Bogor 4

876 109 17
                                    

Langit kelam memaksakan senyum nya pada seseorang dengan tatapan sendu.

"Please jangan!" Gumam orang itu

Matanya sendu memohon dengan amat.

Kini air mata menetes , jatuh membasahi pipi. Tatkala kata yang terucap dari orang yang ia pandangi menusuk pedih hati kecilnya.

Langit langsung menintikan air mata seolah menyalurkan perasaan seseorang.

"Kenapa?" Lirihnya

Air mata tersamarkan oleh derasnya hujan. Orang-orang menepi untuk berteduh tapi tidak dengan yang satu ini.

Hatinya rapuh , tubuhnya lelah , fikirannya linglung , bahkan air hujan memeluknya dengan erat.

Gemuruh petir tak mengindahkan langkahnya untuk pergi dari tempat itu. Ia menunduk , menangis pedih.

Erangan yang menyakitkan tertutup oleh derasnya hujan , lirihan serta tangisan ia lampiaskan bersama dengan petir.

"Kenapa gini? Kenapa?" Lirihnya begitu dalam

Dirinya terhempas , membuatnya terjatuh dan meringis.

Ia tatap sekeliling nya dengan heran.

Tempat dengan nuansa putih. Tak ada orang lain selain dirinya ditempat ini. Bajunya sama seperti yang ia kenakan tadi bahkan masih basah terguyur air hujan.

Suara langkah terdengar mendekat , namun tak ia temukan seseorang disekitarnya. Keringat mengalir didahinya , fikiran nya melayang takut.

"Siapa?!" Teriaknya

Tak satu pun ada yang menjawab.

Suara langkah lain juga terdengar. Ia menutup telinganya , wajah panik dan takut menjadi satu.

Tangannya bergetar hebat , kepalanya pusing , dirinya lemas.

'Ada apa ini?' fikirnya

Langkah-langkah itu semakin mendekat membuat nya semakin takut , ia pejamkan mata berusaha tak mendengar suara langkah yang begitu aneh.

Langkah yang lain memelan dan menghilang , namun langkah satunya semakin terdengar mendekat membuat ia mengernyit heran.

"Hei!"

Ia membuka matanya dan menoleh kebelakang dengan cepat.

"Lo?!"

Ia terkejut melihat seseorang didepannya.

Orang itu tersenyum miring lalu mendekat.

"Ngapain lo?!"

Dirinya semakin panik kala orang itu mendekat dengan tatapan juga senyuman miring. Orang itu berhenti dan berdiri disampingnya.

"Lo kalah Vi" bisik orang itu dan mundur beberapa langkah sedikit menjauh dari Vivi

Tangan Vivi mengepal erat , tatapannya tajam , giginya menggertak kuat , urat tangannya terlihat , menyiratkan kemarahan juga kesedihan yang mendalam. Ia pejamkan matanya berusaha menetralkan dirinya.

"BANGSATT!!" Teriaknya kencang dengan mata yang terpejam namun masih dengan tangan yang mengepal kuat

"Kak Vivi!" Sahut seseorang dari belakangnya

Ia menoleh dengan cepat mendengar suara yang sangat familiar baginya. Tatapannya berubah sendu , kepalan tangannya melemah , senyuman lembut yang senantiasa ia berikan.

"Hai Chik!"  Sapa Vivi pada wanita didepannya

Ia mengernyit heran melihat tingkah Chika.

Chika melangkahkan kakinya mendekati Vivi. Auranya berbeda , tatapannya sulit diartikan , ia menyeringai aneh kearah Vivi.

PluviophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang