Syerlin membuka mata secara pelan dengan rasa pusing men-teror kepala. Dia memegangi rambut sebelah kiri kemudian meringis kesakitan. Tidak ada hal yang bisa diingat. Akan tetapi, bayangan seorang gadis yang sedang tergesa-gesa karena menggendong di koridor begitu jelas.
Dia mulai memperbaiki posisi itu kemudian melihat kanan-kiri. Dia sudah berada di ruangan kumuh yang sudah tidak asing lagi yaitu UKS SMA. Apa mungkin gadis yang membawa ke UKS adalah Gabriella Reisyana?
Kalau pun benar, maka Syerlin akan merasa lebih bahagia karena teman berwajah jutek itu memiliki hati yang mulia. Tidak seperti yang difikirkan oleh para murid di SMA.
"Apa benar, Gea yang membawa aku ke UKS ini? Dia kok gak ada, ya? Apa Gea pergi duluan menuju kelas?" Dia melirik ke sana-kemari, Gea tidak ada di mana pun sampai akhirnya Syerlin memutuskan untuk pergi saja dari ruangan kotor tersebut.
***
Obrolan teman satu geng Garaga berhenti saat melihat Syerlin sedang berjalan perlahan dengan wajah pucat. Gadis cantik terlihat kurang baik dan butuh tindakan medis, tetapi semua hanya mengira kalau Syerlin sedang kurang enak badan saja.
"Dia kenapa? Kelihatan sakit," bisik Koko kepada Sargo.
Sargo mengangkat kedua bahu lalu menjawab, "Syerlin kayak lagi sakit."
"Kasihan, mana cakep lagi," celoteh Koko sambil mencumbu tangan kiri Sargo.
Sargo menepis tangan Koko kemudian menempeleng-nya dengan perasaan gemas. Koko selalu membuat semua orang kesal dengan tingkah abstrak seperti tadi. "Apaan, sih? Najis!"
"Apa harus kita bantuin aja? Orang cakep gak boleh kesusahan soalnya."
"Ayo, nanti saya bantu masukin dalam kamar, kamu bantu rekam-"
"Dasar sialan, kamu mikir apa?"
"Apa aja, asal Syerlin jadi Ibu dari anak-anakku."
"Jangan berharap gitu, Setan. Nanti nge-gubrak nangis!"
Tidak lama kemudian, Garaga datang dengan ekspresi sangar. Dia melihat kedua teman sedang berlomba dalam mendekati sang kekasih. Tentu tidak akan dibiarkan begitu saja.
Garaga segera menghampiri kedua teman nakalnya itu, menepuk pundak mereka sambil melotot tajam. Sargo serta Koko segera cengengesan, ketua geng mereka bisa marah besar kalau tahu, anak buahnya sedang merayu Syerlin Hanako Natasya.
Garaga melirik tajam keduanya secara bergantian. "Kalian tau harus ngapain 'kan?"
"Kita harus godain Syerlin 'kan?" tanya Koko dengan wajah tidak berdosa.
Sargo segera menempeleng kepala Koko dengan begitu asal sampai meringis kesakitan. "Itu mulut dikondisikan! Jangan keceplosan, nanti kita bisa mati mengenaskan."
"Maaf, mulutnya kepleset!" celoteh Koko sambil menutup mulut lalu berkata, "Kita harus menggoda Sargo, ya?"
"Najis! Awas kalau berani menggoda saya!"
"Eh, maaf, mulut saya emang suka nyosor." Koko menampilkan ekspresi memelas, bisa-bisanya mulut tersebut berkata sembarangan menuju orang paling ditakuti di SMA Tamata.
Sargo berdecak kesal, "Entah apa kesalahan saya sampai diberikan teman seperti anda-"
"Mungkin karena jarang mendengar penjelasan Guru Matematika."
"Jawaban yang pintar sekali," jawab Sargo dengan senyuman kecut. Koko malah terus cengengesan, membuat dirinya semakin kesal. "Sudah! Gara, susul Syerlin! Kayaknya lagi nyariin pacarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Depresi ( TAMAT )
Teen Fiction"Hidupku penuh kesialan. Tuhan, apa aku tidak boleh bertahan?" Syerlin Hanako Natasya. "Apa kamu mau menghadap Tuhan bersamaku?" Gabriella Reisyana ☔︎︎☔︎︎☔︎︎ Ada ratusan duka yang belum bisa diungkapkan oleh Gabriella Reisyana pada Syerlin Hanako N...