17. Kelahiran Gea.

34 7 10
                                    

Syerlin merangkul tas yang berisi uang sepuluh juta seerat mungkin sambil melangkah menuju anak tangga secara perlahan. Wajahnya terlihat berseri-seri, bukan hanya karena mendapatkan uang, melainkan karena diizinkan untuk berkunjung menuju kamar tidur Gea.

Gea membuka pintu kamar dengan begitu mudah, tidak seperti pintu kamarnya yang sudah reot, tetapi tidak kunjung diperbaiki. Syerlin tersenyum lebar dan ekspresinya seperti terkejut terhadap isi kamar gadis misterius ini karena tersebar banyak boneka, setiap sudut kamar hadir rak berisi ratusan buku, dan juga lampu hias yang indah semakin membuat kesan ceria semakin terasa.

"Aaaa, indah banget!" seru Syerlin sambil menatap langit-langit dan tangannya masih dirangkul oleh Gea karena dikhawatirkan Syerlin akan menabrak sesuatu saat mengagumi barang-barang dalam kamar tidur itu.

"Lo suka kamar ini?" Gea ikut tersenyum manis ketika menatap Syerlin yang berbahagia cuma karena melihat pemandangan kamarnya.

"Ini kamar impian aku, Ge!" Syerlin menggoyang-goyangkan tangan Gea.

Gea sedikit terkekeh. "Hahaha, gue udah bosan sama kamar ini. Lo boleh tempati kalo emang Mama gue mau mengangkat lo jadi anak ke dua."

"Hahaha ... kayaknya mustahil, mana mungkin gadis miskin kayak aku dijadikan anak sama ibu kamu."

"Ibu gue suka sama lo karena cantik. Lo gak lihat matanya yang terpesona itu?"

Syerlin terdiam selama beberapa saat, ibu Gea memang sangat baik. Namun, dia tidak pernah berfikir kalau wajah rupawan bisa meluluhkan hati seorang ibu. Tidak ada satu pun gadis yang akan menolak permintaan nyonya di rumah ini, termasuk Syerlin. Syerlin juga ingin menjadi bagian dari keluarga Gea, meskipun hanya berstatus teman atau bahkan pembantu. Syerlin mulai melirik Gea dengan senyuman pahit, andai saja ucapan temannya ini menjadi kenyataan.

"Andai gue punya wajah secantik lo, Syer," ucap Gea sambil menatap wajah rupawan Syerlin.

Syerlin membalas tatapan Gea sambil menjawab, "Andai orangtua-ku masih lengkap, punya banyak harta, sehat lahir-batin dan tidak kekurangan kasih seperti kamu. Mungkin, aku akan bersyukur seumur hidup."

Keduanya sempat tertunduk malu sehingga suasana terasa begitu senyap. Keinginan yang belum sempat tercapai membuat mereka lupa, bahwa Tuhan sudah memberikan kelebihan yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain. Kelebihan mereka jauh lebih istimewa dibandingkan kekurangan. Syerlin dan Gea kompak berkata, "Kayaknya kita kurang bersyukur!"

Keduanya langsung tersentak karena kekompakan yang mulai terjalin di antara dua gadis dengan latar belakang serta karakter yang bertolak belakang. Syerlin menertawakan Gea yang tidak bersyukur karena sudah memiliki kesempurnaan dalam harta. Gea menertawakan Syerlin karena tidak bersyukur sudah memiliki fisik sempurna.

"Hahaha ... yuk, bersyukur!"

"Gas!" balas Gea sambil menarik ujung bibir.

Candaan ringan seperti ini sangat membantu para remaja yang sedang bingung mencari solusi. Canda tawa bersama teman sangat membantu meringankan masalah. Masalah akan tetap ada, tetapi setidaknya hati akan merasa sangat lega. Syerlin melirik Gea dengan tatapan tidak percaya karena saat sudah dilahirkan dari orang kaya dan mendapatkan banyak kasih sayang, tetapi masih belum mendapatkan kebahagiaan.

Gea tersenyum kecil, "Syer, lo mau tau gak, kenapa wajah gue menghitam kayak gini?"

Syerlin menoleh sambil menaikkan salah satu alis. "Kenapa, Ge?"

"Ada dua penyebab. Pertama, karena terkena ain—"

"Ain itu apa?" Suasana yang tadinya asik mendadak terusik karena Syerlin terus bertanya mengenai hal-hal kurang bermanfaat.

Detik Depresi ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang