34. Kekasih dan Ibu Diadili.

67 5 5
                                    

Mata Ibu Alesa mengucur deras saat mengingat ucapan Gea kalau Syerlin mendapat tindakan kurang adil dari orang yang sudah melahirkan serta kekasihnya sendiri.

Sekarang, Ibu Alesa akan memberikan keadilan untuk dua gadis kesayangan yang sedang menjalani operasi. Setelah berada di daerah tersebut, Ibu Alesa merasa semakin yakin kalau tempat ini memang sangat berbahaya.

Ada banyak preman yang sedang melirik mobil mewahnya sambil mengasah senjata tajam. Ibu-ibu melemparkan pakaian anaknya dengan kencang dan suara anak-anak sudah tidak dapat dibedakan lagi.

Semua suara sudah menyatu padu. Beruntungnya adalah mobil polisi masih setia mengekor di belakang mobil mereka.

"Pak, saya turun di sini saja," ungkap Ibu Alesa saat mobil berhenti di sisi jalanan.

Supir segera menoleh lalu menjawab, "Bu, tas mewah itu dibawa aja. Saya sering dengar kalau wilayah ini selalu mengincar barang-barang berharga di dalam mobil dengan cara melempar batu supaya kaca mobil pecah."

"Oh, modus pecah kaca mobil, ya?"

"Betul. Lebih baik, Ibu hati-hati aja," pinta supir sambil berlari memutari mobil demi membantu nyonya keluar dari dalam mobil.

Setelag keluar dari mobil, Ibu Alesa melihat banyak polisi sedang berbaris rapi demi melindunginya dari geng berbahaya di tempat tersebut.

Mereka pun segera berjalan bersama menuju kediaman Syerlin. Ibu Alesa mengetuk pintu secara sopan santun. Terdengar suara ketukan sebanyak empat kali, tetapi pintu rumah belum tidak mau dibuka.

Kepala polisi mendekati Ibu Alesa kemudian bertanya, "Apa harus kita dobrak?"

Ibu Alesa menghela nafas panjang lalu mundur beberapa langkah. Dia tidak memiliki pilihan lain. Biarlah pintu rumah ini didobrak oleh ketua polisi.

Setelah pintu terbuka, mereka semua mencium bau kurang sedap dan berasal dari minuman yang berada di dekat seorang wanita.

Ibu Alesa memicingkan mata, memang benar kalau wanita itu adalah Ibu yang sudah tega menjual anaknya sendiri.

"Tangkap dia, Pak!" pintanya dengan nada kecil.

Para Polisi langsung menyergap ibu Syerlin dan wanita tersebut tampak kebingungan.

Di balik wajah linglung, ada emosi yang terpendam. Ketika ibu Syerlin dan Ibu Alesa berpapasan, mereka saling melotot tajam.

"Anda siapa? Ngapain masuk ke rumah saya tanpa izin?"

Ibu Syerlin memberontak dan ingin menampar pipi Ibu Alesa, tetapi polisi kembali menahan tangannya.

"Anda mau apa? Kenapa diam aja? Singkirkan para polisi ini kalau tidak mau mati!"

Ibu Alesa mencengkeram tangannya sendiri kemudian meneteskan air mata. Bagaimana mungkin gadis yang memiliki paras cantik tinggal di tempat seperti ini? Sangat kumuh dan kotor.

Selama ini, Syerlin pasti sudah menahan sesak di dada. Ibu Alesa pun langsung memberikan tamparan kencang sampai menimbulkan suara 'plak!' sehingga membuat wajah ibu Syerlin berpaling ke arah kanan.

Suasana sempat membisu, air mata Ibu Alesa mengucur ketika berkata, "Anda bisa berpikir enggak, sih? Ini semua sudah keterlaluan! Anda gila? Ngapain jual anak kandung sendiri kepada Om-Om berbau busuk? Anda pasti bukan Ibu kandungnya sampai tega seperti ini!"

"Hahaha ... emang kita punya urusan apa? Ngapain ikut campur dalam hidup saya dan Syerlin? Paling juga gembel yang menyamar jadi orang kaya raya. Cuih!"

"Ah, anda benar-benar menyebalkan!" gerutu Ibu Alesa ketika kaki kanannya hampir diludahi, "jaga mulut anda! Saya bisa memenjarakan atas kasus perdagangan manusia, kekerasan terhadap anak, tindakan kurang menyenangkan dan perjudian!"

"Hilih! Sok banget, sih? Sekaya apa anda itu? Namanya juga manusia, pasti punya kesalahan dong."

"Kesalahan anda sulit dimaafkan!" bisik Ibu Alesa ketika polisi berada di belakang tubuhnya, "semoga besok anda tidak membusuk di penjara!"

Ibu Syerlin kembali memberontak dan ingin menendang perut Ibu Alesa. Untungnya polisi menghadang tubuh Ibu Syerlin kemudian membawanya pada mobil kepolisian.

Kepala polisi bergegas menenangkan Ibu Alesa dengan cara berkata, "Saya tahu kalau Ibu Alesa termasuk dalam orang sukses. Keluarga Ibu menjadi pengusaha sukses dan menteri anti korupsi, tapi jangan sampai terbawa emosi lagi karena tersangka mampu melaporkan balik. Jangan sampai si pelaku keenakan dan tolong lebih tenang! Saya permisi, Bu!"

Ibu Alesa terus termenung kemudian menangis perlahan. Andai saja Gea tidak bertemu dengan Syerlin, maka gadis cantik itu akan terus menangis setiap malam.

Setelah larut dalam perasaan emosional, Ibu Alesa segera berjalan menuju mobil pribadinya. Mobil itu melaju di depan mobil para polisi.

Saat diperjalanan, beberapa orang di kampung itu cuma menoleh sekilas dan tidak heboh. Sepertinya kampung berbahaya ini memang terbiasa disergap oleh polisi sekitar.

Beruntunglah Ibu Alesa bisa keluar dalam keadaan selamat.

***

Ibu Alesa melemparkan beberapa lembar kertas yang sudah disatukan menuju meja ibu Syerlin sampai menimbulkan suara gebrakan. Wajah rupawan itu masih terlihat sangat datar.

"Syerlin mengalami tragedi karena tingkah kotor anda," ungkap Ibu Alesa sambil duduk berhadapan, "dia kecelakaan tunggal, menabrak pohon karena diteror oleh germo remaja bernama Garaga."

"Apa anak sialan itu selamat?" tanya ibu Syerlin sambil menyenderkan pundak menuju kursi lalu menggigit kuku sendiri. Terlihat sangat santai.

Ibu Alesa mengerang karena sangat geram. Ibu kandung Syerlin begitu menggila. "Anda masih waras, 'kan? Mana ada seorang Ibu yang sanggup mendengarkan musibah terhadap anak kandungnya sendiri? Anda itu gila! Apa anda tahu kalau putri saya juga terlibat dalam kecelakaan itu?"

Ibu Syerlin masih tidak menjawab dan malah menaruh dagu di atas telapak tangan kemudian tersenyum menyeringai. Tidak ada beban yang terlihat di wajahnya.

Dia sudah tidak mabuk, tetapi bertingkah seperti manusia yang kehilangan akal. "Apa saya terlihat peduli? Hidup atau mati, saya tidak akan memedulikan—"

"Memang bedebah!" Ibu Alesa meremas kerah bajunya, tetapi polisi mendadak berdeham dengan kencang seperti ingin menyadarkan dirinya supaya bisa lebih sabar. "Dia mengalami kecelakaan karena ingin melarikan diri dari seorang germo. Garaga itu berusia delapan belas tahun, bukan bocah lagi. Jadi, sudah bisa diberikan hukuman berat, yaitu penjara seumur hidup. Kalau anda tidak menjualnya, maka Syerlin serta Gea masih bermain bersama!"

"Lantas, anda mau apa? Mau bunuh saya? Boleh! Saya tidak takut mati," Ibu Syerlin terlihat sangat berantakan serta lusuh seolah mengalami depresi berat, "saya mau kasih tahu satu hal kalau Syerlin itu bukan anak kandung saya. Hhahaha ... pasti anda berpikir kalau gadis itu adalah anak saya. Cih! Suami saya berselingkuh dan cewek sialan itu melahirkan Syerlin. Saya bukan orang idiot! Saya enggak mau rugi. Saya akan memanfaatkan gadis haram itu untuk kebahagiaan yang sempat dirampas dari saya. Sssttt! Jangan kasih tau gadis manis itu, ya? Nanti dia kabur terus enggak bisa saya jual lagi, deh!" 

Ibu Syerlin tertawa terbahak-bahak tanpa memedulikan semua orang yang sedang menatapnya dengan tatapan geram.

Sebegitu simple-nya menjual anaknya agar mendapatkan keuntungan pribadi. Hewan saja tidak akan pernah mau membiarkan anaknya menderita. Namun, manusia di depannya jauh dari kata manusiawi. Ibu Syerlin sampai terlihat bagaikan orang rakus yang tamak akan popularitas.

Ibu Alesa segera mengeluarkan surat dan pulpen kepada dirinya kemudian berkata, "Anda akan dihukum mati kalau tidak mau menyerahkan Syerlin pada keluarga saya! Lepaskan dia atau membusuk di penjara?"

"Aaa ... saya enggak akan sudi. Cuih! Kalau menyerahkan Syerlin, maka setelah keluar penjara nanti ... saya masih akan tetap mati karena lapar," ungkapnya, tetapi Ibu Alesa bergegas mengeluarkan kertas yang memiliki nominal fantastis menuju Ibu Syerlin sampai melotot kaget lalu tersenyum manis, "baik, urus saja berkas-berkas untuk memindahkan Syerlin dalam keluarga anda. Silakan angkat gadis sialan itu sebagai anak anda. Uang ini sudah lebih dari cukup!"

Detik Depresi ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang