3. Perdebatan Syerlin.

126 14 1
                                    

Teng!

Bel masuk sudah berbunyi, beberapa siswa termasuk Syerlin menuju kelas sambil digandeng erat oleh pacarnya. Garaga terlihat bahagia bisa memiliki kekasih secantik Syerlin di SMA. Dia tidak membiarkan laki-laki melirik sang kekasih.

Keharmonisan mereka hanya dilihat oleh beberapa siswi yang berpapasan dan menyempatkan waktu, sekedar menoleh. Kedekatan Garaga-Syerlin memang sayang untuk dilewatkan.

"Nanti mau duduk bareng?" Garaga merangkul pundak lalu tersenyum kecil menuju gadis yang berpapasan dengan mereka.

Syerlin menoleh lalu menyatukan alis, Garaga selalu tersenyum kepada gadis lain padahal sedang bersama. Garaga memang sulit menghargai orang lain, kekurangan seperti ini yang sering membuat hatinya terasa sakit.

"Ih, apaan, sih! Lagi jalan sama pacar malah melirik gadis lain—"

"Cuma membandingkan aja, ternyata Syerlin Hanako Natasya lebih cantik."

Syerlin menghela nafas panjang, dia tidak pernah bisa memarahi Garaga karena selalu diberi kalimat manis yang membuat emosi dalam dada menjadi reda. Pada akhirnya, Syerlin hanya bisa tersenyum kecil kemudian berkata, "Gak mau, aku udah punya teman satu bangku."

"Siapa? Nenek Lampir?" Garaga merubah nada bicara, terdengar tidak suka kalau nama Gea disebutkan.

Syerlin menoleh dengan ekspresi tidak suka. Bagaimana pun juga, Gea adalah teman barunya yang menarik perhatian. "Namanya Gea, bukan Nenek Lampir!" sela Syerlin sambil mengerucutkan bibir.

Dia merasa tidak suka kalau orang lain menghina teman barunya itu. Syerlin pun tidak mengerti, kenapa hati kecil menolak ocehan dari Garaga.

"Jangan deket-deket sama Nenek Lampir itu! Gue gak suka," ucap Garaga sambil berhenti berjalan kemudian menatap tajam selama beberapa saat.

"Kenapa kamu ngelarang kayak gitu? Tumben banget," jawabnya sambil melirik dengan heran.

Garaga terdiam selama beberapa saat. Entah kenapa Syerlin tidak diperbolehkan untuk bersama Gea. Namun, dia punya feeling kurang baik. Sebaiknya dua gadis itu memang tidak boleh bersama untuk beberapa saat.

"Ya, gak suka aja—"

"Ada alasannya kalau kamu enggak suka."

"Ada sih alasannya. Emang kenapa sih! Lo mau tau? Emang penting banget?"

"Mau tau doang, emang gak mau kasih tau ke pacarnya sendiri?"

"Gue gak mau kasih tau! Kenapa? Mau protes?"

"Apa alasannya, Garaga?"

"Enggak akan dikasih tau!"

"Aku maksa nih—"

"Tetap gak mau dikasih tau, Cantik!"

"Kita putus aja—"

Garaga melotot kaget, dia tidak mau kehilangan sosok bidadari yang menjadi incaran satu SMA apalagi karena alasan sepele yaitu setelah berdebat tentang Nenek Lampir. Menyebalkan.

"Dia itu culas!" selanya sambil membuang pandangan dari Syerlin.

Garaga tidak mau kalau Syerlin sampai menatap wajahnya yang sedang kesal kepada perdebatan tadi. Dia tidak ingin masalah semakin menjadi.

"Jangan soudzon!" Syerlin melipat kedua tangan.

"Gue ngomong sesuai fakta—"

"Tapi, gak boleh ngomong kayak gitu!"

Garaga melirik ke sekeliling, terasa amat ramai, beberapa orang masih memperhatikan. Seharusnya masalah seperti ini bisa diselesaikan sebentar saja.

Detik Depresi ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang