"Bener-bener emang si cunguk, masa Ino juga disuruh beres-beres, nanti kalau capek gimana?" Sasori yang masih santai di atas kasur dengan muka bantal tiba-tiba merasa terkejut menyadari eksistensi sang kekasih yang ikut Sakura masuk seenaknya ke area privasi Sasori.
"Yee gak apa-apa dong, dia kan temen aku, masa gak boleh minta pertolongan,"
"Tapi Ino juga pacarku, berani-beraninya kamu nyuruh dia," ketegangan di kamar itu terjadi hanya beberapa menit saja sampai Ino dengan telatennya mengakhiri adu omong itu dan berinisiatif menanyakan barang apa saja yang harus dipindahkan.
"Gak apa-apa tau, aku seneng malah bisa bantuin Sakura, jadi bisa liat kamu deh," Sakura tiba-tiba merasa lehernya merinding, gak kuat denger kalimat yang Ino ucapin barusan, gak biasa aja gitu dia denger percakapan kaya gitu, aneh banget.
"Yaudah deh, tapi aku malu baru bangun banget eh udah diliatin kamu,"
"Tetep ganteng kok," mereka berdua tersenyum, Sakura gemeteran, sumpah deh ini suasana nyeremin banget.
"PAPA CEPETAN MASUK SINI," Sakura mendadak frustasi, saking jijiknya sama obrolan ini dia sampe lupa kalau barusan dia lagi sedih dan merana.
"Kenapa sih teriak-teriak?"
"Ayo mulai beres-beres pa," Jiraiya menghela napas sebentar lalu langsung melakukan tugasnya dengan baik dan benar tanpa protes, habisnya tadi sebelum Sakura pulang kuliah sang papa sudah di briefing habis-habisan sama mama Tsunade, jangan nyebelin, Sakura lagi galau katanya.
"Yaudah ayo ke kamar kamu, kan papa gak tau barang apa aja yang harus di angkut,"
"Semuanya.... kecuali lemari, tempat tidur sama meja belajar aja," jawab Sakura dengan santai sambil tersenyum lebar.
"Yaudah ayo sama kamunya dong," Sakura menggeleng mantap, tentu saja untuk beberapa saat dia tak mau menginjakkan kakinya lagi di sana.
"Aku mau rapihin barang di sini aja sama Ino, kakak aja yang bantuin papa di kamar itu," mendadak kamar Sasori yang sepuluh menit lalu ramai sekali kini menjadi sepi, ternyata bungkusan luar memang selalu menjadi tameng saja, hanya dengan menatap Sakura sekarang mereka semua langsung tau sedalam apa rasa sakit yang sedang Sakura rasakan, hanya saja gadis itu terlalu berusaha keras untuk menutupinya.
"Iya iya kakak aja yang bantuin papa di kamar si cunguk," Sasori beranjak dari kasurnya, tersenyum dengan manis pada pacarnya, lalu menoyor kepala adiknya kemudian pergi begitu saja tanpa mau repot-repot mendengarkan ocehan Sakura.
"Makasih banget loh Ra, aku jadi bisa lama-lama diem di mantan kamarnya kak Sasori, ugh seneng banget," Sakura hanya menggeleng-gelengkan kepala lalu pergi menuju lemari Sasori, hendak mengeluarkan baju sang kakak dari sana.
"Pengecut banget gak sih? kalau dipikir-pikir ini berlebihan ya sampe pindah kamar segala....." Ino bingung perkataan Sakura yang barusan tuh ditunjukan buat Ino atau dia lagi ngeluarin unek-unek aja, soalnya sejak pagi Sakura kaya berusaha banget buat keliatan baik-baik aja.
"Gak berlebihan kok Ra, semua orang punya caranya sendiri-sendiri buat ngobatin lukanya, kalau dengan kaya gini luka kamu berkurang, ya fine-fine aja sih," Sakura mengangguk, berusaha untuk setuju pada opini Ino. Padahal dia pindah kamar bukan cuman buat ngurangin luka aja tapi buat bangun dari segala mimpi dan angannya, karena jika dia masih di kamar itu mungkin dia akan selalu ingat bagaimana rasanya bahagia, bagaimana dia bisa tersenyum lebar hanya karena eksistensi Sasuke, dan dia takut kalau harus melakukan kesalahan yang sama, dia takut perasaan senangnya malah bikin Sasuke terluka.
****
Setelah kegagalannya meminta 'maaf' secara langsung pada tetangganya itu Sasuke memilih untuk diam saja di ruang tamu, selain Hotaru akan datang kesini sebentar lagi dia juga merasa lapar tapi malas pergi ke dapur, entah mengapa dia seperti butuh diam sejenak, butuh melamun untuk menjernihkan pikiran sampai tiba-tiba suara mobil ibunya mengalihkan fokus sang bungsu Uchiha, ternyata sudah sore, tuh buktinya Mikoto sudah pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
i love you, kak.
FanfictionSasuke itu kakak kelas ganteng yang punya kerja sambilan jadi model, terus kemarin bisa dapet peran di film supranatural /bagi Sakura sih itu lebih mirip film siluman/ peran dia disitu jadi anaknya dewa kejahatan gitu, tapi emang cocok sih muka dia...