Bunda Aneh?

3.8K 433 36
                                    

Tak tahu ada apa dengan diriku, mungkin juga karena tak mencari tahu?

°•°•°•°

"Bun, yakin kita mau ikut ke Bandung?" Tanya Afnan, karena melihat kondisi istrinya yang sekarang sedang tidak baik-baik saja.

"Yakin mas gak enak sama keluarga, apalagi ini pertama kali Qi ikut acara keluarga besar mas. Jarang-jarang loh mas"

"Tapi mas khawatir sama kamu"

"Qi, gak papa" sambil menatap manik mata Afnan untuk meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Ya udah mas percaya tapi nanti kalau ada keluhan apa-apa bilang sama mas ya"

"Iya mas"

Seluruh keluarga besar Afnan akan kumpul dibandung untuk menghadiri acara pernikahan anak dari adiknya-ayah Afnan. Semua sibuk dengan kegiatannya, terutama bunda Afnan rela bangun pagi untuk memastikan kembali semua kebutuhan dan kado untuk sang keponakan tidak akan tertinggal tak lupa menyewa khusus MUA yang dipanggil ke rumah untuk merias bunda, Qiana, Zahra, karena gak mungkin dong ayah, Afnan dan Rafka juga ikut dirias.

"Qi, udah siap belum sekarang giliran kamu yang dirias sayang" teriak bunda dari lantai bawah, karena bunda merubah ruang keluarga untuk menjadi ruang rias satu hari.

"Qi, kebawah dulu mas bunda udah manggil"

"Pake make up-nya jangan terlalu menor, bun"

"Iya ayah"

semua keluarga telah dirias termasuk sikecil Quena, sekarang semuanya sedang berkumpul dimeja makan sebelum melakukan perjalanan jauh perut harus diisi. Semua lahap menyantap sarapannya masing-masing berbeda dengan Qiana yang menatap makanan saja pun enggan apa lagi melihat gumpalan nasinya saja sudah mual.

"Bun, napa nda mam?" tanya Quena yang sedari tadi memperhatikan bundanya.

"Bunda, mam ko Quena juga mam ya" Quena pun mengangguk mengiyakan bundanya.

Qiana, yang tak ingin diperhatikan lagipun mulai memasukan nasinya kedalam mulut, mengunyah dengan pelan mata pun ikut terpecam lantaran perut mulai merasakan mual setelah bulir nasi berhasil masuk kedalaman tenggorokan.

"huek" dirasa tak kuat untuk menahan mual Qiana pun berlari menuju wastafel, Afan yang melihat Qiana lari pun refleks berlari mengikuti Qiana.

"Huek"

"Huek"

Qiana berusaha mengeluarkan isi perutnya namun hanya cairan yang keluar, hingga membuat dirinya lemas. Afana terus membantu mengurut leher Qiana sampai Qiana mersa cukup.

"Udah ya gak usah ikut ke Bandung, mas khawatir"

"Qi, gak papa mas paling masuk angin-kan semalam kita pergi ke pasar malem mas"

"Yaudah tapi sekarang mas minta Qi buat makan terus minum obat"

"Mas kalau Qi makan nanti Qi mual lagi" ucap Qianan sambil memelas.

"Makan atau gak jadi ikut ke Bandung?" ucap Afnan tak mau dibantah.

🌼🌼🌼

Assalamu'alaikum Bunda Dokter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang