semua tetap sama

780 164 18
                                    

Tidak pernah ada yang berubah, Sakura akan tetap menjadi dia yang biasanya, meskipun sekarang dia tau perasaan Sasuke bukan untuknya, tapi terlalu sulit untuk menjauh, dia tak bisa.

Tak pernah bisa.

****

"Sak aku boleh minta tolong sesuatu gak?" tinggal mereka berdua saja yang tersisa di kelas, sisanya sudah melebur sejak tadi.

"Minta tolong apa?" Sakura bangun dari posisi tiduran di mejanya, dia kini dengan perlahan memasukan satu persatu bukunya ke tas.

"Aku boleh ke rumahmu gak?" tanya si pirang Ino dengan wajah cerianya, tapi memang wajar kan main ke rumah teman? Sakura saja yang tak mau menormalisasi itu karena ketakutan Sasuke akan direbut, tapi tetap saja pada akhirnya Sasukenya pun direbut oranglain, sekuat apapun dia menjaga, dia tak mendapatkan hasil apa-apa.

"Ngapain main ke rumahku?"

"Yakin nih mau denger alesannya?"

"Yakin, soalnya aku gak pernah bawa temen ke rumah," Ino tampak terkejut sebentar tapi dalam hitungan detik bisa mengatur ekspresinya menjadi lebih soft, dia butuh Sakura, dia tak boleh sampai salah ucap dan salah tanggap.

"Ibu dan ayahku akan melakukan itu-----"

"Melakukan apa?" Ino menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung mau pakai kata apa agar maknanya langsung dipahami tanpa dia harus ngomong aneh-aneh, habisnya Sakura seperti anak baik-baik banget, jadi agak takut kalau pembahasan mereka jadi melenceng dari semestinya.

"Gituan loh, 21+++, celup mencelup, paham kan?"

"Paham, terus kenapa kamu harus sampai ke rumahku segala?" Ino tersenyum sebentar, bersyukur karena Sakura memahami ini dengan cepat.

"Mereka punya fantasi gitu deh, gak bisa ngelakuin cuman di kamar, mereka gituan sambil pindah-pindah tempat, jadi kalau lagi kumat mereka selalu ngasih tau, biar aku gak liat dan sekarang aku bingung banget mau pergi kemana," Sakura sedikit terkejut mendengar kalimat Ino barusan, hei...... Sakura tau tentang fantasi saat berhubungan, tapi dia gak pernah bener-bener yakin kalau itu bakalan kejadian sama temennya sendiri.

"Boleh kan Sak, please?"

"Yaudah deh," lagipula tak ada yang perlu disembunyikan sekarang.

"Makasih banget Sak, janji deh besok aku traktir," dengan atau tanpa penjagaan, pada akhirnya Sasuke akan pergi juga.

****

Hari itu tak ada yang menjemput Sakura, katanya sih ayahnya sibuk, sang kakak yang  mager, ibunya yang malas nyetir, dan mereka semua dengan wajah penuh tipu muslihat bilang sama Sakura kalau sudah kuliah harus mandiri, emang deh mereka tuh....... untung ada Ino, jadi pas naik bus gak begitu sepi, gak berasa sedih-sedih amat karena sendirian, pas jalan dikit ke rumah juga gak berasa jauh.

"Nanti kalau kamu ke rumah, pasti deh bakalan suka sama cowok itu," ucap Sakura memecah keheningan karena sejak sepuluh menit yang lalu mereka kehilangan pembahasan.

"Masa sih? dia ganteng?"

"Banget, tapi gak tau deh dia bakalan ada atau enggak,"

"Ya semoga aja ketemu deh, jadi penasaran seganteng apa pas kamu bilang gitu Sak," si rambut merah muda sih hanya tersenyum tipis, nanti juga bakalan tau, kakak kelas kita yang jadi idola kampus loh, yang bikin semua cewek kaya orang gila pas bahas dia, yang nanti main film siluman eh salah dewa-dewi.

"Rumah kamu di ujung bumi banget ya?" tanya Ino saat sudah sampai tepat di depan gerbang rumah Sakura.

"Haha emang jauh sih dari depan, cuman enak tau buat healing, gak banyak suara," Sakura pun membuka gerbang dan langsung kaget saat melihat Sasuke sedang melepas sepatu di depan rumahnya, Sakura pun yakin Ino bisa melihat wajah ganteng itu dengan jelas meskipun jarak mereka tak begitu dekat.

i love you, kak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang