Gea melihat om-om itu pergi ke dalam hotel, sementara sahabatnya sedang berdiri di dekat mobil yang tidak jauh dari mobilnya. Rambut Syerlin yang sudah terlihat acak-acakan membuat suasana berubah menjadi sedikit tidak nyaman.
Gea pun berjalan tergesa-gesa. Setelah pundaknya berhasil ditepuk, Syerlin pun membalikkan tubuh dan terlihat terkejut sekaligus bingung. Bagaimana sahabatnya ada di hotel bintang lima seperti ini? Syerlin pun menjadi sangat gugup sampai tangan kanannya terlihat gemetar.
Gea semakin curiga terhadap Syerlin karena bertingkah aneh, tidak seperti biasanya. "Ngapain lo ada di tempat kayak gini?"
"Um, anu—"
"Siapa om-om tadi?" Gea terus memberikan pertanyaan padahal Syerlin belum menjawab pertanyaan pertama. "Lo gak takut berdua sama om-om di hotel ini?"
"Kamu datang dari mana?"
"Kenapa lo mengalihkan pembicaraan kayak gini?" Gea menatap Syerlin sambil menyatukan kedua alis dan terlihat sangat curiga. "Apa yang udah lo sembunyikan dari gue?"
Syerlin segera menggelengkan kepala. Bagaimana pun juga, Gea tidak boleh mengetahui fakta kalau dia sedang menemani om-om di Hotel Lunaya. Persahabatan mereka bisa hancur kalau Syerlin mengatakan fakta itu.
Gea pun mencengkram pergelangan tangan sambil melotot tajam. Pada akhirnya, kecurigaan Gea hampir terbukti yaitu curiga kalau Syerlin menjadi pekerja seks komersial.
"Lo udah jadi simpanan om-om, 'kan?" sentak Gea.
"E-enggak!" jawab Syerlin dengan nada gugup sambil menundukkan kepala.
Gea masih belum bisa mengontrol emosi dalam hatinya. "Jujur aja sama gue! Kenapa lo bohongin gue terus, sih? Gue salah apa sama lo, Syer! Harusnya gak ada rahasia antara sahabat."
"Ini adalah privasi, Gea. Aku harap kamu gak terlalu ikut campur," ucap Syerlin sambil membalikan badan dan berusaha menghindarinya.
Gea berlari pelan lalu merentangkan kedua tangan sampai membuatnya tidak bisa melangkah lagi. Tubuh Gea sudah menghadang jalanan sempit karena sekeliling tubuh Syerlin sudah dipenuhi oleh mobil.
"Gue tulus berteman sama lo, kenapa lo malah kayak gini? Lo harus jujur sama gue, Syer!" perintah Gea sambil melangkah maju lalu memberikan tatapan memelas setelah menepuk pundaknya.
Syerlin bingung hendak menjawab apa karena tatapan ketus yang diberikan oleh Gea membuatnya semakin kaku. Mulut pun tidak kunjung terbuka dan kegugupan Syerlin memancing kecurigaan Gea.
Gea melirik ke kanan-kiri, suasana sudah sangat sepi. Dia pun mendekat lalu berbisik, "Lo disewa sampe harga berapa? Murah banget kayaknya!"
Syerlin tidak menyangka kalau Gea akan mengatakan hal itu. Apakah dia terlihat sangat murahan? Lubuk hati Syerlin tersayat, rasanya sakit sekali kalau dihina oleh sahabat sendiri.
Ketika matanya sudah berkaca-kaca, pundaknya segera menabrak pundak Gea sampai gadis buruk rupa melirik dengan tatapan sinis. "Kau gak pantas menyimpulkan masalah hidup orang lain."
"Gue mau melindungi lo, Syer—"
"Gak usah, Gea! Aku udah terbiasa terluka."
"Gak! Gue gak membiarkan lo masuk ke dalam hotel itu."
"Aku udah dibayar sama Om Royan. Kalau dibatalkan terus, aku akan disiksa, Gea!"
"Disiksa siapa, Syerlin?"
"Aku gak akan kasih tau. Sebaiknya kamu pulang aja. Cewe sok polos kayak kamu gak pantes ada di sini."
"Sok polos? Lo yang sok polos, sial! Di depan umum gayanya alim banget, eh, pas di hotel malah liar gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Depresi ( TAMAT )
Teen Fiction"Hidupku penuh kesialan. Tuhan, apa aku tidak boleh bertahan?" Syerlin Hanako Natasya. "Apa kamu mau menghadap Tuhan bersamaku?" Gabriella Reisyana ☔︎︎☔︎︎☔︎︎ Ada ratusan duka yang belum bisa diungkapkan oleh Gabriella Reisyana pada Syerlin Hanako N...