Pikiran Batin

5.7K 532 37
                                    

Bukan diriku yang tak menginginkan, hanya saja rezeki yang belum menghampiri

°•°•°•°

Tak terasa kini pernikahan Qiana dan Afnan sudah berlajan satu bulan dari akad nikah. Kehidupan mereka penuh kebahagiaan walaupun, selalu ada pertengkaran kecil yang diakibatkan oleh selisih paham namun tenang saja mereka bisa melewatinya dengan baik. Karena tak ada pernikahan tanpa pertengkaran dan pertengkaran pun sering kali dianggap sebagai bumbu-bumbu pernikahan. Percayalah hubungan akan bertambah harmonis setelah adanya pertengkaran.

Kehidupan keduanya setelah menikah tentu saja berubah total yang dulu saat Afnan pulang kerja tidak akan ada yang menyambut sekarang sudah ada, yang tadinya tidak ada yang mengambil makan sekarang sudah ada, apalagi yang tadinya jika solat dirumah sendiri sekarang sudah ada makmumnya. Sama halnya seperti Qiana sekarang tugas dia bukan hanya dirumah sakit sebagai seorang dokter tapi kini bertambah tugas saat dirumah menjadi seorang ibu, dan seorang istri. Qiana sangat menikmati peran barunya itu.

Apalagi Quena bener-bener manja sekali kepada Qiana, dikit-dikit cari bunda, dikit-dikit cari bunda. Saat ditanya kenapa nyari bunda terus padahal ada Afnan katanya takut bunda pergi dan ngingalin Quena lagi.

Seperti sekarang contohnya.
"Bunda" teriak Quena.

"Bunda, di dapur nak"

Saat Quena menghampiri matanya sudah berkaca-kaca.

"Kamu kenapa hey jangan nangis"

"Bunda, ahat bunda pelgi" sambil memeluk kaki Qiana.

"Bunda, gak pergi sayang bunda lagi bikin teh untuk ayah"

"Boong"

"Gak bunda gak bohong nih buktinya tehnya udah jadi. Yuk kita antar ke ayah"

"Qi, bunda mau belanja ke tukang sayur untuk makan siang nanti. Kamu mau ikut?" Ajak bunda saat menghampiri Qiana, Afnan, dan Quena.

"Boleh Bun, Quena ikut?" Ajak Qiana.

"Gak Quena antuk" sambil mengeratkan pelukannya kepada Afnan.

"Yaudah mas Qi ikut bunda, Quena bunda ikut Oma Quena gak boleh nyariin ya"

"Ote"

🌼🌼🌼

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam, Wah bu indi belanja?" Tanya bu RT bernama Laras.

"Wah tumben bu mantunya ikut biasanya kan super sibuk" bu Ayu menimpali ucapan bu RT.

"Iya kebetulan Qiana lagi libur"

"Iya saya percaya bu, kan mantu ibu wanita karir jadi ya sibuk di karirnya" ucap ibu Ayu tapi tangannya tetap bergerak memilih-milih sayuran.

"Anak CEO mantu dokter wes bu Indi ini beruntung" ucap pak Min-abang sayur.

"Beruntung juga percuma pak Min kalau cuman bisa jadi ibu sambung tapi gak bisa hamil, bener gak ibu-ibu" ucap bu Ayu meminta mendapat ibu-ibu yang lain.

"Bener banget Bu ayu" ucap ibu-ibu yang lain membetulkan ucapan bu Ayu

"Wanita karir kan gitu biasanya bu Ayu terus ngejar karirnya gak peduli hamil apa gak" ucap Bu RT.

"Oh awas loh bu Indi udah di check belum itu mantunya takutnya nanti mandul, ups" ucap bu Ayu pedas padahal namanya Ayu tapi sayang sekali mulutnya tak seayu namanya.

Mendengar percakapan ibu-ibu jujur saja hati Qiana sakit dan pikirannya kembali tidak tenang. Dulu saat dia belum menikah ditanya terus kapan menikah, sekarang dirinya sudah menikah masih saja ditanya kapan hamil kenapa mulut netizen itu tajem ke silet dan kenapa juga netizen itu harus repot-repot mengurusi kehidupan orang lain. Sekarang dirinya sudah di sebut dua kali mandul oleh dua orang yang berbeda.

Assalamu'alaikum Bunda Dokter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang