10. Syerlin Takut Terbongkar.

51 8 1
                                    

Gea melihat Syerlin berlari menuju sebuah halte, jaraknya cukup jauh dari sekolah. Halte SMA terlalu ramai, diisi oleh anak-anak yang berteduh kemudian menoleh menuju payung di tangan kanannya. Kenapa gadis itu selalu berbaik hati dan tidak kunjung menjauh?

Keesokan hari ....

Gea berjalan melewati lorong kelas dengan perasaan malas, dia tidak mempunyai gairah untuk pergi belajar. Kalau tidak dituntut untuk bersekolah tatap muka, maka dia akan lebih memilih home school

Gea membuka pintu kelas dengan senyuman lebar, berharap semua orang akan bahagia pada kehadiran gadis berwajah buruk rupa tersebut. Namun, harapan Gea sudah mustahil menjadi kenyataan. Tidak ada respon positif dan hanya ada tatapan sinis.

"Sudah gue duga, teman adalah titisan setan," batinnya sambil berjalan ke bangku.

"Hay, Gea!" sapa gadis yang selalu memberikan senyuman indah, tetapi jarang direspon. Bahkan, dia masih tidak berkenan menjawab ucapan Syerlin. "Gimana hari-hari kemarin? Bahagia, 'kan? Aku jadi ikut seneng!"

"Bahagia ndas-mu!" celoteh Gea dengan bahasa Jawa.

( Ndas : kepala )

Syerlin tidak mengerti apapun, tetapi tidak mau memancing keributan demi bertanya ini-itu kepada Gea. Dia hanya tersenyum lalu menyodorkan PR hot yang belum sempat disuruh dikerjakan oleh Guru. "Minggu depan ada PR sulit ini, jangan lupa kamu kerjain. Kalo ada yang gak ngerti, kamu bisa tanya—"

"Iya, makasih!" sela Gea sambil meraih buku lalu menconteknya. "Gue mau tanya sesuatu—"

"Tanyain aja, nanti aku jawab!"

"Kenapa, semua perempuan di SMA ini mirip seperti baby?" tanya Gea dengan nada perlahan.

Syerlin menyatukan kedua alis karena mengerti dengan maksud dari ucapan Gea. Dia segera celingak-celinguk lalu mulai mendekatkan diri menuju Gea.

Syerlin segera berbisik, "Karena fisik adalah hal utama di SMA ini."

"Apa maksud lo?" Gea menaikkan nada bicara kemudian melirik Syerlin dengan ekspresi memojokkan seolah punya banyak pertanyaan yang tidak bisa diutarakan.

"Hak kamu kalau mau percaya atau enggak. Jujur saja, kalau punya wajah jelek, kamu akan mendapatkan bully," jawab Syerlin dengan begitu santai seolah tahu kalau dirinya tidak akan pernah mendapatkan bully karena memiliki fisik, mendekati sempurna.

"Oh, jadi lo bangga mempunyai wajah cantik?" tanya Gea.

Syerlin menganggukkan kepala. "Iya."

"Lo mau sombong?" tanya Gea dengan tatapan sinis, tetapi menarik ujung bibir seperti sedang meledek wajah menggoda dari Syerlin.

"Iya, Gea. Aku bangga, tapi belum ada niat untuk sombong—"

"Bangga dengan sombong itu beda tipis, jangan terlalu bangga sebelum diambil Kuasa!" Gea menyunggingkan senyuman sinis. "Buat apa wajah cantik yang mendatangkan penyakit hati itu? Buat open BO?"

Syerlin melotot kaget, jawaban Gea sangat di luar dugaan. Dia melirik dengan begitu cepat seolah ingin memastikan kalau Gea sebenarnya sedang bercanda saja. Namun, dia terlihat sedang serius.

Syerlin meraih botol minuman lalu meminumnya, terlihat jelas kalau dia gugup, tetapi berusaha tenang. "Aku permisi dulu!"

Gea menatap dengan wajah seram. Kepergian Syerlin memang cukup mendatangkan tanda tanya besar, tetapi siapa yang perduli kepada gadis tidak jelas seperti Syerlin? Dia kurang perduli karena yang penting adalah Gea bisa menyontek dengan leluasa.

Detik Depresi ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang