"Gea kemana, ya? Aku mau bilang terima kasih sama dia." Syerlin masih belum bisa tenang. Ekspresi seperti berkata kalau dirinya amat cemas.
Syerlin takut, Gea akan pergi menuju atap gedung lagi dan berniat terjun bebas sampai akhirnya gadis cantik itu mendongak menuju gedung paling tinggi, ternyata tidak ada siapa pun. Dia masih ingin merahasiakan niat Gea untuk bunuh diri lalu berharap semoga kejadian seperti itu tidak akan terulang lagi.
Garaga memeluk pundak Syerlin lalu tersenyum manis sehingga membuat gadis itu merasa tenang. Senyuman itu memang ampuh, mengobati segala perasaan gelisah dalam dada. "Santai! Mungkin ada di Kantin," ujar Garaga.
Syerlin menganggukkan kepala dan berharap, Gea berada di Kantin. Garaga mengacak-acak rambutnya karena merasa sangat gemas. Tidak lama berlalu, mereka sampai.
Syerlin tersenyum lebar saat kedua mata menemukan sosok gadis yang sudah dicari dari tadi. Dia adalah Gabriella Reisyana yang terduduk seorang diri di ujung Kantin.
Gea memakan mie dengan begitu santai tanpa memperdulikan banyak murid yang memperhatikan dengan tatapan jijik. Semua orang terlihat menjauh darinya, tetapi Gea masih tidak memberikan tanggapan kepada orang-orang yang sedang ber-gibah di depan mukanya.
Syerlin yang terkenal lemah lembut pun segera berlari mendekati gadis itu sambil berteriak, "Gea!"
Garaga ditinggalkan begitu saja bak boneka yang menjadi teman, tetapi langsung dibuang ketika pemiliknya menemukan mainan baru. Memang menyebalkan, Garaga mengakui itu, dia sampai menyatukan kedua alis dan mencengkram telapak tangan karena harga dirinya terasa tidak dianggap.
"Hay, Gea! Kamu habis kemana aja?" Syerlin terduduk di sampingnya lalu menatap Gea dengan ekspresi ceria bagaikan Anak-anak yang polos.
Gea sudah tidak asing lagi dengan suara di samping tempat duduk, dia memutuskan untuk menoleh lalu memutar mata karena malas kalau harus berhadapan dengan gadis pecicilan seperti Syerlin.
Gea segera membalikkan badan dari Syerlin, memang sengaja melakukan hal itu. Ada harapan besar, semoga gadis secantik Syerlin bisa ilfil melirik wajahnya yang buruk rupa.
Fakta malah berbicara lain, Syerlin tidak menjauh dan malah semakin mendekati dirinya. "Aku cariin kamu lho ...."
Gea menghela nafas panjang, gadis polos ini memang tidak mengerti dengan bahasa tubuh yang sudah dia keluarkan. Dengan terpaksa, Gea beranjak lalu melirik kanan-kiri, ternyata semua bangku sudah terisi penuh.
Sepertinya Gea sudah terjebak, dia harus menghabiskan mie bersama gadis cantik, tetapi sangat cerewet. "Jangan banyak omong! Nada bicara lo membuat gue gak nafsu makan."
Syerlin terdiam selama beberapa saat, entah kenapa Gea mengatakan hal tersebut kepada dia yang memiliki niat baik yaitu ingin mengucapkan terima kasih. "Terima kasih sudah mau menolong aku," ucap Syerlin.
Gea menggelengkan kepala. Dia sudah ditolong agar tidak bunuh diri, tetapi kenapa Syerlin berterima kasih? Oh, mungkin karena Gea menggendong tubuh rapuhnya menuju UKS.
Sudahlah, berterima kasih atau tidak adalah hal kurang penting yang tidak mau didengarkan lebih lama. Kini, dia ingin makan dengan santai, perutnya terasa keram karena menahan lapar semenjak kemarin malam.
"Ge, kenapa kamu gak mau dengerin aku?"
Gea yang sudah tidak mau berurusan dengan Syerlin hanya mengangguk, seperti tengah menikmati melodi lewat headset yang menutupi kedua telinganya.
Syerlin menaikan ujung alis dan merasa sangat bersedih, apakah Gea benar-benar tidak mau berteman dengan dirinya sampai kapan pun? Apakah Syerlin tidak akan pernah memiliki sahabat perempuan seperti gadis lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Depresi ( TAMAT )
Teen Fiction"Hidupku penuh kesialan. Tuhan, apa aku tidak boleh bertahan?" Syerlin Hanako Natasya. "Apa kamu mau menghadap Tuhan bersamaku?" Gabriella Reisyana ☔︎︎☔︎︎☔︎︎ Ada ratusan duka yang belum bisa diungkapkan oleh Gabriella Reisyana pada Syerlin Hanako N...