Syerlin tidak henti-henti memandangi wajah temannya yang lebih ceria dari pada saat berada di lingkungan SMA. Dia sampai heran dengan perubahan ekspresi Gea yang dianggap luar biasa tersebut. Namun, yang bisa dilakukan Syerlin hanyalah tersenyum bahagia, mungkin kebahagiaan Gea ada di dalam rumah, tidak seperti dirinya yang merasa kurang betah ketika ada di dalam rumah.
"Syer, gue mau mandi dulu," ucap Gea sambil langsung pergi menuju anak tangga yang mengarah langsung menuju pintu kamar tidurnya.
Syerlin hanya menganggukkan kepala kemudian duduk di kursi yang dikirim langsung dari Eropa. Ketika duduk di atasnya, Syerlin merasa amat nyaman, dia memejamkan mata sampai tidak sengaja tertidur selama beberapa menit.
"Memang masih ada gadis yang bisa mengalahkan kecantikan kamu?" ucap seseorang dengan nada pelan.
Syerlin membuka mata dengan begitu perlahan dan sempat tersentak kaget saat melihat ibu Gea berada tepat di depan wajah dengan posisi mencondongkan badan. Posisi mereka sangatlah dekat dan Syerlin tidak pernah sedekat itu dengan seseorang.
"Eh, udah bangun," ujar ibu Gea sambil tersenyum manis kemudian membantu menyingkirkan sehelai rambut yang menghalangi wajah cantik Syerlin menuju belakang telinga, "Baru bangun tidur aja udah cantik. Mama kamu pasti beruntung punya anak secantik ini."
Syerlin terdiam beberapa saat, andai saja ucapan ibu Gea menjadi kenyataan yaitu sang ibu bersyukur memiliki anak berparas cantik seperti dirinya. Mungkin, Syerlin akan merasa sangat bersyukur. Namun, kenyataan pahit harus ditelannya karena kondisi rumah malah tidak sesuai ekspektasi orang-orang.
"Andai kamu mau menjadi anak angkat keluarga ini. Duh, rasanya Tante akan bahagia lahir-batin," lanjut ibu Gea sambil mengelus pipi kanan Syerlin dengan begitu pelan sampai gadis itu meneteskan air mata karena merasa begitu terharu serta sedih, "Eh, kok menangis? Kamu kenapa? Cup, cup, jangan menangis dong! Tante jadi ikut sedih."
"Tante baik banget, Syerlin juga mau kok jadi anak angkat Tante," balas Syerlin dengan kondisi jantung berdebar lebih kencang dari biasa sampai membuatnya terasa sesak. Syerlin menaruh telapak tangan kanan di area jantung dengan sekuat tenaga. Rasa sesak itu membuat nafasnya semakin memburu.
Ibu Gea yang merasa khawatir segera bertanya, "Kamu kenapa, Syerlin? Apa kamu lagi sakit? Ma-mana obatnya?"
Syerlin segera melirik tas yang tidak jauh dari tubuhnya sehingga membuat ibu Gea langsung mengerti bahwa obat Syerlin berada di dalam tas tersebut. Ibu Gea mengeluarkan obat Syerlin dengan tergesa-gesa.
Ekspresi panik yang ditampilkan berhasil membuat hati kecil Syerlin terenyuh. Sosok ibu seperti beliau tampaknya sudah jarang ditemui, Gea pasti sangat beruntung pernah hadir dalam rahim wanita secantik ini.
"Cepat diminum, Tante gak mau teman Gea kenapa-kenapa." Ibu Gea meraih gelas berisi air putih lalu menyodorkannya menuju Syerlin.
Syerlin meraih kotak obat kemudian meminumnya dengan bantuan air putih dari ibu Gea. Jantung terasa kembali normal seiring berjalannya waktu. Syerlin tersenyum manis kemudian berkata, "Terima kasih, Tante."
"Kamu sakit apa? Kenapa pegang dada sampai sekuat itu?" tanya ibu Gea dengan nada khawatir.
Syerlin tidak menjawab pertanyaan ibu Gea dan malah bengong selama beberapa saat. Dia takut ibu Gea akan menjauhkannya dari Gea. "Gagal jantung, Tante."
Rasa takut itu semakin menjadi ketika ibu Gea tidak menjawab ucapannya dan malah bengong sambil menatap wajah rupawan Syerlin selama dua menit. Tidak lama kemudian, ibu Gea mendaratkan ciuman hangat di dahi Syerlin sehingga membuatnya merasa begitu terharu. Baru kali ini dicium dengan begitu tulus oleh seorang ibu sampai membuatnya merasa amat bahagia, meskipun ibu Gea bukanlah ibu kandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Depresi ( TAMAT )
Teen Fiction"Hidupku penuh kesialan. Tuhan, apa aku tidak boleh bertahan?" Syerlin Hanako Natasya. "Apa kamu mau menghadap Tuhan bersamaku?" Gabriella Reisyana ☔︎︎☔︎︎☔︎︎ Ada ratusan duka yang belum bisa diungkapkan oleh Gabriella Reisyana pada Syerlin Hanako N...