15. Rumah Gabriella.

32 10 7
                                    

Syerlin menatap seluruh isi mobil dengan perasaan berbunga-bunga. Sebelumnya, dia hanya berkhayal menaiki mobil. Namun, kebaikan Gabriella berhasil mewujudkan keinginannya. Hal pertama yang dilakukan oleh Syerlin ketika pertama kali masuk hanya satu yaitu tidak berhenti memuji kemewahan yang tersedia. Televisi kecil di depannya segera dinyalakan. Syerlin tidak lupa untuk memegang AC di dekat kepala lalu menatap wajah tenang Gea dengan senyuman bahagia.

"Mobil kamu mewah banget, Ge!" sela Syerlin sambil memegangi tangannya dengan penuh semangat. "Bapakmu koruptor, ya?"

"Heh, enak aja!" cerca Gea sambil menatap Syerlin dengan tatapan sinis.

Syerlin terkekeh geli. "Bercanda doang! Hahahaha ...."

Rencananya adalah Gea akan pulang naik angkot atau sepeda sewaan saja, tetapi hujan yang deras membuatnya terpaksa menaiki mobil semewah ini. Namun, setelah melihat senyuman bahagia yang terukir di bibir manis Syerlin, Gea pun ikut tersenyum.

Tidak lama kemudian, Gea menggelengkan kepala saat melihat perubahan sikap Syerlin yaitu kalem menjadi begitu bersemangat ketika melihat kemewahan di dalam mobil pribadinya. "Bokap gue kerja sebagai CEO di agensi DSI Entertainment."

"A-apa?" gumam Syerlin sambil memperlihatkan ekspresi terkejut apalagi saat mengetahui kalau Gea adalah anak tunggal dari keluarga orang kaya. "DSI Entertainment itu agensi terbesar ke-5, 'kan?"

Gea menganggukkan kepala. Dia pun segera menoleh menuju gadis cantik di samping dengan kondisi hati tidak tenang apalagi ketika memberitahu bahwa dia adalah anak orang kaya. Namun, sepertinya Syerlin adalah gadis baik-baik yang polos dan tidak berniat jahat seperti mengeruk harta orangtua-nya berkedok pertemanan.

"Syer, tolong rahasiakan identitas gue sebagai anak tunggal dari keluarga kaya raya!" Gea menyenderkan kepala menuju jendela.

Syerlin sempat memperhatikan wajah Gea selama beberapa saat dan melihat ada kesedihan yang tidak diberitahu menuju dunia. Kepala Syerlin pun dipenuhi oleh banyak pertanyaan. Semua orang pasti berbahagia ketika memiliki orangtua yang sukses. Namun, Syerlin tidak menemukan kebahagiaan yang terpancar dari wajah Gea. Bahkan, dari pertama kali mereka bertemu pun, Gea selalu murung. 

"Gak usah khawatir, rahasia kamu aman kok!" balas Syerlin sambil menampilkan senyuman manis.

Tidak lama berlalu, handphone yang ada di saku baju Syerlin tiba-tiba bergetar sampai membuatnya sedikit terkejut. Syerlin mengeluarkannya, saat layar handphone menampilkan nama Garaga, ekspresi wajah Syerlin mendadak berubah sembilan puluh derajat.

Gea yang tidak sengaja melihat perubahan ekspresi tersebut segera mengintip layar handphone Syerlin. Ketika hendak menyuruh angkat, Syerlin malah mematikan layar handphone kemudian matanya terlihat berkaca-kaca bagaikan sedang ada masalah.

"Kenapa gak diangkat?" tanya Gea sambil menatap pemandangan dari jendela.

Syerlin menoleh lalu menjawab, "Iya, gak apa-apa."

"Terus, kenapa lo menangis kayak gitu?" Gea melirik Syerlin dengan ekspresi tenang. Dia segera meraih kotak kecil, mengambil tisu dalam kotak tersebut kemudian membantu menyusut air mata Syerlin. "Apa yang udah Garaga lakuin?"

Bukannya berhenti menangis, Syerlin malah membiarkan air mata turun semakin deras sehingga membuatnya merasa semakin penasaran. Syerlin pun menjawab, "Aku capek, Ge. Aku sakit, aku butuh istirahat dari dunia—"

"Sstttt!" Gea mendekatkan jari telunjuk menuju bibir Syerlin kemudian kembali berkata, "Lo berjanji mau berjuang bareng gue, 'kan? Sekarang lo harus kuat!"

"Gea, tubuh aku lemes—"

"Lo itu punya riwayat jantung, wajar kalo lemes!" balas Gea dengan wajah datarnya.

Detik Depresi ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang