23. Syerlin VS Tuan G.

33 6 0
                                    

Syerlin tersenyum manis kepada Gea. Mungkin, hatinya belum siap untuk jujur. Namun, lain kali pasti akan menceritakan semuanya tanpa rasa ragu. Syerlin menoleh kemudian menampilkan ekspresi resah. "Apa Gea masih mau berteman kalau tahu rahasia yang aku tutupi selama satu tahun belakangan?" batinnya.

Tidak lama kemudian, handphone yang ada di saku Syerlin bergetar kencang tanpa menimbulkan suara sedikit pun, sementara Gea terus saja berjalan sambil membicarakan banyak hal sampai tidak sadar kalau Syerlin masih tertinggal.

Mr. GE :
Gue tahu, lo pergi kemana. Ke atap, 'kan? Kembali! Gue udah menyusul lo di atas.

Syerlin meneguk ludah sendiri dan perasaan cemas seakan muncul lagi. Kalau tidak kembali menuju atap, maka laki-laki misterius yang mengirimkan pesan itu pasti akan terus memberikan teror. Akhirnya, Syerlin memutuskan untuk balik menuju atap tanpa memberitahu siapa pun.

***

Suasana terasa begitu sepi, tetapi Gea tidak berani untuk memulai obrolan. Dia lebih suka terdiam sampai gadis di belakang mengajak bicara duluan. Namun, sepertinya Syerlin juga malu-malu. "Syerlin, lo tau gak? Nyokap gue suka banget sama gadis cantik dan sopan seperti lo. Beliau sampai pengen adopsi gitu, itu juga kalau keluarga lo mengijinkan."

Ketika menoleh ke sebelah kanan, Syerlin malah sudah tidak ada. Gea menyatukan alis dan merasa heran. "Perasaan itu bocah ada di sini. Duh, kemana, ya? Diajak ngobrol malah kabur, asem toh!"

Gea sudah terlanjur kesal terhadap tingkah laku Syerlin sampai akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju ruang kelas tanpa menyusul temannya yamg masih ada di atas atap sekolah.

***

Syerlin memegang gagang pintu dengan perasaan tidak menentu, pasti sudah ada kejutan di hari kurang baik untuknya. Dia menghela nafas panjang lalu memberanikan diri untuk menemui laki-laki misterius yang terus menghantui hidupnya. Syerlin melihat punggung laki-laki yang sedang menatap pemandangan sekolah dengan begitu malas.

"Hay, Sayang!" sapa Syerlin dengan nada bicara terdengar lemah gemulai.

"Akhirnya, lo udah hafal harus melakukan apa kalau bersama pelanggan," timpalnya sambil membalikkan tubuh kemudian menatap Syerlin dari ujung kaki sampai pucuk rambut.

Syerlin tidak menjawab dan hanya terdiam selama beberapa saat sampai suasana terasa begitu sunyi. Sebenarnya dia malas kalau harus berpura-pura menggoda padahal tidak pernah mau melakukannya. Namun, semua ini terpaksa dilakukan demi memenuhi permintaan orang lain. Syerlin memaksakan diri untuk tersenyum sambil menjawab, "Kamu kok ada di sini?"

Laki-laki misterius menyingkirkan sehelai rambut yang menutupi wajah rupawan Syerlin lalu kembali bertanya, "Karena gue tau lo pergi ke sini. Tadi lo pergi bareng cewe buruk rupa itu, 'kan?"

"Ah, jangan kayak gitu!" pinta Syerlin sambil melebarkan senyumannya padahal suasana hati terasa sesak setelah mendengarkan hinaan terhadap teman tersayangnya.

"Lo masih belum punya niat buat ninggalin dia?"

Syerlin menggelengkan kepala. "Belum, mungkin gak akan pernah aku tinggalin."

"Kenapa, sih!" Laki-laki misterius meraih pergelangan tangan Syerlin lalu memberikan ekspresi kecewa sekaligus marah. "Masih ada gue, Syerlin—"

"Tapi, Gea itu sahabat aku!" tegas Syerlin sambil menghempaskan genggaman tersebut. Rasanya ingin segera meninggalkan tempat ini, bahkan dia sudah membalikkan badan kemudian melangkah pergi secara perlahan.

"Katanya lo cinta mati sama gue?" balasnya dengan nada manja.

Syerlin menghela nafas panjang lalu segera memberhentikan langkah. Dia tidak akan pernah mampu pergi dari laki-laki yang membuat hati menjadi goyah selama beberapa kali. 

Detik Depresi ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang