28. Para Satpam.

28 7 4
                                    

Suasana terasa amat heboh karena Gea terus berlari tanpa memperdulikan teriakan dari para Satpam yang sedang mengejarnya sambil menghina dengan sebutan 'gembel'. Hatinya teriris, tetapi Gea tidak bisa berhenti berlari karena Syerlin akan dalam bahaya besar kalau dia meladeni orang-orang tidak penting tersebut.

Tap!

Seorang Satpam berhasil meraih pergelangan tangannya sampai membuat Gea tersentak kaget. Gea mulai membalikkan badan dan sempat menepis tangan Satpam.

"Saya mau ke salah satu kamar, Pak! Tolong jangan kejar saya lagi, teman saya lagi dalam bahaya!" teriak Gea sambil merogoh sesuatu dari saku celana.

Satpam itu tidak mempercayainya dan malah menggelengkan kepala lalu berkata, "Cepat pergi dari sini-"

"Gak bisa, Pak Satpam! Saya mau cari teman di sini," balasnya sambil terus berusaha mencari jalan supaya bisa bergegas menemui Syerlin dengan cara mundur beberapa langkah.

Satpam lain menghalangi langkahnya dengan cara merentangkan tangan sehingga Gea tidak akan bisa pergi semudah yang dibayangkan. "Heh, ini bukan aplikasi pertemanan! keluar dari sini kalau memang mau mencari seorang teman! Gak akan ada orang yang berteman sama kamu di Hotel Elit ini!"

Walaupun Satpam ke-1 menatap dengan ekspresi jijik, Gea masih saja tenang dan berusaha untuk tidak tersulut emosi. "Ada, Pak! Namanya Syerlin Hanako Natasya-"

"Hahaha ... bukannya dia datang sama om-om?" Satpam ke-4 memutar mata karena malas kalau harus meladeni haluan dari manusia yang terlihat sangat sederhana sepertinya.

"Om-om yang datang sama dia udah sewa kamar paling mahal tau!" sela Satpam ke-2.

"Bahaya yang akan terjadi adalah Syerlin akan mendapatkan tindakan gak senonoh, Pak!" Gea masih tidak mengindahkan permintaan dari para Satpam. "Jangan gini lagi dong! Saya harus cepat bertemu Syerlin!"

"Enggak! Pergi aja dari Hotel ini! Cewe dekil kayak kamu gak pantes ada di Hotel Lunaya. Dari keluarga miskin, 'kan?"

"Hey, cepat masak nasi yang basi kemarin supaya keluargamu bisa makan lagi. Pulanglah!"

"PAK, GAK ADA HUBUNGANNYA ANTARA KULIT MANUSIA DENGAN KEKAYAAN!" Gea sudah tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi.

"Ada! Kalo dekil, tandanya miskin!"

Entah kenapa beberapa Satpam terus menatap kedua kakinya seperti ada yang salah, Gea pun menundukkan kepala dan menatap sendal jepit yang sedang dipakai. Apakah salah kalau masuk ke dalam Hotel elit memakai sendal jepit? Apakah para Satpam menganggapnya sebagai gelandangan sampai tidak boleh bertemu Syerlin? Gea merasa sedikit terpukul saat mengetahui satu hal yaitu para Satpam menganggapnya seperti Gembel dan tidak membiarkannya untuk menaiki keramik di Hotel.

Pantesan aja mereka kurang percaya. Gak mungkin gadis dekil kayak gue bisa berteman dengan gadis glowing. Kalau pun ada, rasanya sudah sangat mustahil, batin Gea setelah mengingat perkataan menusuk yang sempat diucapkan oleh Syerlin di tempat Parkir.

Gea menatap Satpam ke-3 yang sedang mengeluarkan rokok padahal sudah jelas kalau Hotel Lunaya melarang semua pegawai untuk merokok. Dia merasa sedikit jengkel kepada Satpam yang mulai berlaku kasar saat meraih pergelangan tangannya. Gea menepis tangan Satpam itu dengan cara tidak kalah kasar kemudian membanting rokok yang sedang dihisap oleh Satpam itu.

"Hotel Lunaya melarang karyawan untuk merokok!" seru Gea sambil menyatukan kedua alis.

"Kamu siapa sampai berani membanting rokok saya?"

"Saya Gea-"

"Cuih! Gadis dekil sok jagoan-"

"Selama gak bersalah, maka saya gak akan takut kepada siapapun!"

Detik Depresi ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang