Kue Cubit

8.6K 616 13
                                    

Waktu begitu berharga jika dimanfaatkan bersama keluarga

°•°•°•°

Jam dinding kini menunjukkan pukul 5.30 namun dua wanita cantik berbeda usia kini sudah berkutut didapur bersama bahan dan alat masakan tentunya.

"Bunda pake tokat ya" request Quena.

"Siap sayang. Bawa sini coklatnya!"

Quena pun membawa coklat dan menyimpannya dengan bahan-bahan lainnya.

"Assalamu'alaikum" ucap Afnan dari arah pintu terlihat mengenakan Koko dan sarung karena habis dari masjid solat subuh berjamaah sesudahnya dilanjutkan mendengarkan kuliah subuh.

"Waalaikumsalam" ucap Qiana dan Quena bersamaan.

Ya Quena kemari sudah bisa pulang dari rumah sakit karena keadaan sudah membaik apalagi obat penawar paling ampuh sudah ada didekatnya, ya siapa lagi kalau bukan Ayahnya Afnan. Meskipun baru pulang dari rumah sakit tapi Quena tidak banyak mengeluh malah tambah ceria para tetangga yang menjenguk pun ikut bahagia karena biasanya kalau orang abis sakit itu bawaannya lemes tapi beda dengan Quena. Tapi Qiana malah bersyukur dia lebih senang jika melihat Quena kembali ceria dan semangat sama hal nya seperti sekarang. Dengan sangat antusias Quena menyambut kepulangan Afnan.

"Ayah" ucap Quena sambil berlari kearah Afnan dan langsung digendong oleh Afnan tak lupa memberikan kecupan kecil di seluruh wajah Quena sampai Quena merasa kegelian.

Qiana yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya "Udah Ayah itu Quena udah kegelian"

"Siap bunda"

"Wah lagi bikin apa nih ayah mau bantu dong boleh"

"Lagi bikin kue cubit mas Quena pengen makan kue cubit setelah tadi lihat di TV ehk malah mau untung aja bahannya ada"

"Uhk anak ayah udah bisa request sekarang"

"Iya dong yah" sambil menampilkan deretan gigi yang dipenuhi coklat"

"Ya udah ayah ganti baju dulu"

"Bunda agi apa?" Tanya Quena saat Qiana sedang menimbang tepung terigu dan memasukkan kedalam wadah sedikit demi sedikit.

"Katanya Quena mau kue cubit? Ini bunda lagi bikin adonannya sayang"

"Quena au bantu"

"Sini"

Lalu Qiana mendudukkan Quena diatas meja pantry karena menurutnya itu lebih aman dari pada berdiri di atas kursi.

Qiana pun dengan sabar menimbang lalu memasukkan kedalam wadah yang sudah di sediakan dengan sedikit kesusahan karena bukannya Quena membantu tapi malah merecoki bundanya dengan memainkan tepung terigu, tapi Qiana tidak marah karena hal itu tidak kita sadari memiliki manfaat bagi si anak contohnya mengasah keterampilan, membangun hubungan antara ibu dan anak, membangun percaya diri, memperbaiki perkembangan fisik, membantu anak mengenal macam-macam rasa, menumbuhkan kreativitas tanpa batas. (Maka dari itu bunda-bunda dirumah jika anaknya ingin ikut membantu di dapur jangan marah ya bun karena tanpa kita sadari manfaatnya begitu banyak untuk perkembangan anak -- maaf bukan saya bermaksud untuk menasehati bunda dirumah tapi kita saling sharing dan belajar bersama ya Bun)

Assalamu'alaikum Bunda Dokter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang