Ibu Gea memegangi bingkai foto yang pecah tanpa sebab. Entah kenapa dia memiliki firasat kurang baik. Keringat dingin sampai turun dari keningnya. "Semoga saja Gea dan Syerlin enggak kenapa-kenapa," gumamnya sambil menatap langit-langit kamar.
Tidak lama kemudian, terdengar suara dering handphone. Ibu Gea segera mengangkatnya dan tetap berusaha tenang. Semakin berusaha lebih tenang, kecemasannya malah semakin menjadi. "Halo? Ini siapa, ya? Betul, ini adalah ibu Gea. Anda dapat nomor ini dari mana? Polisi? Ada apa Pak Polisi? Ada yang bisa saya bantu?"
"Kami ingin memberi kabar kalau anak Ibu bernama Gea sedang dibawa menuju rumah sakit terdekat karena mengalami kecelakaan tunggal. Kami menemukan mobilnya terbalik di persimpangan jalan. Silakan datang ke Rumah Sakit Medisil supaya Ibu bisa melengkapi berkas-berkasnya-"
"Ba-baik, Pak. Saya akan bergegas pergi ke sana terima kasih banyak informasinya!"
Ibu Gea segera meraih tasnya lalu mendekati pintu kamar. Ketika ada beberapa bodyguard yang mendekat, Ibu Gea segera merentangkan tangan, pertanda menolak untuk diberikan keamanan. Para bodyguard segera mengangguk, seakan tidak berani membantah perintah bos besar di istana tersebut. Sekarang, ibu Gea berlari kencang menuju mobil yang sedang parkir di bagasi. Tidak ada waktu lebih lama lagi, karena buah hatinya sedang dalam bahaya.
***
Setelah berada di rumah sakit, ibu Gea segera mendekati meja registrasi pasien dengan ekspresi panik. Dia sempat menghela nafas panjang lalu bertanya, "Permisi!"
Pekerja yang sedang berada di balik meja registrasi langsung menoleh. Wajah yang sempat terlihat ketus langsung berubah menjadi sangat ramah. "Wah, apa benar kalau anda adalah Ibu Alesa Darwin?"
Ibu Gea cuma tersenyum kecil sambil bertanya, "Apakah rumah sakit ini menerima dua pasien remaja yang mengalami kecelakaan tunggal?"
Pekerja itu segera mengangguk lalu menjawab, "Betul, Bu. Dua remaja yang mengalami luka parah sudah dimasukkan ke dalam ruang ICCU. Apa ibu mengenal mereka? Wah, rumah sakit ini sangat beruntung kalau bisa membantu orang yang dikenali oleh ibu-"
"Tolong sebutkan berkas apa saja yang harus saya kumpulkan!" sela ibu Alesa dengan wajah cemas, tetapi pegawai rumah sakit di depannya malah mengulur waktu.
"Untuk identitas, tolong lengkapi format tambah pasien baru. Silakan kumpulkan nama lengkap pasien, nomor medical record, kota tempat lahir, tanggal lahir, KTP, nomor kartu perusahaan, dan juga jenis kelamin."
Ibu Gea segera mengangguk sambil mengeluarkan berkas-berkas yang sudah disiapkan oleh asisten pribadi. "Saya harus ke ruang ICCU. Permisi!" ujar Ibu Alesa sambil berjalan pergi menuju ruangan tersebut.
Setelah sampai di depan ruang ICCU, ibu Gea bertemu dengan dokter yang sedang berdiri sambil memegang dahi dan terlihat sangat depresi. Dengan perasaan tidak menentu, ibu Gea pun mendekatinya lalu bertanya, "Apakah anda yang merawat dua gadis yang kecelakaan?"
Dokter itu segera menatap ibu Gea dari ujung kaki sampai kepala lalu melotot kaget. Bagaimana mungkin ada orang penting di rumah sakit itu. Dokter segera bersalaman dengan ibu Gea kemudian menjawab, "Halo, ibu Alesa! Saya tidak menyangka kalau ibu berada di rumah sakit ini. Wah, saya sangat bahagia-"
Ibu Gea menyender pada tembok di dekatnya karena sudah tidak kuasa menopang berat badan sendiri. Dia segera bertanya, "Dok, bagaimana kondisi anak saya?"
"Bu, saya cuma merawat pasien bernama Gabriella Reisyana. Anak cantik Ibu, bernama Syerlin Hanako Natasya, sedang dirawat oleh Dokter lain, di ruangan sebelah."
"Dokter, anak saya adalah pasien bernama Gabriella."
"Ibu serius? Ibu enggak bercanda, 'kan?" Dokter terlihat kaget. Semua orang yang mengetahui hal tersebut pasti akan terkejut. Seorang model yang memiliki wajah cantik jelita dan kaya raya malah melahirkan anak buruk rupa. Anak kandungnya malah berteman dengan primadona di SMA. Drama di depan dokter ini memang sulit dicerna oleh akal sehat.
