tante mikoto & sakura

722 170 28
                                    

Ketika orang lain kasihan padaku tentang perasaan ini, aku hanya bisa tertawa dalam hati, kenapa?

Karena mereka tidak pernah tau betapa serunya bahagia meskipun tanpa harus saling memiliki, mereka tidak pernah tau hal-hal kecil saja bisa membuat hariku penuh warna, mereka tidak pernah tau bahwa aku sudah begitu siap untuk terluka. ini bukan salah dia, ini bukan hal yang harus dia pikirkan, lelaki itu hanya disukai olehku, dia tak memiliki kewajiban untuk membalasnya, sejak awal aku sudah menegaskan pada diriku sendiri, aku yang jatuh cinta ini harus tau porsi dan batasan, aku harus tau pijakan yang paling benar.

Menyalahkan orang yang ku cintai bukanlah pilihan yang tepat, dia juga memiliki perasaan, dia juga punya hak yang sama denganku untuk menyukai orang lain, terlebih dia juga tak pernah memintaku untuk menyukainya. Jadi jangan kasihani aku, karena semua ini adalah keputusanku sendiri.

****

Hari yang cerah ini di awali dengan rutinitas biasa, sarapan, berantem sama kak Sasori karena dia nyuruh-nyuruh mulu, capek kuliah, pulang jalan sendiri karena orang rumah sibuk semua (pura-pura sibuk lebih tepatnya) toh pas Sakura pulang mama nya lagi nonton gosip di tv sambil makan chiki, ya aktifitasnya memang begitu-begitu saja begitupun hal yang sekarang sedang Sakura lakukan; //mengantarkan makanan ke tetangga sebelah//. Kalau saja ini adalah hari-harinya yang dulu dia pasti akan merasa senang luar biasa bisa ke rumah Sasuke dengan alibi ini, ah sekarang pun masih tetap senang sih hanya saja mungkin tak sesenang dulu, dia cukup sadar diri kok meskipun Sasuke juga tak banyak berubah, tak menjauhinya berlebihan atau bahkan sampai tak bicara, Sasuke masih sama, hanya saja ucapan dia yang saat itu terus terngiang, membuat Sakura mau tak mau secara perlahan berusaha membuat jarak.

"Aura jiwa kamu serem amat Raa, mau anterin makanan ini atau engga?" di sela lamunannya yang menyesakkan dada, Sakura masih cukup bisa mendengar ucapan sang mama dengan baik kok.

"Mau lah, emangnya udah beres mama masukin ke mangkoknya?"

"Dari tadi juga udah beres, kamu tuh malah ngelamun aja kaya cewek abis lahiran anak ke lima," Sakura dengan sigap berdiri dan membawa nampan berisi tiga mangkok makanan itu, lalu meninggalkan ibunya sendirian dengan langkah yang cepat.

"Hati-hati jalannya buset, mentang-mentang mau ketemu gebetan jalan rusuh bener,"

"Suka-suka aku lah ma, komen aja kaya tetangga yang suka iri,"

"Lagian kamu jalan cepet kaya kilat juga Sasuke gitu-gitu aja sama kamu," ibunya bercanda, Sakura tau. tapi tetap saja itu adalah sebuah fakta, ibunya benar, ayahnya benar, kakaknya pun mengatakan hal yang benar, Sakura saja yang selalu mengabaikan mereka, hanya mau mempercayai ideologinya sendiri.

"Gak apa-apa bu, namanya juga usaha," Sakura pergi tanpa mau mendengarkan ucapan ibunya lagi, tak mau lagi diberitahu tentang fakta yang menyakitkan, tolong biarkan dia tetap tinggal di dunianya sendiri, di dunia di mana dia bisa bermimpi tanpa mengetahui apapun.

"Tanteeee ada makanan nih," seperti biasa, ibu Sasuke akan duduk di ruang tamu sambil sibuk dengan laptop atau kadang dengan ponsel sehabis pulang berkerja, lalu dia akan tersenyum lebar saat melihat eksistensi Sakura dengan nampan dan beberapa makanan di depan rumahnya.

"Kebetulan banget, tante belum makan ayo sini masuk," sesuai perintah Sakura langsung masuk dan memberikan nampan itu pada Mikoto. seperti biasa mereka akan ngobrol-ngobrol tentang apa saja, tentang Manda yang makin gemuk, tentang kuliah Sakura yang memusingkan atau tentang om Fugaku yang suka menaruh handuk basah di kasur. berbeda dengan sebelumnya, tak ada satu pun dari mereka yang membahas Sasuke, perempuan berambut merah muda itu jadi paham, mungkin Mikoto pun sudah mengetahui tentang perasaan Sasuke.

"Aku pulang," suara baritone itu mengalihkan perhatian dua wanita yang sedari tadi asyik berbincang, membuat suasana tiba-tiba menjadi canggung, Sasuke sih santai saja masuk rumah lalu jalan menuju dapur mengambil minuman kaleng lalu naik ke tangga tapi tidak dengan Sakura dan Mikoto, mereka terdiam, bahkan sampai Sasuke menutup pintu kamarnya pun mereka seperti masih berusaha untuk mencari topik pembahasan, sampai akhirnya.....

"Sakura.... Maafin tante," binar wajah Mikoto seperti menghilang, tadi dia tersenyum dengan lebar, tadi obrolan mereka mengasyikkan, sekarang semuanya jadi berbeda.

"Maaf banget kita gak bisa berdoa kaya dulu lagi kalau ada Sasuke....." ucap Mikoto lagi meskipun dengan berat hati, tapi ini memang harus diucapkan agar Sakura tak salah paham.

"Ya ampun tante gak apa-apa, aku udah tau kok, aku ngerti...." Sakura mengucapkannya dengan senyum riang seperti tadi, tapi entah mengapa Mikoto merasa ada rasa sakit itu di kedua mata hijaunya yang menyipit.

"Tante sedih kenapa bukan kamu aja, tapi susah soalnya tante juga gak bisa maksa Sasuke,"

"Iya tante namanya perasaan gak bisa dipaksain, sekarang ganti aja doanya deh tan, kita doain aja semoga kak Sasuke bahagia terus, gimana?"

"Ya ampun, kamu baik banget, tante jadi takut kehilangan kamu kalau Sasuke beneran punya pacar," Sakura bisa melihat dengan jelas kalau mata Mikoto sudah berkaca-kaca, begini saja sudah cukup, dia merasa bahagia bisa disayangi oleh keluarga Sasuke, dia senang.

"Aku akan tetap sama seperti dulu kok tan, kita akan tetep jadi temen ngobrol pas tante pulang kerja, jadi tante gak perlu takut," Mikoto tak bisa berkata-kata lagi, dia kini malah memeluk sosok ringkih itu, sosok yang ia yakini akan menjadi menantunya, sosok yang ia bayangkan akan menemani Sasuke menghabiskan hidup, gadis baik-baik, yang ia anggap sebagai anaknya sendiri, sayang sekali mimpi itu kini terasa sangat jauh.

"Kamu bener, kita akan tetep kaya gini, kata mama Tsunade kamu kan kaya anak angkat keluarga Uchiha," Sakura tersenyum sambil mengangguk, tidak apa-apa kok walaupun hanya begini, teman masa kecil tidak akan pernah putus meskipun mereka saling menyakiti, teman masa kecil akan memaafkan, teman masa kecil sekaligus tetangga itu akan terus bersama, hanya saja mungkin hanya sebatas itu, Sakura tak akan pernah merasakan pelukan hangatnya, Sakura tak akan pernah merasakan disayangi olehnya, itu saja.

"Aku tetep jadi anak bungsu dong kalau jadi keluarga Uchiha hehe,"

"Iya dong, adik gemes gini emang paling cocok jadi anak bontot," Mikoto melepaskan pelukannya, memastikan kondisi Sakura, tetapi gadis itu masih berusaha untuk terlihat cerah, meskipun mungkin hujan sudah memaksa untuk turun, tapi gadis itu memilih untuk menghentikannya.

"Tapi kan kata om Fugaku yang anak bontot itu Manda, nanti aku dipatok lagi kalau rebut posisi dia,"  Mikoto tertawa saja mendengar itu tanpa menyadari tadi Sasuke sempat melihat mereka berdua berpelukan dari lantai dua, lalu kembali ke kamar karena tak mau mengganggu.

"Gak akan di patok kok, Manda kan anak baik, btw tante juga pasti ngedoain Sakura bakalan bahagia terus,"

"Makasih tante," Sakura senang mendengar ucapan itu meskipun dia juga tidak tau dimana lagi dia bisa menemukan kebahagiaan.

******

noted:
kenapa mikoto sm sakura hopeless bgt? karena Sasuke tuh orangnya serius dan gak suka main-main ttg apapun apalagi ttg perasaan, makanya mereka ga ngarepin apa-apa.

pada kangen ya sm cerita ini? kalau komennya rame aku up cepet deh hehe ✌️

i love you, kak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang