Melepas Rindu

9.6K 670 23
                                    

Rindu itu pasti, namun rasa kecewa terlalu mendominasi

°•°•°•°

Baru saja satu suap ingin masuk kedalam mulutnya namun terhenti karena ada yang mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum"

Setelah melihat siapa orang tersebut selera makan Qiana hilang begitu saja.

Suasana diruang rawat Quena pun berubah, Qiana yang melihat siapa itu yang datang perasaannya mulai tak karuan ada senang, sedih, dan rasa kecewa yang mendominasi.

Tatapan ayah dan bunda pun sama seperti Qiana. Orang tersebut merasakan perubahan suasana di ruangan itu, namun dia abaikan.

"Assalamu'alaikum Quena Ayah pulang" sambil berbicara tepat ditelinga sebelah kanan, tapi tidak ada respon karena Quena sedang tidur.

Mendekap tubuh lemah itu sambil mengucapkan kata maaf dengan pelan setelah dirasa cukup Afnan pun beralih kepada Qiana.

"Assalamu'alaikum Qi maaf"

"Waalaikumsalam" hanya kata itu yang keluar dari mulut Qiana dan memandang Afnan dengan tatapan rindu bercampur rasa kecewa yang lebih mendominasi hingga satu tetes pun keluar dengan mudah dari kedua matanya.

Ayah yang tau keadaan mengajak bunda keluar dari ruang rawat Quena untuk memberikan ruang kepada anak dan mantunya.

"Qi maafkan mas" ucap Afnan melemah sambil membawa Qiana kedalam pelukannya. Tidak ada penolakan maupun balasan dari pelukan itu. Afnan memaklumi.

Lama kelamaan baju Afnan basah dan nafas Qiana mulai tersengal-sengal tak lama kemudian tubuh Qiana tiba-tiba melemah dan merosot kebawah.

"Qi Astaghfirullah"

"Bunda ayah"

"Astaghfirullah"

"Cepat baringkan disofa bang"

Bunda mengambil minyak kayu putih yang selalu menjadi benda wajib dalam tasnya.

Setelah itu hal yang pertama bunda lakukan iyalah memposisikan bantal dibagian kaki Qiana hal ini akan memperbanyak aliran darah menuju otak.

Selanjutnya bunda membuka kerudung instan yang di pakai Qiana hingga menampilkan ciput rajut yang menempel pada kepala Qiana serta tak lupa melonggarkan sedikit baju atasan Qiana. Hal ini meminimalkan pertukaran udara yang buruk salah satunya dengan cara melonggarkan pakaian.

Tak lupa mengoleskan Minyak kayu putih di bawah hidung serta dipelipis kanan kiri dan mengguncang pelan tubuh Qiana untuk mempercepat kesadaran.

"Bun apa tidak papa?"

"Insyaallah tidak papa bang, Qiana hanya mengeluarkan seluruh perasaannya dan biasanya karena stres juga. Tapi insyaallah gak apa-apa sebenar lagi juga sadar"

Afnan hanya menganggukan kepalanya. Tak lama Qiana pun sadar dan bunda memberikan air putih hangat.

"Diminum dulu Qi" sambil membantu Qiana duduk.

Lalu Qiana meminumnya namun hanya sedikit dan kembali di letakkan di atas meja depan sofa.

"Qi bunda bukan bawel atau gimana tapi ini demi kebaikan kamu makanlah dulu Qi, dari kemari kamu belum makan tadi mau makan pun malah tidak jadikan? Please jangan egois sama diri kamu sendiri jika dirasa tubuh kamu lelah istirahat, jika dirasa lapar makanlah kerena kamu yang tau batas mampu diri kamu sendiri untuk menjaga kesehatan"

Assalamu'alaikum Bunda Dokter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang