makasih yg udah komen dan pada kangen sm cerita ini hehe, sebenernya mau update malem tp sinyalnya jelek banget hikd, jd skrg aja deh ya✌️✌️✌️****
Diantara kerumitan tersulit di muka bumi ini, Sakura terkadang penasaran mengapa dia juga harus ambil bagian dari rasa sesak itu....
Tapi tak membutuhkan waktu lama, wajah dingin Sasuke yang sedang menatap ke arah langit tiba-tiba terlintas..... Sakura menghela napas sejenak lalu kembali melamun, hei jika kesulitannya seindah itu? Bukankah tak apa-apa?
****
"Mama... papa... ish kaka nakutin banget dari tadi senyum-senyum sendiri sambil liatin hp," Sakura sudah lima belas menit duduk di sebelah Sasori dan selama itu pula kakaknya yang biasanya seperti monster malah senyum-senyum gak jelas, kesambet apaan dah?
"Iya ih kakak kenapa deh dari tadi pagi senyum-senyum sendiri gitu, kalau gini mah bukan Sakura aja yang takut tapi mama juga ikutan," sang kakak mendengar keluhan-keluhan itu dengan jelas tapi entah mengapa bibirnya tak lelah untuk tersenyum dan dia yakin masih bisa melakukannya sampai besok sore deh.
"Tebak dong ma.... kenapa kakak bisa sehappy ini,"
"Kerjaan di rumah sakit lancar? Dokternya baik mau ngajarin kamu?"
"Yaelah, dikira Sasori bego kaya Sakura kali, kerjaan mah lancar semua gak perlu bantuan," jawab sang setan merah dengan nada suara ceria dan sambil tersenyum lebar, Sakura enek banget sumpah liatnya, ngatain bego sambil senyum iblis gitu tuh nyebelinnya melebihi yang udah-udah.
"Mending bego dari pada gila,"
"Dih ya mending gila lah, dari pada waras tapi bego," ucap sang kakak masih dengan senyum yang bikin muak.
"Udah ah, aku jadi mual liat kakak begitu, ke kamar duluan deh, selamat malam ya keluargaku yang agak menyebalkan," malam yang sungguh membuat trauma, mending liat kakaknya ketawa kaya setan deh daripada senyum-senyum sok imut bikin enek gini, kenapa sih dia?
"Nanti giliran uang jajan di potong nangis," jawab sang papa dengan wajah datar sambil membetulkan letak lampu di akuarium tercintanya.
"Ancemannya uang jajan mulu kesel, iya deh deh di ralat ...keluargaku tercinta, terbaik, tersayang, terindah di muka bumi ini, selamat malam,"
"Nah gitu dong, jangan lupa cuci kaki sama tangan terus gosok gigi," dan tentu saja Sakura tak menggubrisnya, sebel diingetin hal kaya gitu mulu, dia kan udah kuliah, gak usah disuruh juga pasti udah paham lah, yaaah meskipun kadang sering ketiduran tanpa gosok gigi juga sih.
Sakura berjalan menuju kamarnya dengan sisa-sisa tenaga, tapi ketika melihat langit yang begitu bagus dari kaca pintunya tiba-tiba saja dia tak lemas lagi, dengan sigap dia membuka pintu dan pergi ke teras bersama semangat yang membara, bulannya sedang membulat secara penuh begitu pula hamparan bintang yang lumayan banyak, malam yang cantik.
"Eh ada kakak ganteng," sudah kebiasaannya setelah melihat langit dia akan menoleh ke arah kiri, ke teras kamar Sasuke yang persis ada disebelahnya dan sosok itu pun ada di sana sedang berdiri melihat langit sambil merokok, dia begitu menyilaukan dengan kaos oblong putih dan celana levis pendek selutut berwarna serupa, ya ampun seperti yang di harapkan dari orang yang Sakura cintai bertahun-tahun, seorang lelaki dengan pahatan seni yang sempurna.
"Gimana coba caranya aku bisa berhenti suka sama kakak kalau kakak malah makin ganteng begini. Aah...." Sakura memilih untuk melihat ke arah lain, berbahaya jika terus memandang sang pujaan hati, kesel banget, bisa-bisanya dia seganteng itu padahal cuman pake kaos putih polos doang.
"Berisik banget bekicot,"
"Duh jadi gak sabar ngeliat muka kakak di bioskop pasti ganteng banget mana pake layar gede tapi takut juga sih, takut jantungku lepas......" Sakura menggenggam pagar yang ada di depannya, percuma saja mencoba berbagai cara untuk menjauh, ternyata memang sulit, dia menyukai Sasuke sejak kecil, tak akan mudah baginya untuk melupakan perasaan yang selama ini ia punya, jadi kalau begini masih boleh kan?
"Ya jangan ke bioskop kalau gitu, nyawa lebih penting,"
"Enak aja, kakak lebih penting tau....." Sakura tertawa setelah berbicara seperti itu, berusaha untuk tak membuat suasana menjadi canggung.
"Terserah deh,"
"Hehe," tak biasanya Sakura bingung begini mau ngomong apaan, tak biasanya kepalanya mendadak terasa kosong, tak biasanya mulutnya berat, dia takut salah bicara. Apa dia pergi saja? tapi masih kangen, masih pengen liat kak Sasuke.
"Maaf.." setelah keheningan itu bertahan cukup lama, suara berat Sasuke berhasil menghancurkannya, membuat Sakura terkejut bukan main, apa katanya barusan? Maaf?
"Kok kakak minta maaf? Kakak gak salah apa-apa sama aku,"
"Maaf aja, buat semuanya," Sakura menggeleng, apa sih pake minta maaf begini segala, Sasuke tuh sama sekali gak salah.
"Ini tuh maaf karena kakak suka sama cewek lain? kak.... aku juga pernah nolak cowok karena gak suka sama dia, gak semua hal di dunia ini harus dapet balesan, aku malah marah kalau kakak gak jujur, kalau kakak manfaatin aku karena akunya suka sama kakak, jadi jangan minta maaf," Sakura berbicara dengan sangat tenang dan tanpa tergesa, entah mengapa sulit sekali menaikan nada bicara pada sosok itu.
"Kak....."
"Hm?"
"Semalem aku mimpiin kakak, di sana kakak keliatan bahagia banget, terus aku liatin kakak dari jauh dan aku ikutan seneng juga," jadi Sasuke tak perlu mengucapkan kata maaf itu, karena Sakura yakin dia bukan orang jahat, bukan orang yang mau melakukan apa saja agar Sasuke jadi miliknya.
"Jadi jangan pikirin apapun, kalau sekiranya ada hal yang bisa bikin kakak seneng pilih aja jalan itu, jangan liat ke arah lain....."
"Bekicot,"
"Dih dibilangin yang bener juga,"
"Iya,"
"Nah gitu dong," mereka kembali diam, menatap bintang dengan pemikiran masing-masing.
Sebenarnya Sasuke merasa bersalah karena setelah jujur tentang dia yang menyukai wanita lain dia merasa bukan hanya menyakiti Sakura saja, tapi menyakiti ibunya, ayahnya, bahkan kakaknya juga. Entah mengapa suasana rumah kini jadi sedikit berbeda. Sasuke pikir setelah mengucapkan kata 'maaf' pada Sakura bebannya akan terasa sedikit ringan namun nyatanya tidak.
Bahkan beberapa hari terakhir dia terus-terusan berpikir; apa salah ya dia suka pada orang lain? apa tidak boleh ya dia punya perasaan? Apa dia tak boleh sebebas Itachi yang suka pada Izumi, atau sebebas Sakura yang menyukainya?
Kenapa saat dia akhirnya bisa menyukai perempuan, rasanya sesulit ini? kenapa dia yang malah jadi seperti penjahat, apa dia harus minta maaf pada semua orang, harus memohon-mohon agar diizinkan dan diberi senyuman tulus untuk punya perasaan semacam itu?
"Kak bulannya bagus ya?"
"Lumayan," jadi siapa diantara mereka yang salah? apakah semua orang menginginkan Sasuke untuk menjadi palsu agar bisa disukai oleh semuanya? Lalu jika dia memilih untuk bersama gadis ini, apakah itu bisa membuat semua orang senang?
"Bagus banget gitu dibilang lumayan," Sasuke sangat menyayangi keluarganya melebihi apapun, tapi untuk yang satu ini boleh kan dia juga memilih?
"Eh kakak malah pergi, udah ngantuk ya? hati-hati jalannya, mimpi indah kakak ganteng......." dan sama seperti hari-hari sebelumnya, kepala Sasuke terasa sangat berat.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
i love you, kak.
FanfictionSasuke itu kakak kelas ganteng yang punya kerja sambilan jadi model, terus kemarin bisa dapet peran di film supranatural /bagi Sakura sih itu lebih mirip film siluman/ peran dia disitu jadi anaknya dewa kejahatan gitu, tapi emang cocok sih muka dia...