Jam 7 malam begini Sakura memilih untuk mengerjakan tugas nya di ruang tamu saja karena kalau di ruang tengah dia tak sanggup melihat wajah kakaknya yang menjijikan, tersenyum tanpa henti seolah bumi adalah tempat paling indah, kan bikin kesal. Selain itu dia juga bukan tipe manusia yang bisa mengerjakan tugas di meja belajar kamar, habisnya kalau di kamar bawaannya mau rebahan aja sama nonton youtube sampe ketiduran.
"Sakura....." suara itu langsung menggema di ruang tamu sesaat setelah suara pintu depan terbuka.
"Kak Itachi? Mau ke kak Sasori ya? Aku kasih tau mending jangan, dia lagi gila obatnya abis," Itachi tersenyum saja mendengar itu, yakali mau ke Sasori pake jas keren kaya gini.
"Engga, mau nitipin kunci rumah nih, soalnya kita semua mau pergi tapi Sasuke masih di luar,"
"Yaudah sini kuncinya sama aku aja," Sakura refleks bangun dengan cepat, seolah menemukan semangat baru dan melupakan seberat apa harinya kemarin-kemarin, entah mengapa tubuhnya seolah bergerak sendiri.
"Siap, titip kuncinya ya Ra, kayanya bentar lagi juga Sasuke pulang, tadi sore sih bilangnya bentar doang,"
"Oke deh kakak," sial, Sakura baru ingat sekarang tapi gak apa-apa deh cuman ngasih kunci terus bisa liat wajah ganteng kak Sasuke bentaran sekalian cuci mata.
****
Ternyata sampai jam 11 malam pun Sasuke belum pulang juga, jadi bikin Sakura khawatir deh, padahal biasanya jam 9 Sakura udah ngantuk berat tapi sekarang dia sama sekali belum nguap, matanya seger banget, gak ada ngantuk-ngantuknya sama sekali.
"Tumben belum masuk kandang," suara Sasori di ruang tengah cukup terdengar jelas, tapi sang adik memilih untuk tak menggubris, suka-suka dia lah mau kapan aja masuk kamarnya. Ternyata tak lama dari itu ada suara ketukan pintu, pasti itu Sasuke deh, Sakura yakin 100% soalnya dia tau gimana cara Sasuke kalau lagi ngetuk pintu.
"Siapa tuh?"
"Sasuke kak," Sakura beranjak dengan cepat, tak mau membuat Sasuke menunggu lebih lama.
"Sakura....."
"Kak Sasuke....." Sakura tau bau ini, bau minuman yang pernah ia hirup juga dari aroma mulut sang ayah atau Sasori kalau sedang mabuk.
"Nih kunci------"
"Gimana rasanya jadi prioritas semua orang?" padahal Sakura belum sempat memberikan kuncinya atau menyelesaikan ucapannya.
"Prioritas gimana kak?"
"Di pikirin perasaannya, di pahamin isi hatinya, semua orang cuman mikir kalau kamu yang menderita, aku yang jahatin kamu, aku yang salah..." Sasuke berbicara dengan nada suara yang sangat rendah, pelan dan terdengar sangat menyedihkan. Raut wajahnya terlihat sangat lelah, sorot matanya kosong, bibirnya pucat.
"Kak....."
"Bahkan saat aku mau jujur, saat aku udah bisa milih, mereka cuma mikirin perasaan kamu, gak ada yang mikirin perasaan aku, gak ada yang mau tau kalau aku juga sakit,"
"Kak... Aku mikirin perasaan kakak..." bahkan lebih dari dia memikirkan perasaannya sendiri. Sakura menyayangi Sasuke bertahun-tahun bukan tanpa alasan, Sasuke adalah segalanya, jangankan memikirkan perasaannya, apapun akan Sakura berikan.
"Hm? Masa? tapi gara-gara kamu, semuanya jadi kaya gini...." hatinya sakit, sakit sekali, oh begitu.... ternyata hatinya yang sakit itu membuat Sasuke kesulitan, gara-gara hatinya Sasuke mabuk dan tampak begitu hancur, semua gara-gara Sakura, gara-gara cintanya.
"Ma--maaf kak," dia tak pernah tau bahwa dia bisa membuat Sasuke sebegini hancurnya, dia tak pernah tau kalau selama ini dia menjadi penghambat kebahagiaan sang pujaan hati, dia tak pernah tau kalau dia bisa menempatkan Sasuke pada kondisi terburuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
i love you, kak.
FanfictionSasuke itu kakak kelas ganteng yang punya kerja sambilan jadi model, terus kemarin bisa dapet peran di film supranatural /bagi Sakura sih itu lebih mirip film siluman/ peran dia disitu jadi anaknya dewa kejahatan gitu, tapi emang cocok sih muka dia...