Ibu Gea muak kalau beberapa orang masih menganggap Gea bukan anak kandungnya. Dengan nada ketus, ibu Gea segera menjawab, "Dok, tolong berhentilah bermain-main dan cepat kasih tau saya! Gimana keadaan Gea dan temannya?"
"Wah? Begitu, ya? Ma-maaf, Bu, saya kira kalau gadis cantik bernama Syerlin Hanako Natasya adalah putri Ibu." Dokter segera membuka pintu ruangan ICCU.
Ibu Alesa segera memeriksa keadaan putri tercinta dengan perasaan tidak karuan. Matanya melotot tajam saat menatap hidung Gea sedang diberi selang oksigen. Ibu Alesa menangis sesenggukan. Anak kesayangan yang selalu terlihat kuat sedang terbaring lemah, tanpa suara. Tangan kanannya segera mengusap pucuk rambut Gea kemudian menunduk karena tidak kuasa menahan sesak di dada.
"Ge, Mama kangen. Cepat bangun, Nak! Mama enggak rela melihat kamu terus koma kayak gini," pinta ibu Alesa sambil menyeka air mata.
Tidak lama kemudian, seorang dokter menepuk pundak Ibu Alesa sambil berkata, "Kondisi anak Ibu sungguh memprihatinkan. Kepalanya terkena cedera parah sampai patah tulang tengkorak. Selain patah tulang, hal ini juga dapat memicu pendarahan otak akibat pecahan tulang. Kalau anak ibu diselamatkan, maka akan mengalami cacat permanen. Namun, kalau tidak segera diselamatkan, maka nyawanya akan dalam bahaya. Sementara teman cantiknya bernama Syerlin, sedang di ujung tanduk. Nyawa Syerlin sedang diombang-ambing kematian."
"Syerlin meninggal dunia?" Ibu Alesa langsung terjungkal dalam luka. Gadis manis yang sudah dianggap anaknya sendiri malah mendapatkan masalah besar, yaitu menghadap Tuhan di usia belia. "Apa alasan Syerlin meninggal dunia, Dok? Enggak mungkin gadis cantik itu pergi di usia muda. Dia sudah dianggap sebagai anak angkat, Dok. Tolong selamatkan dia, Dok!"
"Bukan, Bu. Syerlin masih bernafas panjang, tapi kondisinya tidak kalah memprihatinkan dari Gea. Gadis itu memiliki cukup darah, tapi butuh transplantasi darah secepatnya. Jadi, siapakah gadis yang akan ibu pilih supaya bisa bertahan hidup?" tanya Dokter dengan nada hati.
Ibu Alesa terdiam selama beberapa saat. Wajahnya terlihat gundah serta bingung harus mengambil keputusan yang mana. Pihak rumah sakit tidak memanggil keluarga Syerlin. Namun, dua gadis kesayangan harus segera diberikan penanganan. "Kenapa saya harus diambang kebingungan? Apa yang harus saya ambil? Kenapa dua gadis itu enggak bisa diselamatkan secara sekaligus?"
"Mereka sama-sama memiliki sisi kuat dan lemah. Keduanya tidak akan bisa bertahan hidup sekaligus. Kalau Gea hidup, maka akan mengalami cacat permanen dan kalau Syerlin ingin hidup, maka Gea harus bisa mendonorkan jantungnya untuk Syerlin. Silakan ambil keputusan dalam kurun waktu sepuluh menit, siapa gadis yang akan diselamatkan," terang dokter sambil menatap jam di tangan kanannya, "waktu mereka sudah tidak bisa lebih lama lagi. Ibu Alesa harus mengambil keputusan! Nyawa mereka sedang terancam."
Dokter mengerti terhadap dilema yang sedang dihadapi oleh Ibu Alexsa, tetapi tidak bisa melakukan apapun sebelum keputusan diambil secara matang. Dia cuma termenung lalu memutuskan untuk menuju ruangan terdekat. Ibu Alesa memegangi dahi kemudian berlinang air mata. Dirinya memang egois karena ingin dua gadis tercinta terus bertahan hidup. Lantas, siapakah yang akan tetap bertahan hidup?
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Depresi ( TAMAT )
Teen Fiction"Hidupku penuh kesialan. Tuhan, apa aku tidak boleh bertahan?" Syerlin Hanako Natasya. "Apa kamu mau menghadap Tuhan bersamaku?" Gabriella Reisyana ☔︎︎☔︎︎☔︎︎ Ada ratusan duka yang belum bisa diungkapkan oleh Gabriella Reisyana pada Syerlin Hanako N...