Seluruh tubuhnya seolah menolak dengan keras agar Sakura tak lagi masuk ke rumah itu, tapi tetap saja hatinya tak bisa...
Dia mencintai Sasuke dengan rentang waktu yang sangat lama, tak semudah itu untuk menjauh, tak semudah itu untuk lupa, tak semudah itu untuk pergi.
Sulit, sulit sekali.
Andai saja dia bisa, mungkin dia sudah melakukannya sejak dulu....
"Waduh, Uchiha Sasuke sama Sasuke Uchiha udah tambah tinggi aja dahannya, mau dipindahin ya?" ucap om Fugaku saat melihat Sakura sedang sibuk dengan dua tanaman kesayangannya, bunga marigold dan bunga matahari.
"Iya nih om, udah harus dipindahin, kasian kesempitan nih mereka berdua,"
"Kenapa ga nanem bunga mawar aja sih atau bunga lily?"
"Aku nanem bunga-bunga itu juga kok, tapi gak tumbuh, yang tumbuh malah ini tapi gak apa-apa deh, walaupun gak wangi bunga-bunga ini juga cantik kan om?" Fugaku mengangguk lalu mendekat ke arah Sakura, membantu gadis itu menggali tanah.
"Sekarang kalian berdua bebas, gak kesempitan lagi kaya di pot hehe....."
"Sarapan yuk Raa? Tante Mikoto bikin kepiting asam manis dong, kesukaannya Sakura kan itu...."
"Seriusss om?"
"Iya, yuk kita sarapan nanti di lanjut lagi bertanam nya......"
Dia selalu lupa, kalau dulu dan sekarang semuanya tak sama lagi, tapi terlalu sulit untuk menahan diri agar tak pergi ke rumah itu, karena Sakura sudah terlalu biasa, sudah terlalu nyaman, sudah menganggap rumah itu bagian dari hidupnya, Om Fugaku, tante Mikoto, kak Itachi adalah orang-orang yang entah mengapa membuat Sakura sedikit melupakan rasa sakitnya, mereka terlalu baik untuk dijauhi juga, yang penting Sakura tak mengganggu Sasuke kan? yang penting Sakura saat itu tak macam-macam pada perempuan itu kan?
"Hai kak Sasuke, aku emang bau matahari, tapi aku dipaksa sama Om buat sarapan bareng, jadi yaudah mukanya jangan asem gitu, tambah ganteng kan...." sebenarnya Sasuke tak mengeluh seperti biasanya, dia diam saja melihat Sakura dan ayahnya datang dari kebun belakang rumah, tak ada ucapan 'kau umur berapa sih? udah gede masih aja maen tanah terus bau matahari,' jadi Sakura inisiatif sendiri aja, daripada awkward.
"Iya gak apa-apa, om juga bau matahari kok, kalau Sasuke protes nanti om cubit tangannya,"
"Oke om, emang om tuh terbaik banget sedunia,"
"Bukannya itu sebutan buat kakak ya? Terbaik sedunia, kesel banget malah dikasih ke ayah juga," tiba-tiba Itachi juga datang masih dengan muka bantal dan rambut gondrongnya yang belum diikat.
"Yaudah deh, om terbaik sebumi deh,"
"Nah gitu dong,"
"Itachi mah emang irian mulu sama ayahnya sendiri juga," dan akhirnya mereka pun sarapan bersama dengan canda tawa.
****
Sudah dua minggu sejak hari pertama Sasuke mengajak Hotaru kesini, perempuan itu juga sudah lumayan sering datang ke rumahnya begitu pula Sasuke yang beberapa kali datang ke rumah gadis itu, tapi tetap saja keluarganya seolah tidak 'welcome' pada orang yang sudah Sasuke pilih itu.
Dia mengenal keluarganya melebihi siapapun, sebenarnya ibu dan ayah tetap menyambut Hotaru dengan baik, mengobrol juga tapi tak pernah lama, seolah ada dinding tinggi yang menghalangi mereka agar bisa dekat. Sasuke ingat saat awal-awal Izumi datang kesini, Mikoto dengan senang hati mengobrol sampai sore, mengajari memasak makanan favorit Itachi, atau bahkan sampai belanja bersama, tapi sekarang ibunya seolah menutup diri, datang hanya formalitas sebagai orangtuanya Sasuke yang menyambut Hotaru, tidak lebih dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
i love you, kak.
FanfictionSasuke itu kakak kelas ganteng yang punya kerja sambilan jadi model, terus kemarin bisa dapet peran di film supranatural /bagi Sakura sih itu lebih mirip film siluman/ peran dia disitu jadi anaknya dewa kejahatan gitu, tapi emang cocok sih muka dia...