tuan,"
"Itu bagus Bulan, aku senang mendengarnya," sahut Surya tidak melepas pandangan pada laptop miliknya.
"Tapi ada sesuatu yang akan saya lakukan dan saya takut kalau Tuan marah ... saya hanya mencoba untuk membela diri saya jadi-" kalimat yang keluar dari Bulan tersendat begitu saja. Ada perasaan gelisah, takut sekaligus khawatir tercampur jadi satu. Bahkan Bulan merasakan jika kakinya gemetaran hebat.
"Bulan." Satu kalimat yang keluar dari Surya membuyarkan lamunan Bulan, pandangannya ke bawah langsung tegap menatap langsung pada Surya. "Lakukan apapun yang menurutmu benar, aku tidak keberatan kok."
Seketika Bulan merasa lidah dan beban yang ia pikul menjadi ringan. Tidak ada lagi kekhawatiran dalam dirinya dan semua perasaan itu terlepas ketika dia mengembuskan napas panjang.
"Terima kasih Tuan!" Begitulah percakapan mereka berakhir di malam itu. Surya lebih memperhatikan file kerja yang begitu banyak sedang Bulan tersenyum lega.
Surya tidak akan tahu dia akan mendapat kejutan besok.
❤❤❤❤
Pagi hari Surya bangun dan bergegas ke dalam kamar mandi. Hari ini ada rapat penting jadi harus menyiapkan diri untuk para investor. Dengan memakai baju mandi ia keluar dari kamar, sudah ada pakaian yang disiapkan di atas ranjang.
Hanya saja ini terasa aneh. Surya mengerutkan dahi saat menatap kemeja dan celana begitu juga dasi sangat tidak cocok. Seperti Bulan tidak tahu soal selera berpakaian Surya.
Segera Surya mengganti pakaiannya. Dia agak kesulitan saat memasang kancing di bagian ujung lengan kemeja. Suara pintu terbuka membuat pria itu langsung bersuara. "Bulan tolong bantu aku dengan kancing ini,"
Wanita itu yang dipikir Surya adalah Bulan meraih tangannya dan membantu dengan kancing. "Terima kasih."
Saat Surya mengangkat wajahnya matanya langsung membulat melihat sosok wanita lain tersenyum malu. "Aduh Tuan ini jangan panggil saya Bulan, nama saya Intan."
Surya terperangah dia langsung berteriak emosi. "Beraninya kau datang ke kamarku!? Siapa yang memintamu datang dan mengganti tugas Bulan seenaknya?!"
Intan yang tersenyum malu langsung ketakutan. Dia melangkah mundur melihat sosok tampan Surya menjadi beringas.
❤❤❤❤
Semoga suka dengan part ini! See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malam(END)
Romance"Tuan, apa anda mau menambah kopi anda?" tanya Rembulan pada Surya. "Tidak usah, aku harus menghabiskan ini baru aku meminta kau membuatkannya lagi. Lebih baik kau duduk di sini saja." Bulan terpaku beberapa saat dan duduk dengan canggung di samping...