11. Gea Mendapat Bully.

43 9 0
                                    

Ini sudah memasuki waktu istirahat, Syerlin malah baru masuk menuju kelas bersama seorang laki-laki yang menjadi pemimpin kaum di SMA. Dia selalu menundukkan kepala sampai membuat beberapa orang mengira kalau dirinya adalah manusia alim.

Tidak lama kemudian, Sargo serta Koko datang menghampiri mereka. Garaga sempat berdecak kesal karena dua manusia yang dianggap kerdil itu selalu muncul ketika ingin berdua saja dengan Syerlin. Bahkan, tingkah konyol mereka selalu membuat suasana romantis menjadi buyar.

"Hey, berduaan aja, nih!" celoteh Koko yang datang bersama teman bobrok lainnya.

"Abis mantap-mantap di mana?" tanya Sargo sambil menyilangkan tangan kanan di pundak Koko.

"Ih, tangannya dijauhkan dong! Takut kena virus vampir!" Koko menepis tangan Sargo dengan kondisi tubuh bergidik ngeri.

"Najis, lehernya bikin orang lain jadi rabies!" ucap Sargo menatap Koko dengan perasaan geli.

Garaga hanya menggelengkan kepala, keduanya bergegas masuk kelas tanpa banyak bicara karena menenangkan sang kekasih adalah hal sulit. "Jangan diem terus! Kamu mau apa?"

"Jangan ada yang mengganggu!" balas Syerlin dengan begitu enteng.

Garaga mengangguk pertanda sudah tahu akan berbuat seperti apa, dia berjalan membuntuti dan terduduk di belakang bangku Syerlin dengan mata melotot tajam.

Garaga adalah benteng untuk gadis secantik Syerlin. Dengan melihat mata tajamnya saja, semua orang menjadi begitu ngeri dan tidak mau mendekati Syerlin meskipun sekedar bertanya tentang PR.

Syerlin sendiri hanya merebahkan kepala di meja, gadis berwajah cantik itu tidak minat mengobrol dengan siapa pun. Bahkan, ketika Sargo atau Koko mengajak bercanda, dia tidak jawab sama sekali.

"Ge-gea kok gak ada?" Dia langsung memperbaiki posisi duduk saat ingat dengan teman satu bangkunya.

"Mau ngapain bangun?" tanya Garaga sambil menatap Syerlin dengan rasa heran.

"Mau cari Gea."

"Ngapain, sih?" ujarnya sambil menaikan nada bicara sampai satu oktaf, "Gea itu gak penting!"

Syerlin sedikit terkejut dengan nada bicara Garaga. Dia sedikit menjaga jarak kemudian menjawab, "Penting buat teman setia kayak aku!"

Syerlin beranjak dari kursi kemudian bergegas keluar kelas. Garaga tidak memberi perintah supaya tetap ada dalam kelas, dia mengepalkan kedua tangan, sepertinya Gea akan menjadi duri dalam hubungan mereka.

Harusnya gadis buruk rupa itu tidak pernah hadir di sekolahan ini. Gejolak menghancurkan semua di depannya mendadak muncul, Garaga ingin membuat semua orang ataupun sang kekasih memusuhi Gea. Faktanya, adalah Syerlin lebih memperdulikan Gea daripada pacar sendiri.

"Gadis itu kok rese banget, Njing! Haaaa ...."

Brak!

Garaga menendang meja dengan kencang sampai suara gaduh mulai memenuhi kelas. Dia terlihat seperti sedang melampiaskan semua amarah tanpa memikirkan murid lain yang sedang berkumpul, memperhatikan gerak-geriknya tanpa berani menegur.

***

Syerlin memakai topi serta masker demi menghindari perhatian orang lain, tetapi pesona yang dimiliki sulit untuk ditutupi dari muka umum. Saat berada di lorong kelas yang dipenuhi oleh siswi, banyak orang langsung menoleh lalu fokus memperhatikan lirikan mata indah tersebut, sesekali memuji secara diam-diam maupun langsung.

Syerlin hanya bisa tersenyum di balik masker yang menutupi wajah cantik. Tidak masalah kalau siswi memuji karena dia terbiasa menerima-nya. Setelah lama berjalan, langkah Syerlin mendadak berhenti di depan gudang sekolah.

Detik Depresi ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang