undangan

655 133 32
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa sudah satu bulan semenjak hari itu, hari di mana Sakura merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang sama sekali belum pernah ia temui sebelumnya. Dia sedih tentu saja mengingat tentang seberapa lama perasaannya tumbuh lalu hancur sebelum  berhasil mekar tapi......

Ada sedikit rasa lega, karena Sakura tau ini adalah jalan terbaik meskipun arah mereka jadi berbeda. Sejujurnya saat menyuruh Sasuke untuk menjauhinya saat itu Sakura pun tak tau rasa cinta pada lelaki itu sudah hilang atau belum, saat itu dia hanya diliputi amarah, diliputi kekesalan yang membumbung karena Sasuke secara tiba-tiba mendekatinya, padahal Sakura setengah mati berusaha untuk membuat Sasuke nyaman tanpa gangguannya lagi.

"Huh......."

"Udah kaya nenek-nenek aja buang napas mulu," itu adalah Sai, anggota pencinta alam yang kini sedang sibuk memikirkan tempat bagus untuk berkemah saat liburan panjang nanti.

"Daripada buang tahak mending buang napas ya kan?" Sai mengedikkan bahu, sepertinya dia malas berbicara lagi. Sakura hanya tersenyum, merasa menang karena membuat Sai menutup mulut tanpa mengeluarkan sepatah kata pun lagi.

Sebenarnya hidup Sakura baik-baik saja sekarang, meskipun ada yang terasa aneh tapi tak ada rasa sakit yang terlalu mengganggu, dia kuliah dengan rajin, mengikuti klub pencinta alam tanpa bolos, menikmati hari-harinya di rumah dengan tugas atau bergosip dengan papa dan mamanya, bermain game bersama sang diktaktor Sasori, kalau sempat dia akan berkebun di hari minggu bersama om Fugaku, Sakura juga masih lumayan sering mengantarkan makanan ke tante Mikoto meskipun kadang dia teringat sosok itu kalau main ke rumah sebelah, dulu kalau dia main kesitu sosok itu selalu mondar-mandir nyari makanan atau ikut makan bareng sama Sakura dan tante Mikoto, kadang kalau udah berkebun juga suka makan bareng, kangen juga dipanggil 'Bekicot,'  kangen mimik mukanya yang pasrah kalau Sakura udah mulai ngelantur...... AAAH itu adalah rasa yang wajar kan kalau kita tiba-tiba ditinggal pergi, ingatan kita terus-terusan maksa  buat ngenang masa-masa di mana sosok itu masih ada.

"Ra ayo pulang," suara Ino langsung membuyarkan lamunannya, bikin kaget aja deh.

"Iya ayo," padahal mereka belum nentuin mau kemah kemana tapi malah pada mau pulang aja karena udah sore, emang pada kurang loyalitas mereka tuh.

"Emang udah nentuin mau kemah di mana?" Ino menggeleng, ya habis bingung sih soalnya banyak tempat yang bagus, terus juga mereka tuh kaya pada punya tempat rekomendasi masing-masing jadinya makin bingung deh.

"Lah.... Emangnya kamu dari tadi gak dengerin? Kan kak Lee tadi bilang nanti ngumpul lagi buat diskusi,"

"Oh gitu...."

"Ngelamun mulu lagian,  ngelamunin apaan sih temen sekaligus adik iparku ini tuh?" Sakura berdesis, kupingnya masih terasa sakit kalau ngedenger kata adik ipar tuh.....

"Lagi mikirin cara buat ilangin Sasori,"

"Dih jangan dong, kalau Sasori ilang nanti dunia jadi gelap, hujan di mana-mana, banjir akan melanda, dunia akan tenggelam," ingin rasanya Sakura menyiram air sebotol ke tubuh Ino, supaya setan-setannya pada pergi, sumpah jijik banget dengernya.

"Jijik banget sumpah,"

"Kalau mau ilangin ayang Sasori sekalian ilangin aku juga Ra, biar kita tinggal di dunia antah berantah berdua,"

"Gak jadi,"

"Apanya yang gak jadi?"

"Gak jadi restuin kalian,"

"Ih jangan gitu dong, restu adik ipar tuh penting demi kedamaian bumi," Sakura memilih untuk kabur saja sekarang, mendengar Ino terus-terusan bisa bikin dia naik darah.

"Raaa tungguin dong......"

"Bodo amat,"

*****

Hari sudah mulai agak gelap saat Sakura pulang ke rumah, emang deh kuliah tuh capek banget apalagi kalau ikutan klub, tapi gak apa-apa sih, soalnya dia emang butuh banyak kegiatan biar gak stres di rumah mulu.

"Eh baru pulang anak cantik," ternyata ada tante Mikoto di ruang tamu rumahnya, beliau sedang duduk manis sambil meminum teh bersama mama Tsunade.

"Iya nih tan," Sakura pun ikut duduk di kursi yang masih kosong sambil melihat ada beberapa kertas di atas meja, Tsunade yang menyadari sang anak terfokus pada kertas itu pun langsung saja menjelaskan pada sang anak tanpa pikir-pikir terlebih dahulu, ya lagian muka Sakura kaya kepo banget gitu deh...

"Itu undangan premier filmnya Sasuke, minggu depan Ra," tante Mikoto melirik ke arah Tsunade, ada keresahan yang terlalu kentara di wajah cantik tetangganya itu. Suasananya jadi gak enak sumpah...

"Wow, ternyata jam 4 sore ya ma? Aku bisa nih dateng pas pulang kuliah bareng Ino, ini undangannya ada 4, papa gak mungkin bisa karena minggu depan pergi keluar kota, berarti bisa diganti sama Ino kan Ma?" Tsunade dan Mikoto saling lirik, ini tuh benar-benar di luar dugaan, mereka kira Sakura tidak akan mau datang atau bahkan tidak mau membahas tentang ini, soalnya selama sebulan ini Sakura sama sekali tidak pernah membahas Sasuke pada keluarganya atau pada Mikoto juga, tadi para ibu-ibu abis ngegosipin Sakura gitu deh.

"Oh iya ya papa minggu depan ke luar kota, boleh tuh bareng Ino, mama nanti barengan aja sama ses Mikoto,"

"Oke deh kalau gitu, ngomong-ngomong selamat ya tan film kak Sasuke udah rilis,"

"Iya makasih, meskipun scene nya gak banyak tapi tante bangga banget sih...."

"Harus bangga dong tan hehe, aku bersih-bersih dulu ya tan, gak enak badan udah pada lengket, dadah tante....." Sakura pun beranjak, meninggalkan ibu-ibu itu di ruang tamu.

"Dadah cantiiik," langkah kaki Sakura sudah tidak terdengar lagi, kini yang terdengar hanyalah suara pintu kamar sang gadis yang tertutup beberapa saat yang lalu.

"Kayanya mimpi kita jadi besan harus terkubur ya ses," ucap Tsunade sambil menyuapkan sepotong kue kelapa ke mulutnya.

"Iya ses, padahal aku pengen banget punya menantu kaya Sakura, terus punya cucu yang gemesin, ceria, bawel juga..... Sedih tau ses rumah sepi tuh, kadang iri sama tetangga sebelah rumahnya rame terus," Tsunade langsung tertawa setelah mendengar ucapan Mikoto, hampir saja tersedak kue.

"Rame terus juga pusing ses, iya ya padahal kita udah ada rencana mau bangun rumah dibelakang biar Sasuke sama Sakura gak usah jauh-jauh, ternyata harus karam padahal belum berlabuh,"

"Apa kita pake dukun aja ses?" tanya Mikoto dengan mimik muka serius.

"Ide bagus ses, tapi nanti kalau minta tumbal gimana?"

"HUHHHH," mereka berdua mengucapkan itu secara berbarengan, lalu tertawa deh. Hingga pada akhirnya mereka hanya pasrah saja, karena mereka tau Sasuke dan Sakura pernah melalui masa yang sulit karena tekanan ini.

Tekanan dari mereka yang dulu selalu menginginkan anak-anak itu agar bisa bersama.

*****

jujur aku jg pengen cerita ini cepet2 tamat tau, aku sudah tidak tahan dengan kegundah-gulanaan ini.... 💔🥴

i love you, kak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang