22. Kedekatan Mereka.

21 7 10
                                    

Gea berdiri di depan gerbang sambil terduduk manis dengan masker berwarna hitam menutupi wajahnya yang dianggap sangat manis oleh Syerlin. Dia tersenyum kecil, tetapi hanya bagian mata saja yang bisa menampilkan ekspresi bahagia itu.

Dia mulai melihat jam tangan yang sudah menunjukan pukul 06.25, tetapi seseorang yang ditunggu tidak kunjung datang. Gea memutuskan untuk berdiri dan hendak pergi saja menuju kelas, tetapi langkahnya terhenti ketika suara gadis berteriak, "Gea!"

Gea segera mengukir senyuman hangat. Dia sudah sangat hafal dengan pemilik suara khas tersebut. Gea pun melepaskan masker lalu membalikkan badan, menghadap seorang gadis cantik yang sedang memperlihatkan gigi-gigi putih.

"Kamu ngapain duduk di sana?"

"Iseng aja," jawab Gea sambil melirik dengan ekspresi ceria.

Syerlin membalas tatapan tersebut dengan senyuman manja. "Pasti abis tungguin aku, ya?"

"Ah, terlalu PD!" balas Gea sambil menyenggol tangan kanan Syerlin.

Syerlin menatap Gea dengan mata berbinar dan mulutnya sedikit terbuka, gadis itu terlihat begitu terkejut karena sudah berhasil kontak fisik dan yang memulai adalah Gea. Beberapa waktu lalu, Gea sangat benci kalau sampai mengalami kontak fisik dengan seseorang. Namun, hal tersebut hanya dibalas oleh senyuman manis oleh Syerlin.

"Liat, mereka sok akrab banget!" Teriakan seorang gadis yang ada di dekat pot besar mengagetkan mereka.

Syerlin maupun Gea kompak menoleh menuju sumber suara, ternyata Rema serta kawan-kawannya sedang berusaha untuk menahan tawa. Entah apa yang menjadi alasannya. Namun, Syerlin curiga kalau mereka merasa cemburu terhadap kedekatan Gerlin.

"Apa-apaan si Gea itu?" sahut teman Rema yang bernama Levi.

Ilsa selaku teman Rema ketiga hanya bisa menutup mulut menggunakan telapak tangan kemudian membalas, "Menjijikan!"

"Cewe buruk rupa itu nyosor duluan, ya?" Rema menatap temannya dengan tatapan nakal. "Hahaha ... Gak tau diri!"

"Dia cemburu kali sama kecantikan Syerlin," jawab Levi.

Ilsa menganggukkan kepala. "Oh, sudah pasti. Gue juga setiap hari selalu iri sama Syerlin?"

"Asalkan apa, teman-teman?" teriak Rema.

"Jangan, iri! Jangan, jangan iri dengki! Jangan iri dengki!" Levi serta Ilsa kompak menyanyikan lirik lagu yang sedang viral demi memanaskan hubungan antara Gea-Syerlin.

Syerlin melirik tiga gadis yang sudah meledek Gea dengan senyuman tipis, tak ada seorang pun yang tau kenapa Syerlin malah mengukir senyuman indah tersebut.

Rema dan temannya hanya bisa menyatukan kedua alis kemudian berbisik, "Syerlin kok sok misterius gitu?"

"Dia udah tertular virus dari Gea," balas Ilsa dengan nada sekecil mungkin.

"Gea bukan golongan virus kayak korona, setan!" sela Levi sambil melirik Ilsa dengan tatapan sinis.

"Gue juga bukan setan, Turijem!"

"Nama gue Levi, bukan Turijem!"

Rema CS masih menatap kedua gadis yang memiliki fisik super berbeda dengan tatapan sinis. Gea merasa semakin insecure untuk berada di samping tubuh Syerlin. Dia menundukkan kepala lalu berusaha keras untuk tidak menjatuhkan air mata. Gea terpaksa menguatkan diri sendiri karena terbiasa mendapatkan perlakuan seperti itu semenjak kecil.

"Kita harus percaya diri, Gea!" ujar Syerlin sambil melirik pucuk rambut sang teman dengan tatapan kasihan karena dia mengetahui alasan Gea sangat murung. "Jangan biarin masa lalu kamu bikin kepercayaan diri menjadi turun. Harusnya, itu bisa menjadi cambukan supaya kamu lebih berani."

Detik Depresi ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang